Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pasar Corniche, Rasa Indonesia di Kota Jeddah (Saudi Arabia)

6 Maret 2016   19:37 Diperbarui: 6 Maret 2016   20:23 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada juga dialek daerah

Orang Indonesia yang tinggal ataupun melakukan kunjungan ke Saudi Arabia dalam rangka umrah memang boleh dibilang cukup banyak. Dan diantara yang banyak itu tidak dapat dipungkiri adalah orang Jawa. Dan rupanya para pedagang Arab mengetahui hal itu. Tidak heran pula istilah daerah Jawa terselib di situ baik tulisan atau ucapan.

Kedengarannya memang lucu atau lucu dan disitulah letak menariknya. Para pengunjung adalah aset terlepas membawa uang lebih atau tidak, karena disitulah rejeki dapat diraup. Mereka rupanya paham dengan mendekatkan batasan sedikit mungkin, yang akan menarik perhatian dan diharapkan berlanjut pada transaksi jual beli.

[caption caption="Rasa Jawa pun juga ada di sini. Dok Pribadi"]

[/caption]

Bersaing sehat

Namanya toko, kios, atau pedagang emperan terlihat cukup banyak, mereka cukup bersaing walau menjajakan barang yang sama. Harga pun hampir sama, hanya beda-beda titis. Tetapi terkadang dalam persaingan itu para pedagang menawarkan diskon kepada pengunjung agar membeli barang di tokonya dan itu dilakukan dihadapan pesaingnya. Dan fenomena seperti itu biasa-biasa saja, tidak ada yang marah akan hal itu.

Menurut pemandu tour yang mendampingi rombongan kami, Ustad Ali, menyatakan bahwa pemerintah Saudi menerapkan aturan yang tegas dan keras. Silahkan berdagang sebebasnya asal jangan sampai terjadi pertikaian diantara pedagang. Jika itu terjadi maka pemerintah tidak segan-sengan menutupnya. Maka cukup wajar melihat para pedangang cukup “akur”, dan kita sebagai pengunjung tidak terlalu terganggu dengan "persaingan" itu.

Di CCC sendiri juga menyediakan toko yang modern layaknya mal seperti di Indonesia. Kita dapat masuk ke mal yang berisi ratusan toko yang menjual beraneka kebutuhan. Saya sendiri tidak sempat masuk ke dalam sampai jauh mengingat batasan waktu untuk kembali ke bus. Tampak dari kejauhan merek-merek barang elektronik yang sama kita jumpai di tanah air.

[caption caption="Barang di emperan toko pun tersedia. Dok Pribadi"]

[caption caption="Aneka pernak-pernik murah meriah. Dok Pribadi"]
[/caption][/caption]

Dan saya jumpai juga para pengunjung mayoritas dari Indonesia, diantaranya para peserta umrah. Maka berada di CCC itu tidak seperti orang asing saja. Kadang diantara mereka saling berinteraksi sekedar ingin tahu berasal dari daerah mana.

Untuk berbelanja hal yang bisa di makan, para pedagang di pasar Corniche rupanya cukup fair. Mereka menyediakan banyak sampel untuk dicoba sehingga kita dapat merasakannya, mulai dari aneka kurma, coklat, ataupun kacang-kacangan. Kita sebagai pembeli seakan diperlakukan “raja”, kita membeli setelah bisa merasakannya langsung sesuai selera atau tidak. Terlihat pula para pedangang kacang tanah yang disangrai tidak segan-segan memberikan dagangannya kepada para yang lalu lalang seraya berucap, "halal halal".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun