Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Permasalahan Sungai Brantas Bukan dari Sumber Awalnya

9 Februari 2016   16:48 Diperbarui: 9 Februari 2016   19:54 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sungai Brantas yang membelah kota Malang. Dok Pribadi"][/caption]

Sungai Brantas adalah sungai terpanjang kedua di pulau Jawa setelah Bengawan Solo yang panjangnya sekitar 320 km. Sungai ini mengalir di beberapa kota di Jawa Timur mulai dari kota Batu, Malang, Blitar, Tulungangung, Kediri, Jombang, Mojokerto yang kemudian bercabang dua menjadi jadi kali Mas dan kali Porong yang masing masing melewati Surabaya dan Sidoarjo.

Melihat sungai Brantas di beberapa kota yang dilewatinya itu ada beberapa persoalan mulai dari yang ringan sampai berat. Banyaknya sampah yang menyebabkan air tidak bening lagi, adanya polusi limbah baik dari rumah tangga ataupun pabrik. Maka di beberapa wilayah sungai Brantas ini air yang mengalir tidak layak dijadikan air mandi apalagi air minum. Untuk menjadikan sebagai air minum pun harus melalui beberapa proses, dan itu hasilnya pun masih belum maksimal.

[caption caption="Lokasi sumber Sungai Brantas Dok. Pribadi"]

[/caption]

Air sumbernya, aman terkendali

Setiap sungai ada awal dan akhirnya. Untuk awal atau hulu sungai Brantas ini berasal kota Batu tepatnya di dukuh Sumber Brantas desa Tulungrejo Kec. Bumiaji yang ketaknya di kaki gunung Anjasmoro. Saya bersama teman Komunitas Bolang berkesempatan mengunjungi tempat ini pada 24 Januari lalu. Kunjungan ke sana bukan karena terprogram secara rinci (by design) tetapi ada unsur ketidaksengajaan (by accident).
Namun demikian “kecelakaan” itu justru jadi berkah, banyak pelajaran yang dapat kami peroleh yang selama ini banyak hal yang tidak kita ketahui dapat menjadi jelas. Sumber mata air sungai Brantas berada di kawasan arboretum yang dikelola Perum Jasa Tirta I. Menurut Suhada sang penjaga,  kawasan ini luasnya 14 ha yang yang ditanami beberapa jenis tanaman.

[caption caption="Dok Pribadi."]

[/caption]

Boleh dikata kawasan ini adalah hutan buatan, yang dimulai sekitar tahun 1982. Sebelumnya kawasan ini adalah milik rakyat yang kemudian diambil alih pemerintah dengan membelinya. Maka tidak heran di dalam kawasan ini tertata dengan rapi mulai penataan tanaman dan pembuatan jalan penghubungnya. Jembatan penghubung juga di buat cantik dan cocok buat yang suka berfoto ria.

Untuk menuju sumber mata airnya ditempuh dengan berjalan kaki, jaraknya sekitar 500 meteran. Suasana yang sejuk cenderung dingin, disertai hembusan angin sepoi-sepoi, pemandangan yang hijau dan kadang diselingi bunga- bunga, maka perjalanan tidak terasa melelahkan. Tidak ada petunjuk jelas menuju arah sana, tetapi karena jalannya hanya satu jalur maka hampir dipastikan tidak akan tersesat.

Akhirnya tidak begitu lama sampailah tujuan yang dimaksud. Benar-benar mata air yang langsung keluar dari tanah. Perlu kiranya kita turun untuk sekiranya dapat menyentuh airnya. Dan tangga besi sengaja dibangun untuk mempermudah pada pengunjung. Airnya tampak bening. Bagi pengunjung ada yang sekedar cuci muka atau meminumnya. Menurut Suhada, ada beberapa pengunjung yang sengaja membawa botol untuk membawa air sumber itu untuk dibawa pulang.

Air sumber Brantas ini terus mengucur mencari tempat yang rendah untuk bergabung dengan mata air setelahnya di sisi sungai yang pada akhirnya menjadi sungai besar yang deras, bahkan bisa dipakai sebagai arung jeram ataupun pembangkit listrik mikro hidro. Dan inilah suatu berkah lain dari keberadaan sungai Brantas yang potensinya terus dikembangkan, selain sebagai bahan baku pengairan ataupun air minum. Keberaadaan mata air di arboretum sangat terjaga. Adanya hutan yang rimbun dan berpohon besar sekiranya akan mampu membuat mata air ini terus mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun