Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Lain di Depan Gerbang Wisata Belanja Tugu

1 Januari 2014   23:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:15 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_312977" align="aligncenter" width="563" caption="Di balik hiruk-pikuk keramaian pasar, ada sisi lain yang kadang perlu memperoleh perhatian. Dok pribadi"][/caption]

Saya termasuk “rajin” mengunjungi Wisata Belanja Tugu yang berada di Jalan Semeru Malang. Wisata belanja ini merupakan pasar “kaget” yang berlangsung setiap hari minggu, sekaligus memeriahkan car free day di Jalan Ijen. Aneka jualan belanja dijual di sana. Mulai dari keperluan sehari-hari seperti pakaian, anekasouvenir, dan kebutuhan lain layaknya sebuah pasar.

Dan yang lebih menarik adalah di sini dijual aneka minuman dan hidangan kuliner mulai dari jajanan pasar, aneka kripik, serta makanan. Sudah pasti ada makanan khas Malang dan daerah sekitar seperti orem-orem, bakso, nasi pecel, rawon, rujak, gado-gado, sate, dan soto. Dan tidak melupakan ada makanan dari daerah “jauh” sepertibatagor dan siomay Bandung, pem-pek Palembang, kerak telor Betawi, atau bubur Jakarta. Sudah pasti pasar yang menutup –sementara- jalan sampai 10 pagi ini ramai pengunjung.

Dari hiruk pikuk orang yang berdatangan, entah itu sekedar “cuci mata” atau pun yang bertransaksi, di sudut depan ada sosok yang cukup mendapat perhatian. Adanya pas di depan pagar pintu masuk gedung perpustakaan kota Malang. Ke arah timur adalah pintu masuk ke Wisata Belanja Tugu. Tiap kali saya ke sana, saya pasti melihat seorang bapak yang menggendong seorang anak yang mengalami pembesaran kepala (hidrosefalus). Sambil duduk di trotoar tampak juga di depannya ada semacam baskom. Saya lihat beberapa pengunjung memberikan uang di tempat yang telah di sediakan itu.

Dalam beberapa pengamatan terlintas dipikiran saya, setidaknya timbul dua pertanyaan: apakah pemerintah tidak peduli terhadap warganya dan apakah bapak ini memanfaatkan anaknya untuk “memungut dana” dari pengunjung. Daripada penasaran saya coba bertanya kepada bapak itu pada minggu lalu (29/12/13). Saya beranikan tanya apakah anaknya sudah pernah dibawa ke rumah sakit, jawaban bapak itu sudah. Kemudian saya tanya lagi apakah ada bantuan dari pemerintah, jawabannya juga sudah.

Bapak itu juga menjelaskan bahwa anaknya sudah dioperasi dengan adanya donatur, bahkan ada yang dari Makasar. Bapak itu juga menjelaskan bahwa anaknya itu beberapa kali operasi, dan sebelumnya kepalanya tidak sebesar pada saat ini. Anaknya pada waktu lahir kondisi normal sampai suatu ketika terkena penyakit itu, dan ternyata umur anaknya sudah 20 tahun. Saya pun sempat sedikit terkejut tidak menyangka umurnya segitu, karena untuk ukuran fisiknya terlihat seperti seukuran anak TK.

Bapak yang juga warga Malang itu juga menceritakan bahwa anaknya juga dapat merasa apabila ada orang yang berinteraksi. Saban hari ia yang merawat anak itu. Dari penjelasan bapak itu, hilanglah penasaran yang ada dibenak saya, bahwa ternyata pemerintah juga perhatian dengan warganya walaupun kurang maksimal. Untuk alasan bapak itu “memanfaatkan” anaknya, terus terang saya tidak berani memberi kesimpulan seperti itu.

Bisa jadi bapak itu melakukannya karena harus merawat anaknya secara total. Maka tiada waktu untuk mencari pekerjaan, itu pun hanya sebatas dugaan, saya sendiri tidak menanyakan apa sebenarnya profesi bapak itu. Untuk sekedar minta ijin untuk memfotonya, saya sendiri sungkan, takut membuat bapak itu tersinggung. Saya takut bahwa akan “memanfaatkan” bapak dan anaknya itu. Dan saya sendiri menyadari bahwa tidak dapat berbuat banyak menghadapi persoalan seperti ini. Yang saya tahu –meminjam petikan lagu Titik Puspa- bahwa Tuhan menyayangi umat-Nya.

Tahun 2014 mari kita songsong dengan penuh harapan. Presiden SBY telah mencabut Peraturan Presiden Nomor 105 dan 106 Tahun 2013 yang memberikan jaminan kesehatan paripurna, termasuk fasilitas berobat ke luar negeri pagi para menteri, pejabat lembaga tinggi negara, serta anggota DPR/DPRD dan keluarganya.

Sebagai gantinya pemerintah memberlakukan layanan yang lebih adil bagi seluruh rakyat Indonesia yang dicanangkan mulai 1 Januari 2014 dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dan mudah-mudahan ini adalah tonggak dalam melayani kesehatan masyarakat yang lebih baik. Peran semua pihak harus ada, tidak menggantungkan pada pemerintah semata. Dengan demikian kasus seperti bapak dan anaknya di depan Wisata Belanja Tugu itu akan memperoleh solusi yang lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun