Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Wajib Tonton: Cita-Citaku Setinggi Tanah

12 Oktober 2012   01:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:55 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_217613" align="aligncenter" width="589" caption="Sumber:http://www.centroone.com/photo/2012/10/1v/premier-film-cita-citaku-setinggi-tanah/?fullSite"][/caption]

Pada hari minggu lalu (7/10) saya mendapat kehormatan melalui Kompasiana untuk nonton bareng (nobar) sebelum pemutaran perdana (premier) Film Cita-Citaku Setinggi Tanah (CCST) tangal 11 Oktober.Bertempat di XXI Gandaria City film itu digelar dalam lima studio sekaligus, bersama para Kompasianer dan komunitas yang lain, cukup ramai dan meriah suasana waktu itu. Para bintang dan pendukung film tampak berbaur di antara para peserta nobar yang lain.

Film ini cukup bagus, inspiratif, dan menyentuh. Hasil keuntungan dari film CCST akan didonasikan seutuhnya bagi anak penyandang kangker melalui Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Menurut Eugene Panji dalam sambutannya sebelun pemutaran film dimulai, bahwa film ini dibuat dengan semangat kasih dan untuk berbagi. Selain itu untuk mengembangkan film Indonesia agar lebih bermutu dan mencerahkan.

Setiap anak pasti mempunyai cita-cita dan satu sama lain tidaklah sama. Ketika diutarakan beragam bentuknya, dan itu bisa di nilai baik, bagus, biasa saja, atau justru menjadi bahan tertawaan. Sisi-sisi itulah yang coba diangkat di film CCST ini. Dikisahkan 4 sahabat anak SD yang ditugaskan gurunya untuk menuliskan citacitanya. Sebelumnya ibu guru menanyakan masing-masing anak. Jono bercita-cita jadi tentara, Sri pingin jadi artis, Puji mempunyai cita-cita yang terlalu umum pingin jadi orang yang berguna. Ketika ditanya kepada Agus dengan polosnya ia bercita-cita ingin makan direstoran Padang. Mendengar jawaban itu sontak saja seluruh kelas tertawa termasuk juga para penontonnya.

Dari situ cerita mulai mengalir. Agus menjadi tokoh sentral di sini karena cita-citanya cukup aneh, tidak umum, dan hanya setinggi tanah. Bahkan sahabatnya puji mengatakan “cita-citanya rendah dan menyusahkann lagi”. Ia memilih cita-cita makan di restoran Padang bukannya tanpa alasan. Sehari-hari ia hanya disuguhkan lauk tahu bacem oleh ibunya dan kebetulan juga bapaknya kerja di pabrik tahu. Untuk makan di restoran Padang jelas membutuhkan biaya. Ketika meminta pada bapaknya bukannya dikasih uang atau solusi, malah diberi nasehat bahwa pendidikan jaman sekarang serba uang beda dengan jamannya dahulu yang hanya mengandalkan otak.

Tidak mendapat dukungan dari orang tuanya hampir saja Agus putus asa, sampai untuk menuliskan cita-citanya pada selembar kertas mengalami kebuntuan. Untung saja pada waktu itu ada tetangganya mbah Tapak yang menghiburnya, ia menasehati Agus bahwa ia sudah ada dijalan yang benar: cita-cita itu bukannya untuk ditulis tapi berusaha memujudkannya.

Akhirnya Agus bertekad memujudkannya cita-citanya itu, caranya dengan menabung. Ia sisihkan uang jajannya yang ditaruh pada celengan bambu yang dibuat bersama temannya Puji. Koin demi koin terkumpul. Suatu saat kegiatan menabungnya terhenti karena oleh ibunya Agus tidak diberi uang jajan lagi, sebagai gantinya ia dibawakan bekal dari rumah. Tidak mendapat uang jajan tidak membuat Agus menyerah ada cara lain yaitu tanpa sepengtahuan orang tuanya, ia berjualan keong. Dan di lain waktu ia mendapat “proyek” mengantarkan ayam ke restoran padang, tempat yang diidamkannya itu.

Rupiah demi rupiah terkumpul, serasa cukup ia pecahkan celengan bambu dan hasil yang terkumpul ditaruhnya di kantung plastik.Jumlahnya lumayancukup untuk memujudkan cita-citanya itu. Namun akibat kecerobohannya sendiri kantung plastik itu jatuh ke sumur, uang yang di kumpulkan dengan susah payah hilang begitu saja dan itu yang membuatnya sedih. Sekali lagi mbah Tapak mampu menghibur hatinya yang sedang galau: Rejeki tidak pernah pergi tapi menunggu waktu untuk kembali. Tidak berselang lama rejeki itu kembali, ia mendapat uang saku dari neneknya yang akan pulang setelah mengunjungi anak cucunya. Akhirnya wajahnya ceria kembali, cita-citanya akan segera terwujud.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film CCST ini bahwa tidaklah penting seberapa besar atau tingginya cita-cita itu yang penting adalah mewujudkannya.Dalam mencapai cita-cita tentu ada tantangan dan hambatan yang kita harus mampu mengatasinya dengan tetap tegar dan sabar. Dari rangkaian cerita itu akan ditemukan bagaimana arti cita-cita yang mulia itu tanpa kita harus meninggalkan cita-cita yang kita miliki. Film yang mencerahkan cocok buat semua keluarga.

Namun sayang sehabis nobar tidak dilanjutkan dengan kopdar. Dan jujur saja untuk untuk mendapat kopdar yang baik memang perlu moderator agar lebih tertata. Betapa terkejutnya saya ketika membaca postingan Kompasianer tentang nobar CCST beserta berbagai komentar di dalamnya ternyata yang saya temui di samping kiri kanan depan adalah para Kompasiner juga. Memang pada waktu ini suasana cukup ramai dari berbagai komunitas, mana Kompasiana dan bukan sulit membedakanya. Beberapa memang berhasil saya tebak sepertimbak Ria Astuti, Pak Dian Kelana, Bang Dzulfikar. Dan saya tidak menyangka pula bahwa persis di depan bangku di studio adalah Bu Rokhmah yang pernah berkomentar di salah satu postingan saya. Ke depan mudah-mudahan kopdar Kompasiana akan lebih baik lagi, dan dapat bersua kembali di Kompasianival November nanti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun