Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud featured

Selamat Datang, September Ceria!

3 September 2012   08:02 Diperbarui: 1 September 2018   13:29 1573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay)

Setiap hari seharusnya diisi dengan hal-hal yang baik dan positif sehingga hidup agar lebih berarti. Dalam keseharian dan perjalanan waktu selalu ditandai dan dibatasi yang namanya hari, bulan, dan tahun. 

Penandaan waktu itu seharusnya tidak menjadikan kita terkungkung oleh aktifitas tertentu yang terkadang membuat diri terasa nyaman atau tidak. Bagi seorang pekerja terkadang di hari senin sesuatu yang sangat membebani karena harus bekerja lagi, yang hari sebelumnya dipakai untuk bersenang-senang atau refreshing.

Bagi yang muda-mudi sabtu malam adalah waktu yang paling di nanti, yang sering diistilahkan malam mingguan karena ada “ritual” untuk bertemu dengan sang pujaan hati.

Dalam bulan pun kadang dimaknai dengan momen-momen tertentu. Dalam tahun hijriah kita kenal dengan bulan Ramadhan yang selalu dinanti karena ada semarak keagamaan, ekomoni, dan sosial. Yang kemudian dilanjutkan dengan bulan syawal dengan semarak hari rayanya. Dalam tahun masehi pun demikian, yang paling semarak adalah ketika berjumpa dengan bulan baru di awal tahun: Januari.

Tanpa terasa kita sudah sampai pada bulan September tahun 2012, tidak terasa pula kita berada di penghujung tahun yang tinggal beberapa bulan lagi. Rasanya kita harus berterimakasih dengan pengarang lagu James F. Sundah yang kemudian lagunya di popolerkan dengan cukup apik oleh Vina Panduwinata: September Ceria.

Melalui lagu itu, disadari atau tidak membuat bulan September menjadi terasa istimewa. Keberadaanya jika dikaitkan dengan keberadaan iklim, maka bulan September merupakan masa pancaroba dari musim kemarau menuju musim hujan. Kita bisa lihat lirik pembuka lagu September ceria itu:

Di ujung kemarau panjang
Yang gersang dan menyakitkan
Kau datang menghantar kesejukan
Penantian akan turunnya hujan di saat kemarau panjang dapat terhibur dengan kehadiran seseorang yang memberi kesejukan. Seeorang yang dapat menghantarkan harapan kita untuk mewujudkan cita-cita. Seseorang yang dapat memberikan kekuatan di saat kelemahan mulai mendera. Bahwa namanya semangat tidaklah boleh pudar oleh keadaan atau situasi apapun. 

Selanjutnya dalam penutup lagu itu disebutkan:

Kasih,
Kau sibak sepi di sanubariku
Kau bawa daku berlari di dalam asmara
Yang mendamba dan bahagia

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang mendambakan namanya kebahagiaan. Pada tataran tertentu kadang kita sibuk mencari kebahagiaan yang pada suatu sisi kita dituntut untuk tidak mencari tetapi menciptakan kebahagiaan itu. 

Terlepas dari itu semua yang penting adalah –seperti dalam lagu itu- menyibak sepi di sanubari. Perasaan sepi dan terasing itu lah yang sebenarnya harus kita hilangkan. Apalagi bila bersama dengan orang yang tepat. Seseoarang yang dapat memberi riuh dikala sepi, yang dapat membangunkan gairah untuk dapat berlari.

Ya semoga bulan September tahun ini benar-benar memberi keceriaan hidup ini, di antara penatnya hidup, di antara keadaan perekonomian yang tidak kunjung membaik, di antara carut-marutnya kondisi negara ini. 

Dan itu semua janganlah membuat kita kehilangan rasa syukur kita. Bahwa kehidupan harus terus berlanjut yang harus dijalani dari hari ke hari. Mari kita habiskan bulan September ini dengan penuh keceriaan. Sebagai penutup cukup bagus menjalani hidup seperti goresan tinta yang ditulis sang pujangga, Khalil Gibran:

Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan.
Mensyukuri hari baru penuh kecintaan.
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta.
Pulang kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari
dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir senyuman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun