Bakso kadang diidentikkan dengan Malang, dan itu tidak salah. Di Malang, banyak variasi bakso dijumpai mulai yang biasa sampai yang dimodifikasi (dibakar, dipanggang, dicampur dengan rumput laut, dan lain sebagainya). Kita lupakan sejenak bakso malang itu. Malang Raya (yang meliputi kota Malang, kabupaten Malang dan kota Batu) juga ada makanan khas yang tidak kalah sedapnya, yang bagi orang Malang sering disebut orem-orem. Makanan itu sebenarnya racikan campuran sederhana: lontong atau ketupat, kuah santan, kecambah (tauge), serta ditambahi irisan tempe kecil-kecil.
[caption id="attachment_339407" align="aligncenter" width="589" caption="Dok pribadi"][/caption]
Namun dari berbagai warung yang menjual orem-orem di Malang Raya ada yang cukup menarik perhatian, dengan –diferensiasi- menggunakan ketupat raksasa. Ukuran ketupatnya untuk disajikan memang terbilang jumbo bila dibandingkan dengan ketupat biasa, bisa 5 kalinya. Warung orem-orem spesial ini bisa ditemui di tempat pak Mahmudi yang berada di kecamatan Singosari kabupaten Malang. Letak warungnya bila dari arah kota Malang menuju Surabaya tempatnya sebelah kiri jalan, tidak jauh setelah pasar Singosari.
Sekilas memandang warung itu, akan dijumpai dengan berjajar ketupat raksasanya yang dipajang di gerobak depan, jelas akan mengundang rasa penasaran dan tentu saja ingin mencobanya. Jumat siang itu (16/05) pada saat jam makan siang saya menyempatkan diri untuk mampir di warung itu. Setelah pesan, selang 5 menitan kemudian satu porsi orem-orem sudah ada di hadapan mata.
[caption id="attachment_339408" align="aligncenter" width="639" caption="Dok pribadi"]
Jika dilihat makanan khas ini cukup sederhana, mencerminkan suasana rakyat yang bersahaja. Makanan yang diolah dari bahan yang murah meriah, mudah didapat, dan bergizi tinggi. Dengan berbahan dasar tempe, keberadaan orem-orem ini mempertegas Malang sebagai daerahpenghasil tempeyang sudah dikenal sejak lama. Untuk produk turunannya seperti kripik tempe cukup mudah didapatkan, dan menjadi oleh-oleh yang wajib dibawa, selain kripik buahnya.
Dan tidak sabar juga untuk mencicipinya, setelah dicoba, hemm rasanya cukup sedap. Irisan ketupatnya agak besar dengan tekstur lembut. Kuahnya pun cukup berasa dengan beberapa rasa rempah. Jika kurang rasa manis cukup tambahkan kecap, dan sambal sesuai dengan selera.
[caption id="attachment_339409" align="aligncenter" width="603" caption="Dok pribadi"]
Menurut pak Mahmudi usaha orem-orem ini berjalan sejak tahun 1970-an, yang pertama kali berjualan di sekitar pasar Singosari. Baru sekitar lima tahunan berada diwarung yang baru yang ditempati saat ini. Pengunjungnya cukup banyak terutama saat waktu makan dan yang mampir tidak saja dari sekitar Singosari, juga dari beberapa kota.
Untuk porsi yang cukup mengenyangkan ini tidak bakalan menguras isi kantong. Sepiring orem-orem cukup membayar 6 ribu saja, harga yang cukup bersahabat dan tidak berkorelasi dengan keraksasaan ketupatnya. Untuk menambah selera tersedia krupuk, tempe goreng, atau telur asin. Jika berkunjung ke Singosari, silahkan mampir ke warung orem-orem ini di jamin puas dengan ketupatraksasa yang tidak sekedarhiasan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H