Cerita tentang cinta tak akan ada habisnya. Â Apalagi saat masih berseragam putih abu-abu. Â Rasa malu ingin bertegur sapa, ingin tahu siapa namanya, ingin bicara walau hanya sepatah kata. Â terkadang semuanya sirna saat si Dia ada depan mata.
Sekitar awal Tahun 1990, saya bersekolah di SMA Negeri 1 Bogor. Â Rumah orang tua saya di lingkungan Depok II Timur mengharuskan saya menempuh perjalanan melalui dua moda transportasi untuk bisa sampai ke sekolah. Â Saya naik angkutan kota (angkot) ke stasiun setelah itu dilanjutkan naik KRL Jabodetabek tujuan Bogor. Â
Saya lebih memilih naik KRL dengan konsekuensi harus berangkat tepat setelah sholat subuh. Â Kenapa pagi sekali? Â Ini karena jadwal KRL yang sudah pasti yaitu jam 6 pagi. Â Ada beberapa alasan saya pilih naik KRL. Â Pertama saya tidak akan terlambat masuk sekolah, kedua banyak kawan yang satu tujuan walaupun berbeda sekolahnya. Â Satu lagi alasan utama yaitu ingin bertemu dengan si Dia.
Iya si Dia selalu naik KRL bersama-sama dengan saya. Â walau sebenarnya tidak hanya dengan saya saja. Â tapi ada beberapa kawan lain, Â tapi namanya sedang suka ya rasanya Dia naik kereta karena saya. Â
Â
KRL di jaman itu jauh berbeda dengan jaman sekarang. Â Dahulu KRL masih dipenuhi dengan pengamen dan tukang asongan. Â para penumpang masih bebas merokok dan pemeriksaan karcis dilakukan secara manual oleh petugas yang didampingi oleh keamanan KRL. Â Saat ini KRL sudah jauh lebih nyaman dan bersih dari pengamen dan tukang asongan, serta ruangan yang ber-AC sehingga para penumpang dilarang merokok.
Â
Saat itu, KRL Jabodetabek jurusan Stasiun Bogor yang biasa saya naiki kondisinya berkebalikan seratus delapan puluh derajat dengan Jurusan Stasiun Jakarta Kota. Â Menurut analisa saya, karena jumlah stasiun yang akan dilewati hanya 4 (empat) buah kalau dihitung dari Stasiun Depok Lama. Â Stasiun tersebut yaitu Citayam, Bojong Gede, Cilebut dan Bogor. Â Sedangkan jumlah stasiun yang dilewati KRL Jurusan Jakarta Kota sekitar 19 (sembilan belas) stasiun. Â Hal ini menyebabkan jumlah penumpangnya jauh lebih sedikit sehingga memungkinkan saya dan kawan-kawan seperjalanan merasa nyaman berinteraksi dan bersenda gurau.
Â
Sekarang sudah tiga puluh tahun berlalu dan terakhir kali saya naik KRL Jabodetabek sekitar Tahun 2019. Â Saya merasa sangat nyaman mulai dari pembelian tiket, ruang tunggu sampai di dalam kereta. Â Saya berharap pelayanan dan kondisi ini dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. Â Semoga PT KAI semakin baik dalam melayani masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H