Pada perayaan hari Natal ada sebuah kebiasaan  untuk tukar-menukar kado pada sanak-saudara dan teman-teman. Sejak kapan sih kebiasaan tukar-menukar kado ini muncul?  Kemungkinan besar kebiasaan ini bermula di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang memberikan hadiah satu sama lain sebagai bagian dari perayaan akhir tahun. Pada tahun 1100, di banyak negara Eropa, muncullah tokoh Santo Nikolas menjadi lambang usaha saling memberi.
Menurut legenda, Santo Nikolas membawakan hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember. Tokoh-tokoh lainnya muncul  mendampingi Santo Nikolas, dan tanggal 25 Desember di beberapa negara Eropa menjadi hari untuk tukar-menukar kado -- tidak peduli dia Kristen atau bukan. Kemudian di Amerika Serikat, Santo Nikolas dikenal sebagai Santa Claus kakek tua gendut yang datang membawakan hadiah untuk anak-anak dan menyapa dengan ketawanya yang khas: "Ho...ho....ho" Santo Nikolas atau Santa Claus -  di Indonesia disebut Sinterklas.
Bagaimana sebaiknya kita menyikapi tentang tokoh Sinterklas ini? Apakah kita harus menolaknya atau menerimanya? Sebenarnya tergantung bagaimana motivasi kita merayakan Natal. Kalau Natal hanya sebatas sebagai sebuah perayaan sosial untuk kumpul-kumpul keluarga dan saling berbagi kado, maka sah-sah saja kita menampilkan tokoh kakek gendut yang murah hati ini. Tetapi kalau kita mau merayakan Natal yang berpusat pada kelahiran Yesus Kristus Juru Selamat Dunia, maka seharusnya tokoh yang ditonjolkan bukan Sinterklas, tetapi pribadi Allah Bapa yang telah memberikan 'kado' terhebat kepada manusia, yaitu Yesus Kristus.
Kalau toh, tokoh Sinterklas tampil -- biarlah dia menjadi tokoh yang menegaskan sebuah kemurahan hati yang seharusnya menjadi karakter setiap orang karena Allah yang menciptakan manusia adalah Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih. Pribadi Yesus Kristus yang datang ke dunia sebagai Juru Selamat Manusia harus menjadi berita utama dan tokoh utama perayaan Natal. Di dalam Pribadi-Nya kemurahan hati Allah yang sempurna diwujudnyatakan di dunia.
Merayakan Natal tanpa mengenal dan menghadirkan Yesus adalah perayaan yang aneh dan lucu. Bagaimana mungkin kita merayakan kelahiran seseorang yang tidak kita kenal atau tidak kita sukai? Bagaimana mungkin perayaan Ulang Tahun tanpa dihadiri yang berulang tahun?Â
Selamat hari Natal. Selamat merayakan kemurahhatian Allah.
hatebe/22/12/18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H