(herutribudi/restorasikeluarga) - Dalam salah satu seminar parenting, saya bertemu teman kuliah sewaktu di Jogja dulu. Dia ikut seminar itu bersama istri dan dua anak laki-lakinya. Selain kisah tentang nostalgia, bagi saya yang menarik adalah: keluarga ini terlihat akrab satu sama lain, suami, istri dan dua anaknya yang sudah remaja terlihat sangat menikmati hubungan dan kebersamaan mereka. Keintiman keluarga yang semakin jarang ditemui.
Sudah terbukti, bahwa keluarga yang sehat secara emosional akan menjadi keluarga yang bahagia dan harmonis. Lalu apa ciri-ciri keluarga yang sehat secara emosional itu?
Keluarga yang sehat secara emosional pertama, akan terlihat ketika otoritas orang tua dirasakan anak-anak dapat memberikan rasa aman atau melindungi. Anak-anak senang merasakan kedekatan dan kasih sayang orang tuanya tanpa rasa takut. Yang mereka rasakan adalah rasa aman dan terlindungi.
Ciri yang kedua adalah, setiap anggota keluarga berani menyatakan perasaan dan pikirannya secara terbuka. Ada ruang untuk menyatakan keluhan, gagasan, kemarahan bahkan ketidaksetujuan, tetapi dengan sikap yang positif. Jadi, dalam keluarga yang sehat secara emosional, walaupun hirarki keluarga jelas tetapi pendekatannya tidak otoriter, tidak memaksakan dan tidak hanya satu arah. Komunikasi yang terbangun bersifat dua arah dan setiap anggota keluarga dihargai sebagai pribadi yang memiliki keunikan dan keistimewaan sehingga mereka diberi kesempatan untuk mengungkapkannya.
Dalam keluarga yang sehat secara emosional hubungan setiap anggota keluarga terasa akrab, jujur dan terbuka. Keluarga ini senang melakukan aktifitas bersama, bisa rileks bersama dan kelihatan tidak ada sekat satu sama lain. Hal ini sangat terlihat jelas dalam keluarga sahabat lama saya di atas. Sangat menarik sekali, karena anak remaja biasanya mulai membuat jarak dengan orang tuanya, tetapi tidak demikian jika keluarga itu sehat secara emosional.
Ciri berikutnya adalah setiap anggota keluarga merasa dikasihi tanpa syarat dan diterima apa adanya. Tidak ada yang merasa direndahkan atau dibandingkan satu sama lain. Semua mendapatkan perlakuan yang istimewa dan bisa jadi dirinya sendiri. Keluarga secara emosional akan menjadi sakit ketika budaya memaksakan kehendak, membandingkan satu dengan yang lain dan setiap anggota keluarga harus selalu 'seragam' -- tidak boleh berbeda. Pendekatan seperti ini biasanya dilakukan oleh kepala keluarga yang otoriter. Bisa menjadi diri sendiri itu bagian dari kesehatan emosional yang seharusnya didapatkan mulai dari keluarga.
Kegagalan bukan sesuatu yang tabu bagi keluarga yang sehat secara emosional. Artinya ketika ada salah satu anggota keluarga yang gagal, mereka tahu tidak akan dilecehkan tetapi sebaliknya akan didukung untuk kembali bangkit dari kegagalannya. Mungkin koreksi atau teguran yang keras diberikan, tetapi dukungan yang sepenuh hati selalu diberikan untuk bisa bangkit dari kegagalannya.
Ketika ada yang bersalah, dia berani mengakui kesalahannya tanpa takut dihakimi. Keluarga ini bahkan menjadi tempat yang penuh kasih dan membangkitkan semangat untuk memperbaiki kesalahan. Dimarahi atas kesalahannya, ya, tetapi tidak hanya dihakimi. Selalu tersedia pengampunan dan kesempatan kedua untuk 'bertobat' memperbaiki diri.
Terakhir, dalam keluarga yang sehat secara emosional, disiplin yang diterapkan dalam keluarga bukanlah disiplin yang menyiksa, tetapi dirasakan sebagai batas-batas yang melindungi dan membangun identitas keluarga. Pendekatan yang tegas dan jelas mana yang boleh mana yang tidak boleh tetapi tidak ada ancaman dan kekerasan. Anggota keluarga paham maksud dan tujuan disiplin dilakukan dan ketika ada yang melanggar ada konsekuensi yang harus dijalani tanpa yang bersangkutan merasa dibuang dan dihakimi.
Menginginkan keluarga bahagia tetapi mengabaikan kesehatan emosional keluarga adalah sebuah keniscayaan. Sesuatu yang sulit terwujud. Tetapi ketika kita berkomitmen untuk merawat kesehatan emosional setiap anggota keluarga maka kebahagiaan itu merupakan buah yang bisa kita nikmati. Bagaimana dengan keluarga kita selama ini? Adakah ciri-ciri dari keluarga yang sehat secara emosional seperti di atas juga ada dalam keluarga kita?
Salam Sukses dan Bahagia!
-heru tri budi -Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H