Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekuatan Merusak Perkataan yang Tidak Sepantasnya

16 April 2018   06:00 Diperbarui: 17 April 2018   11:24 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak kenal Nelson Mandela, tokoh penentang rezim apartheid di Afrika Selatan yang dipenjara selama hampir tiga dekade. Nelson Mandela  sangat paham tentang kekuatan kata-kata. Selama di penjara, ia tidak banyak bicara karena takut akan akibat buruk yang dapat ditimbulkannya. 

Setelah pembebasannya, Nelson Mandela berkata, "Bukan kebiasaan saya untuk berkata-kata dengan sembarangan. Pengalaman selama 27 tahun mendekam di penjara telah mengajar kami untuk menggunakan kesunyian dari kesendirian itu guna memahami betapa berharganya perkataan, dan betapa kuat dampak perkataan terhadap hidup-mati seseorang."

Nelson Mandela nampaknya sangat paham tentang kebenaran dari amsal kebijaksanaan yang pernah ditulis raja Salomo: "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya". Memang tidak terbantahkan, bahwa perkataan berpotensi untuk menghasilkan konsekuensi yang positif atau negatif, membunuh atau menghidupkan, membangun atau menghancurkan. 

Dan setiap perkataan yang kita ucapkan akan memiliki konsekuensi dalam hidup kita. Kita akan menuai apa yang pernah kita ucapkan. Untuk itu alangkah bijak jika kita sungguh-sungguh memilih kata-kata yang akan kita ucapkan.

Kata-kata yang tidak sepantasnya yang kita ucapkan kepada orang lain akan berdampak buruk kepadanya dan kepada diri kita sendiri. Orang itu akan merasa terhina, tersinggung dan marah sehingga ia akan bereaksi untuk membenci dan menyerang balik kita. Perkataan yang tidak sepantasnya yang kita ucapkan akan menciptakan musuh dalam hidup kita.

 Orang bilang, satu musuh kebanyakan dan seribu teman masih kurang. Saya setuju dengan pernyataan ini. Dan musuh yang tercipta karena perkataan yang tidak pantas yang kita ucapkan ini akan menjadi 'duri dalam daging' yang merusak kebahagiaan hidup kita sendiri.

Selain melukai orang lain, perkataan yang tidak sepantasnya juga akan merugikan diri kita sendiri. Secara batiniah kita sebenarnya sedang manjauhkan diri dari orang tersebut. Kita sedang mengasingkan diri dari orang lain. 

Hal ini bisa berdampak batin menjadi kosong, kesepian dan akhirnya memunculkan perasaan depresi. Karena memang manusia itu dirancang Tuhan sebagai makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menikmati keintiman dengan sesamanya.

Setidaknya ada tiga perkataan yang tidak sepantasnya yang harus kita hindari atau tolak, yaitu: Pertama, informasi atau komentar terhadap orang lain yang bersifat memfitnah. Orang bilang fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Hal ini benar adanya. Fitnah adalah bagian dari pembunuhan karakter yang kejam.

Kedua, informasi yang merendahkan orang lain. Kalau fitnah adalah semuanya dusta, tetapi kalau merendahkan orang lain memang berdasarkan fakta namun hanya terfokus pada sisi negatifnya dan mengabaikan atau mengaburkan sisi positifnya. Perkataan yang merendahkan orang lain akan merusak karakter dan harga diri orang tersebut.

Dan yang ketiga adalah perkataan yang hanya bersifat gossip atau rumor. Tidak peduli faktanya benar atau salah, sungguh-sungguh ada atau hanya rekayasa, informasi itu digoreng dan disebarluaskan ke ruang public sebagai alat untuk membunuh karakter seseorang. Gosip biasanya sedikit fakta dan bagian besarnya dusta.

Begitu dahsyatnya kekuatan kata-kata sehingga kata-kata yang tidak sepantasnya seperti fitnah, gossip dan merendahkan orang lain juga memiliki dampak kuat untuk merusak karakter, persaudaraan dan kehidupan bersama di masyarakat. 

Untuk itu, komitmen untuk melawan hoax adalah panggilan hati nurani bagi orang-orang yang masih mencintai orang lain sebagai sesamanya. Panggilan bagi orang-orang yang masih waras dan mencintai perdamaian serta memimpikan dunia tempat kita berpijak menjadi dunia yang indah tanpa pertengkaran dan kebencian.

Salam sukses dan bahagia!

#herutribudi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun