Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Pelakor, Siapa yang Harus Disalahkan?

21 Februari 2018   15:18 Diperbarui: 23 Februari 2018   09:46 1968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.istockphoto.com

Hal-hal di atas hanyalah alasan kecil mengapa pria dan wanita yang sudah menjadi pasangan suami istri melakukan perselingkuhan. Pasti setiap kasus memiliki alasannya sendiri yang unik sesuai konteks pribadi masing-masing. Salah satu alasan yang kuat lainnya adalah factor genetic dari orang tua. Banyak penelitian sudah membuktikan, bahwa orang tua yang pernah berselingkuh mengakibatkan anaknya juga memiliki kecenderungan untuk melakukannya.

Hubungan suami istri yang bermasalah

Faktor lain mengapa wanita atau pria berselingkuh adalah karena hubungannya dengan pasangannya bermasalah dan biasanya berlangsung lama tanpa penyelesaian yang jelas. Misalnya, istri menganggap suaminya tidak bisa berfungsi dengan baik sebagai kepala keluarga atau sebaliknya suami menganggap istri tidak bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik. 

Perbedaan kebiasaan, temperamen, nilai-nilai moral atau cara berkomunikasi seringkali juga bisa menimbulkan pertengkaran yang berkepanjangan dan merusak keintiman suami istri. Akibatnya, baik istri maupun suami merasa lelah secara emosional dan mengalami kebosanan dalam pernikahan. Hal ini bisa memicu terjadinya perselingkuhan. Bagi banyak orang, ketidakpuasan secara seksual seringkali juga bisa menjadi pemicu perselingkuhan.

Dengan melihat berbagai faktor pemicu perselingkuhan tersebut, maka kita bisa melihat fenomena pelakor seharusnya tidak hanya melulu menyalahkan pihak wanita. Mungkin saja pria yang sudah bersuami itu yang aktif menggoda wanitanya. Siapapun yang memulai, perselingkuhan adalah sesuatu yang salah dan pelakunya, baik yang wanita maupun yang pria dua-duanya salah. Bagi wanita pelakor, Anda telah mencuri kebahagiaan istri dan anak dari pria yang Anda selingkuhi. Bagi pria yang sudah beristri, Anda telah mengkhianati cinta istri Anda dan melukai hatinya serta merusak kebahagiaan keluarga Anda sendiri.

Untuk itu sangat penting untuk membangun pernikahan berdasarkan nilai-nilai spiritual yang kuat dan sehat. Jodoh itu berasal dari Tuhan dan pernikahan itu juga rencana Tuhan. Ketika kita ketemu jodoh dan akhirnya menikah, kita seharusnya yakin bahwa Tuhan telah menyatukan kita dengan pasangan kita dan memberkati hubungan kita sebagai suami istri untuk sebuah tujuan yang mempermuliakan-Nya. Keyakinan spiritual ini menjadi dasar untuk membangun pernikahan yang benar serta menyelesaikan berbagai masalah atau konflik yang terjadi menurut ajaran iman yang kita yakini. 

Tekad yang kuat untuk mewujudkan janji pernikahan dan komitmen yang teguh untuk mempertahankan keutuhan pernikahan apapun yang terjadi menjadi ujian cinta sekaligus iman kita kepada Tuhan yang sudah memberikan jodoh dan mengijinkan kita menikah. Jadi, tidak salah jika kita berkata "No!" kepada perselingkuhan dan "Yes!" untuk kesetiaan. Ini adalah sesuatu yang hebat yang bisa dilakukan oleh pria dan wanita yang sudah menikah.

Salam Sukses dan Bahagia!

HERU TRI BUDI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun