Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Mengalami Kebebasan dari Penjara Kebencian

15 Januari 2018   16:07 Diperbarui: 15 Januari 2018   16:17 1632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tips Mengalami Kebebasan dari Penjara Kebencian

Kebencian merupakan kebalikan dari kasih. Bisa muncul dalam banyak tingkat yang berbeda, dari yang bersifat penolakan halus sampai pada dorongan keji untuk menghancurkan orang lain.

Kalau kasih akan bekerja untuk menguatkan, melindungi dan membangun orang lain, tidak demikian dengan kebencian. Perasaan benci berusaha mencelakakan, merusak dan menghancurkan orang yang dibencinya.

Maka benar jika dikatakan, bahwa "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia." Perasaan benci adalah kejahatan kasih dimana kita memiliki hasrat hati yang keji untuk menyingkirkan kehadiran seseorang dari hadapan kita atau dari tempat dimana kita tidak ingin dia hadir.

Kebencian akan melukai orang-orang yang dibenci sekaligus terhadap orang yang membenci itu sendiri karena kebencian yang dibiarkan berlarut-larut akan merusak jiwa seseorang.

Luka yang terjadi ketika ada peristiwa yang menimbulkan kebencian akan menjadi terus terbuka bahkan akan semakin dalam dan besar ketika kebencian itu terus dibiarkan menguasai jiwa.

Maka bisa kita bayangkan dampak yang sangat merusak jika kebencian mewarnai tim kerja, persahabatan atau persaudaraan, apalagi keluarga.

Nasihat bijak orang Ibrani ini patut kita perhatikan: "Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia." Orang terpenjara dalam kebencian karena menanggapi sesuatu yang dianggap salah yang dilakukan seseorang dengan cara yang negatif dan marah tetapi tidak menyelesaikannya dengan cara yang benar.

Apa yang harus kita lakukan agar perasaan benci itu tidak memenjarakan jiwa kita terus-menerus?

  • Sadari dan akuilah bahwa ada perasaan benci dalam jiwa kita. Kegagalan kita untuk melepaskan perasaan benci akan membuat hidup kita terpenjara dengan masa lalu yang menyakitkan dan sekaligus menyakiti hati kita sendiri.
  • Gunakan kebencian secara positif untuk menolak dan menghindari kejahatan. Baiklah perasaan benci kita terarah kepada perbuatan-perbuatan jahat dan keji yang memang harus kita tolak, bukan kepada orang yang melakukannya. Rasa benci kita jadikan alarm yang mengingatkan kita, bahwa ada sesuatu yang buruk yang harus kita hindari atau kita tolak.
  • Ubahlah kebencian menjadi kasih sayang sebagaimana yang diajarkan Tuhan dalam agama yang kita yakini. Mengambil keputusan untuk mengampuni dan mendoakan orang yang jahat kepada kita akan mengalirkan rahmat Tuhan yang menyembuhkan hati sekaligus kekuatan untuk mengasihi orang yang bersalah kepada kita.
  • Lihatlah apa yang dilakukan seseorang terhadap Anda atau situasi tidak menyenangkan yang Anda alami dari sisi yang berbeda, yaitu hal negatif tersebut sekaligus memberikan kesempatan baik dan hal-hal positif kepada Anda. Melihat terang di dalam gelap akan memberikan kebebasan jiwa. Demikian juga melihat warna putih di dalam noda hitam akan memberikan sesuatu yang positif dalam pikiran dan jiwa kita.

Memang kelahiran kita di dunia ini merupakan takdir Ilahi, tetapi bagaimana kita menjalaninya adalah sebuah pilihan. Anda terpenjara dalam kebencian adalah karena pilihan Anda terhadap apa yang dilakukan seseorang terhadap Anda atau terhadap situasi yang tidak Anda sukai. 

Demikian juga Anda akan mengalami kebebasan dari penjara amarah dan kebencian adalah karena pilihan yang Anda buat sendiri menanggapi apa yang telah terjadi.

Untuk itu, mari kita pilih untuk berhenti marah dan keluar dari kebencian karena  ini adalah pilihan terbaik yang akan dipilih oleh seorang pemenang sejati.

Salam Sukses dan Bahagia!

Heru Tri Budi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun