Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tips Menyembuhkan Sakit Hati

16 November 2017   09:22 Diperbarui: 18 November 2017   12:24 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HATEBE/RESTORASIJIWA/ Nina menikah dengan Jaka lima tahun yang lalu. Mula-mula pernikahan mereka bahagia, apalagi setelah kelahiran anak pertamanya. Tetapi kebahagiaan itu hancur berkeping-keping ketika pada kehamilan Nina yang kedua, Jaka justru berulah. Bukannya mendukung istrinya yang sedang berjuang menjaga supaya bayi dalam kandungannya bertumbuh sehat, Jaka justru melakukan perselingkuhan dengan teman SMA-nya gara-gara seringnya curhat-curhatnya di facebook.

Nina menjadi sangat sakit hati dan tidak mau menyapa suaminya lagi, bahkan akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan suaminya kembali ke rumah orang tuanya. Permintaan maaf  dan pertobatan suaminya tidak dihiraukannya sehingga pernikahannya menjadi tidak berarti lagi baginya.

Apakah perasaan sakit hati Nina salah? Tidak, itu perasaan yang wajar jika seseorang dikhianati oleh seseorang yang dicintainya. Peristiwa itu memang sangat menyakitkan hati. Bisa dimaklumi jika Nina menjadi sakit hati. Namun sisi lain yang diabaikan oleh seseorang yang sedang sakit hati adalah: sakit hati yang berlarut-larut tanpa penyelesaian akan menyanyat-nyayat hatinya semakin dalam. Jiwanya akan tersiksa dengan hal itu.

Rasa sakit memang merupakan sebuah sinyal yang memberitahukan kepada  kita kalau ada sesuatu yang tidak beres yang harus diperhatikan. Misalnya: kita sakit perut, rasa sakit yang kita alami ini merupakan cara tubuh memberitahukan bahwa yang kita makan bermasalah dan kita harus segera mengatasinya supaya keadaannya tidak semakin buruk.

Demikian juga halnya dengan sakit secara emosional, merupakan cara bagi jiwa kita memberitahukan bahwa  kita sedang mengalami sesuatu yang bermasalah dan perlu pertolongan. Kalau kita biarkan perasaan sakit hati itu berlarut-larut maka situasinya akan semakin buruk bagi diri kita sendiri.

Rasa sakit juga bisa menjadi seperti kompas yang memandu bagian mana yang sedang dalam kondisi tidak sehat atau bermasalah. Tubuh dan jiwa kita berteriak minta pertolongan karena merasa tersakiti. Biasanya kebanyakan orang bereaksi dengan cara bertahan mengeraskan hati terhadap rasa sakit itu. Reaksi bertahan ini dalam jangka panjang akan membuat kita merasa kalau rasa sakit itu bagian dari hidup kita. Atau dengan kata lain: sakit tetapi sudah tidak menghiraukan rasa sakitnya lagi.  Ini menjadi lebih merusak jiwa dan tubuh kita.

Bagaimana kita bisa mengalami kesembuhan dari sakit hati yang kita alami? Bagaimana kiatnya agar rasa sakit hati tidak menyakiti jiwa kita terus-menerus?

Lihatlah peristiwa menyakitkan tersebut dari sudut pandang anugerah Tuhan

Kita harus percaya, bahwa di balik hal-hal buruk masih ada anugerah Tuhan yang baik bagi kita. Masih ada kesempatan-kesempatan yang baik yang Dia sediakan bagi kita. Ingatlah peristiwa-peristiwa menyakitkan di masa lampau yang sudah berhasil kita lalui. Bukankah ada hikmah yang bisa kita temukan kemudian? Percayalah kita bisa kembali mengalami keberhasilan tersebut.

Jujurlah dengan apa yang sedang kita rasakan

Untuk mengalami kesembuhan dan kebebasan dari sakit hati kita harus memberikan perhatian secara jujur dengan perasaan kita. Cari tempat untuk menyendiri yang memberikan ketenangan bagi jiwa kita.  Minumlah secangkir teh hangat atau apa pun yang bisa bikin kita lebih tenang. Dalam ketenangan mari kita tutup mata, rasakan dan nikmati rasa sakit yang ada. Ya, itu memang benar-benar ada, tidak perlu disangkali, rasanya memang sakit, tapi jangan biarkan hal itu terus menyakiti kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun