Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ayah yang Hilang

13 November 2017   12:26 Diperbarui: 13 November 2017   12:44 1872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HERU TRI BUDI/RESTORASI KELUARGA/ Ada banyak kisah yang menceritakan tentang seorang anak yang terhilang, karena mereka meninggalkan orang tuanya dan mengambil jalan yang dianggapnya cocok buatnya. Dan biasanya waktu membuktikan, bahwa jalan yang diambil anak tersebut salah. Tetapi apakah Anda pernah mendengar kisah tentang ayah yang terhilang?

Dalam sebuah konseling seorang konselor bertanya kepada anak muda yang terlibat jaringan narkoba: "Mengapa engkau lakukan semua ini, bukankah hal ini akan membawamu ke masa depan yang lebih berantakan? Jawaban anak muda tadi sangat mengejutkan, ia berkata: "Saya tidak mempunyai siapa-siapa di rumah."

Apa betul ia tidak punya siapa-siapa? Secara fisik ia memiliki ayah dan ibu, tetapi kedua orang tuanya -- terutama ayahnya tidak dirasakan kehadirannya. Ayahnya terlalu sibuk dengan pekerjaan dan hobinya. Sejak kecil anak muda ini tidak merasakan kehangatan kasih sayang ayahnya. Yang ia ingat adalah: ayahnya akan bereaksi keras dan memberikan waktu untuknya (walaupun dengan kasar) ketika ia melakukan kesalahan atau sesuatu yang dianggap nakal.  Sebagai anak ia kemudian menjadikan kenakalannya sebagai strategi untuk menarik perhatian ayahnya. Hal inilah yang akhirnya menjerumuskannya kepada narkoba.

Dalam banyak kasus yang masuk dalam layanan konseling kami menemukan hubungan yang sangat jelas antara kehadiran seorang ayah dan kesehatan jiwa anak. Seorang ayah yang tidak hadir, yang melukai dan disfungsi cenderung memberi pengaruh yang negatif (buruk) bagi pertumbuhan anak-anaknya.

Seorang ayah yang terhilang biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pertama, memiliki banyak kesibukan di luar rumah, baik karena pekerjaan, kegiatan sosial keagamaan ataupun hobi. Kedua, sebagai ayah ia tidak memberikan waktu yang berkualitas untuk anak-anaknya. Banyak orang tua salah sangka, mereka berpikir bahwa waktu berkualitas  itu bisa mereka berikan walaupun sangat sedikit tetapi yang penting anak dimanjakan dengan mainan, kesenangan dan semua keinginannya dituruti. Bagi seorang anak, waktu berkualitas adalah banyaknya kebersamaan yang dilalui bersama ayahnya.

Selain itu, seorang ayah menjadi terhilang di hati anak ketika anaknya tidak merasakan kehangatan kasih sayang ayahnya. Mungkin si ayah sering di rumah, tetapi ketika ayah tersebut tidak berperan secara aktif dalam keluarga, kurang inisiatif dan dominasi ibu terlalu kuat, maka kehadiran ayah kurang dirasakan oleh anak.

Kehadiran seorang ayah dalam sebuah keluarga sesuatu yang sangat serius karena peranan dan tanggung jawab seorang ayah sangat penting bag pertumbuhan dan kesehatan anak-anak secara utuh. Dalam bukunya 7 Rahasia Menjadi Ayah yang Efektif, Ken R. Canfield menjelaskan langkah-langkah praktis bagaimana melatih ketrampilan untuk menjadi ayah yang efektif sebagai berikut:

Seorang ayah yang efektif adalah seorang ayah yang memiliki komitmen bagi anak-anaknya. Komitmen yang dimaksudkan adalah bukan sekedar mengakui anak sebagai miliknya, tetapi seorang ayah harus membuat pilihan untuk menjadi ayah bagi anaknya dengan tekad kuat untuk  melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan keuntungan anaknya. Komitmen belum menjadi komitmen sebelum ada usaha untuk membuktikannya dengan tindakan nyata. Jika seorang ayah tidak mau berperan menjadi ayah yang seharusnya, maka peranannya akan digantikan oleh yang lain, misalnya: televisi, teman atau seseorang yang dianggapnya bisa memberinya rasa aman dan perlindungan kasih sayang.

Yang kedua, seorang ayah akan menjadi efektif jika mengenal anaknya dengan baik. seorang ayah seharusnya bisa mengenali bagaimana anaknya  melewati proses pertumbuhan  dan perkembangan. seorang ayah yang berhasil adalah seorang ayah yang mengetahui apa yang dilakukan oleh anaknya ketika merasa sedih, ketika mereka menghadapi hari yang sulit dan hal-hal apa saja yang membuat anak merasa senang. Seorang ayah seharusnya juga bisa mengenali kelebihan dan kekurangan anak-anak mereka, minat, bakat dan nama-nama teman-temannya. Ayah hanya mungkin bisa mengenal anaknya kalau ia mau meluangkan waktu  yang berkualitas  bersama dengan anak-anaknya.

Yang ketiga, seorang ayah yang efektif adalah seorang ayah yang memiliki konsistensi dalam mendidik anaknya. Sikap konsistensi seorang ayah terlihat ketika ia adalah dapat menepati apa yang telah diucapkan atau dijanjikannya  kepada anak dalam suatu tindakan yang nyata.

Sikap efektif berikutnya adalah ayah harus bisa menjadi pelindung dan pemberi nafkah dalam keluarga.  Peran sebagai pelindung terlihat ketika ia sebagai ayah bisa memberikan rasa aman dan ketenangan bagi keluarganya di saat-saat krisis sedang terjadi sehingga segala permasalahan yang sedang dialami oleh keluarganya dapat terselesaikan. Peran ayah sebagai pemberi nafkah terlihat ketika ia dapat  memberikan atau menyediakan kebutuhan materi keluarganya.

Yang tidak kalah penting adalah seorang ayah yang efektif adalah seorang suami yang bisa mengasihi istrinya.  Seorang anak biasanya akan menyayangi seseorang yang menyayangi ibunya. Sikap dan perlakuan seorang ayah terutama terhadap istrinya akan memberikan respond an kekaguman anak-anaknya. Hal ini sangat penting karena bagi anak seorang ayah merupakan contoh seorang pemimpin yang patut diteladani dan diikuti.

Yang berikutnya, seorang ayah yang efektif adalah seorang ayah yang bisa menjadi pendengar yang aktif  bagi anak-anaknya.  Hal ini  berarti seorang ayah bisa berkomunikasi  secara positif dengan anak-anaknya dan menganggap mereka sebagai orang yang  istimewa untuk diberikan perhatian sepenuh hati. Tanggapan ayahnya terhadap anaknya  seharusnya  bukan hanya sekedar basa-basi tetapi merupakan  ungkapan hati yang sepenuhnya.

Yang terakhir, seorang ayah yang efektif adalah seorang ayah yang memiliki perlengkapan rohani yang baik. Seorang ayah adalah seorang imam bagi keluarganya sehingga ia harus membantu anak-anaknya untuk menemukan hubungan dengan Penciptanya dan memberikan nilai-nilai hidup yang benar melalui pengajaran dan keteladanan.

Ketika seorang anak bisa merasakan kehadiran ayahnya, maka ia akan bertumbuh dengan positif dan secara emosional cenderung sehat. (hatebe/13/11/2017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun