Selamat jalan adikku.Â
Kembali ke kampung abadi.
Dari akhir perjalanan hidup.Â
Lama kita tak saling sapa.Â
Tak saling tatap.
Sampai puluhan tahun, tak tahu.Â
Begitu sempitnya jagad ini.Â
Memberi tempat kita berteduh.Â
Begitu cepatnya waktu menghentikan langkahmu.Â
Seperti percakapan kita terakhir diujung tahun 2000.
Kau tak banyak berkata-kata.Â
Lalu kau tunjukan puluhan lukisan yang kau buat siang dan malam.Â
Akupun terdiam dalam sepinya malam.Â
Kau sedikit cerita tentang simak dan bapak kita yang sudah tiada.Â
Dan kita memang yatim piatu yang melangkah tanpa kasih sayang.Â
Tanpa ditinggali harta melimpah.Â
Hanya dibekali ilmu tamat sekolah.Â
Kita sama-sama jebolan sekolah seni rupa yogya.Â
Lalu kitapun tertidur dalam mimpi yang tak pasti.Â
Tenggelam dalam sumpeknya kehidupan.Â
Puluhan tahun kita tidak ketemu.Â
Dan hari ini, aku dapat kabar kau pergi menghadap  Tuhan.Â
Maaf jika kakakmu ini, tak dapat menghantar kepergianmu untuk tidur panjang dikampung abadi.
Selamat jalan adikku prakosa.Â
Simak dan bapak, mbak mince, mas heru, mbak wanti sudah menunggumu disurga dengan senyum kasih sayang kedamaian.Â
Buat: Adikku F. Prakosa dialam baka.Â
Sungailiat, Bangka 25 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H