Seperti yang tertulis dalam perjalanan mimpi kita. Mengalir bening dibawah jembatan merawang. Dan ingatan kita segar menerawang semburat warna senja hingar bingar berwarna jingga.
Lalu kau rebahkan segala kelelahan ditengah bisingnya hilir mudik kendaraan yang melintas di jembatan. Begitu indahnya panorama disini. Air sungai yang jernih memantulkan kesetian kepada warna senja, yang jatuh sebelum matahari tergelincir diambang malam.
Sudahlah kita tak kan mampu menghentikan permainan alam yang begitu sempurna membagi cinta. Kita hanya bisa menatap tak mampu menjamah dan bisa merasakan tak mungkin memiliki.Â
Sementara saat gelap mulai menutup dan menenggelamkan keindahan senja, kita hanya diam saja. Lalu bergegas pulang tanpa kata-kata. Tanpa tegur sapa. Sehingga doa yang kita tata, berserakan sebelum didengar Nya.
Dan kita kembali pada mimpi kembang tak jadi. Menunggu senja lagi yang tak sama menggoreskan warna dipikiran kita. Hanya jembatan merawang yang bisa membaca cerita kita, saat senja memercikan semburat cahaya jingga.Â
Bangka, Akhir Juli 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H