Malam jadi tersipu malu. Saat gerimis membagi kata-kata mesra, tanpa takut basah kau melangkah.
Lalu kau cumbui bayang-bayang sepi, diantara warna samar-samar dibalik gemerlapnya bintang gemintang. Yang menyilaukan kegalauan malam ini.
Begitu angkuhnya malam membelai rambut, tanpa senyuman, mengusap perjalanan lama. Sesak dada ingat waktu itu, yang penuh wangi bunga dan kata-kata keramat terasa nikmat.
Saat ini semua berubah, keindahan bulan lama-lama sirna ditelan raksasa. Gelap jagad ini seperti kegelapan bathinmu yang penuh curiga dan selalu membuka lembaran lama. Yang dulu pernah kau rasakan keindahan itu.Â
Seperti janji-janji yang tertulis dilangit-langit malam, tak akan terhapus sampai kulit berkeriput dan rambut  memutih.Â
Kenapa kau telanjangi jiwamu, hanya hasrat ingin kembali, sampai malam tersipu sembunyi diantara ketidak pastiyan dalam memburu mimpi.
***
Sungailiat,Â
Bangka akhir agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H