Mohon tunggu...
Heru Sudrajat
Heru Sudrajat Mohon Tunggu... Wiraswasta - pernah menjadi PNS di Disnaker Propinsi Jambi dan pernah bekerja di Harian Sriwijaya Pos Palembang

Pernah bekerja diharian Sriwijaya Pos Palembang sebagai wartawan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyian di Tanah Merdeka

5 Agustus 2018   20:53 Diperbarui: 5 Agustus 2018   21:05 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melihat anak-anak telanjang dada berlarian membawa bendera merah putih ditengah ladang tandus.

Lalu melantunkan nyanyian pelipur lara ditanah merdeka.

Wajah-wajah duka diselimuti rasa takut dalam kepedihan hidup.

Yang semakin hari semakin kecut diantara ada dan tidak ada.

Ladang mereka semakin mengkerut dipadati bangunan-bangunan kokoh milik penguasa.

Anak-anak tak bisa mengangkat merah putih tinggi-tinggi.

Kepalan tangan mereka rapuh, luluh diikat ketidak berdayaan hidup.

Dan para orang tua diam menggenggam kemarahan yang tidak bisa diayunkan. Seusai menerima kesenangan sesaat, saat tanah dijual murah.

Kemana menanam padi, jika tanah tak ada dan panen menumpang orang asing.

Tanah ini tanah pusaka peninggalan nenek moyang yang diperoleh dengan perang melawan penjajah. Dengan ceceran darah serta nyawa melayang. Sampai bergema kata merdeka.

Tapi berpuluh kali kemerdekaan diperingati, dirayakan, tak mengubah kehidupan mapan. Masih ada puluhan juta anak bangsa ini hidup dibawah garis kemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun