Mohon tunggu...
Heru Sudrajat
Heru Sudrajat Mohon Tunggu... Wiraswasta - pernah menjadi PNS di Disnaker Propinsi Jambi dan pernah bekerja di Harian Sriwijaya Pos Palembang

Pernah bekerja diharian Sriwijaya Pos Palembang sebagai wartawan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ahiung Petani Salak

8 Desember 2017   11:50 Diperbarui: 8 Desember 2017   12:03 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun Merugi Tetap Bertahan.

Sungailiat.

Nasip petani salak di Sungailiat Bangka ini, hasilnya pas-pasan bahkan merugi. Pasalnya harganya tidak menentu dan paling tingi per kg Rp.8000;. Namun demikian Hendri Ahiung salah satu petani salak tetap bertahan dan terus akan jadi petani salak."Saya tetap akan menanam salak, karena kebun salak ini sudah turun temurun,"Ungkap Hendri Ahiung, jum'at (8/12/2017) di kebun salak.

Menurut Ahiung sapaan akrabnya, di kebun kita punya ini ada 200 lebih pohon salak dan setiap 3 bulan sekali bisa panen sekitar 80 kg. Hal itu karena faktor pohon sudah tua, kalau pohon muda panennya dua kali lipat. MAkanya kita akan meremajakan lagi. Kalau harga salak per kg  sekitar Rp.5000 sampai Rp.8000; dan kalau dihitung-hitung merugi, "Namun kita tetap bertahan dan berupaya melakukan peremajaan pohon salak,"ujarnya.

Ditambahkan Ahiung bahwa menanam pohon salak itu harus ada bibit yang laki-laki dan perempuannya. Kalau hanya bibit laki-laki saja tidak akan berbuah .jadi kalau ditanam lima pohon perempuan harus ada pohon satu laki-lakinya,"Ini serius, ya harus seperti itu. Seperti kehidupan manusia ada perempuan ada laki-laki, baru ada anaknya,"tuturnya.

Ahiung juga mengatakan untuk pupuk pohon salak adalah garam kilauan, setiap tiga bulan atau dua bulan sekali kita hambur di kebun salak. Ketika harga garam naik dan hasil panen salak tidak sesuai target otomatis merugi,"Ya beginilah nasib petani salak daerah ini. Tapi saya tetap bertahan karena akan terus berbuah 3 bulan sekali,"pungkasnya. (heru sudrajat) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun