Tidurlah anakku dalam dekapan bunda.
Dalam tembang asmara dana.
Tak berselimut sutera.
Hanya terbungkus daun-daun.
Beralas lipatan kardus dari sisa pesta penguasa.
Tak berguling, karena hidup sudah terguling-guling.
Apalagi berbantal, mental sudah terpental.
Dalam kehidupan yang penuh kayal.
Tidurlah anakku dipusaran mimpi.
Yang penuh teka-teki dalam berebut rezeki.
Malam ini kita harus menelan kekecewaan lagi.
Sebab hujan akan datang mengusir ketenangan.
Atap bocor dan pintupun berkarat.
Seperti kehidupan diambang kemalaratan.
Tidurlah anakku dalam dekapan semilirnya angin.
Selalu menerobos sekat kamar yang berlobang.
Membuat mimpi yang kita kejar melayang.
Esok ketika bangun.
Hanya ada doa yang selalu kita punya.
Karena doa adalah jiwa kita.
Untuk selalu berdialog dengan Nya.
Sungailiat, oktober 2017.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H