Mohon tunggu...
Heru S Sudjarwo
Heru S Sudjarwo Mohon Tunggu... -

HERU S SUDJARWO Sutradara dan Penata Produksi anggota Karyawan Film dan Televisi Indonesia (KFT) ini mengawali karir sebagai penata Artistik film bioskop, diantaranya : BUKAN SANDIWARA (1981), RA. KARTINI (1982). Bersama Sutradara Syuman Jaya. WOLTER MONGISIDI (1983). Bersama Franky Rorimpandey dan CATATAN SI BOY (1984) bersama Nasri Chepi. Sejak 1984 menghususkan diri sebagai Production Designer, menghasilkan diantaranya : CINTA DIBALIK NODA, TITIK TITIK NODA, SERPIHAN MUTIARA RETAK, BIBIR BIBIR BERGINCU, KIDUNG CINTA, PENGANTIN PANTAI BIRU, JAKA GELEDEK, dll. Tahun 1986 bergabung dengan Fortune Advertising sebagai Creative Director, menghasilkan diantaranya film Iklan: KB LINGKARAN BIRU, SAMPURNA A, BANK SURYA NUSANTARA, BOMBA, TABUNGAN DANAMAS dll2 Film layar lebar yang ia biayai sendiri yang merupakan gabungan antara panggung wayang golek dengan digital animasi berjudul EKALAYA dan BAMBANG SUMANTRI hingga kini masih terbengkelai, namun tak menyurutkan hasratnya untuk tetap memproduksi film dengan muatan budaya tradisi. Berkolaborasi dengan Production House Sangkala Dan Lintang Pemandu Indotama memproduksi film dengan muatan tradisi, Diantaranya, LARA GENDIS (Sinetron) : SAROKAH (TV play) dan FULLMOONLIGHT SENSATION ( Docutaintment) sebagai Sutradara. Ketika industri televisi dipenuhi tayangan instan, kejar tayang, infotainment, penampakan, hantu-hantuan dan film bioskop lesu darah, ia kembali menulis, melukis dan membuat patung. Pada tanggal 28 September 2009 patungnya diresmikan Presiden dan dipasang dihalaman Gedung Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan judul : Monumen Energi “ Anak-anak bumi”. Sejak Festival Film Indonesia diselenggarakan kembali oleh BP2N pada tahun 2004, selain merancang logo FFI ia tak pernah absen sebagai panitia penyelenggara. Tahun 2007 menjabat sabagai salah satu juri Film Pendek di FFI Pekanbaru-Riau. Rancangan Piala Citra Barunya dipergunakan sejak FFI 2008 Bandung. Sebuah tonggak baru perfilman Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggambar Wayang Kulit Makin Mudah

12 Agustus 2013   13:43 Diperbarui: 4 April 2017   18:21 26392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, untuk melihat gambar wayang saja aku harus barbaik-baik dulu. Bermanis-manis dan (purak-purak) rajin dihadapan kakekku. Buku karangan HARDJO WIROGO benar-benar disayang eyang bahkan jika tak perlu benar, buku itu tak keluar almari, lantaran sulitnya mencari buku sejenis dijaman itu. Sekarang, menggambar wayang bukan main mudahnya. Bermacam mata, bermacam bentuk bibir, model rambut dan mahkota disimpan dalam bentuk VECTOR berupa modul-modul yang siap dirakit satu sama lain membentuk tokoh wayang tertentu.

1376286635330056905
1376286635330056905

1376286708579001210
1376286708579001210
Persoalannya adalah, siapa yang merakit? Seberapa besar bakat dan pengetahuannya tentang figur wayang? Wanda? dan bermacam persoalan renik prenik - uba rampe - estetika - keseimbangan dan pada akhirnya WUJUD YANG BERKARAKTER. MERAKIT FIGUR WAYANG Tokoh Arjuna dalam klasifikasi bentuk wayang adalah jenis 'Putran' yaitu para satria (Alusan) diantara 15 kelompok lain : Katongan, Putren, Bayen, Dewa, Raseksa, Rewanda, Punggawa, Pandita, Dagelan, Pawongan, Kewanan, Titihan, Gamanan dan Kayon. Merakit 'Arjuna' berarti kita menyiapkan ragangan dari kelompok putran, lalu menyiapkan pula bentuk wajah, hidung, bibir, mata dan lain-lain sesuai dengan karakteristik tokoh yang akan kita gambarkan.

1.

13762885521270810148
13762885521270810148
2.
13762886451435593772
13762886451435593772

3.

13762887482142702020
13762887482142702020
4.
1376288794681958204
1376288794681958204
Dengan demikian terciptalah wujud tokoh Arjuna lengkap dengan pakaian dan atribut 'ksatria pandawa' yang sederhana, tanpa perhiasan macam-macam. Bakat dan pengetahuan tentang wayang amat mempengaruhi proses penciptaan itu. Sebab, wayang bukan sekedar bentuk lahiriah, ia adalah simbol dari karakter manusia yang secara jenius diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai "wewayanganing ngaurip', bayang-bayang kehidupan. Selamat mencoba, salam HERU S SUDJARWO * Sutradara & Perancang Produksi angggota KFT, penulis buku RUPA & KARAKTER WAYANG PURWA Sebagai ilustrasi tulisan diatas, kunjungi links ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun