Lazimnya ketika kita nonton film-film bergenre romantis rasanya kurang afdol ya kalo misalkan akhirnya harus sad ending dan memang kebanyakan memang harus berakhir happy ending.  Namun rasanya harus berpikir berkali-kali nih jika kita menonton  salah satu film drama romantis yang akhirnya harus sad ending.  Itulah yang di sajikan sebuah film baru yang menurut saya cukup bagus dari berbagai aspek yang di sajikan.
Film yang pertama kali rilis di tanggal 1 mei 2020 di salah satu platform besar netflix ini menyuguhkan sebuah anomali di dalam genre kisah romantis.  The Half Of It memiliki stigma berbeda yang di tinggalkan kepada para penontonnya, ada sedikit rasa perih saat kita selesai menonton film ini.Â
Film garapan sutradara Alice Wu yang sebelumnya sukses menggarap film Saving Face yang di produksi oleh Sony Picture Classic ini memiliki perspektif yang lain memandang sebuah kisah romansa sesuai dengan tagline film ini sendiri "Tak semua kisah cinta itu tentang percintaan" dan nyatanya memang tak semua kisah cinta berakhir bahagia, itu salah satu point yang di tonjolkan dari film yang mendapatkan penghargaan Founders Award pada Festival Film Tribeca 2020.  Film The Half of It sendiri di perankan oleh  Leah Luwis sebagai Ellie Chu, Daniel Dimmer sebagai Paul dan Alexxis Lemire sebagai Aster Flores.
Film The Half of It sendiri berkisah tentang Ellie Chu, seorang siswa remaja putri keturunan tionghoa yang tinggal di sebuah kota kecil bernama Squahamish sebuah kota khayalan di barat daya Amerika Serikat.
Ellie yang di perankan oleh Leah Lewis merupakan siswi yang cerdas namun tertutup dan tak mempunyai banyak teman, karena kecerdasan itulah dia menjadi seorang "joki" untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya untuk mendapatkan uang.Â
Suatu hari Paul yang diperankan oleh Daniel Dimmer seorang pria yang lucu dan polos yang memiliki toko sosis meminta bantuan untuk membuatkan surat cinta untuk seorang gadis yang terkenal di sekolah nya yaitu Aster Flores (Alexxis Lemire), Awalnya Ellie menolak namun pada saat itu Ellie sedang membutuhkan yang pada akhirnya harus menerima pekerjaan tersebut.
Komunikasi akhirnya terjalin antara Ellie yang menyamar sebagai Paul disurat tersebut dan Aster. Â Hari terus berganti , Ellie dan Aster memiliki banyak sekali kesamaan seperti selera buku yang sama, jenis musik yang dan banyak hal lainnya. Suatu saat Aster mengetahu jika yang berhubungan dengannya bukan Paul melainkan Ellie, Aster sudah tahu jika Ellie menyukai dirinya.
Paul menyadari setelah sekian lama setelah banyaknya waktu bersama Ellie nyatanya Paul mulai jatuh cinta dengan Ellie. Aster tahu jika Ellie sudah memendam rasa sejak lama kepadanya, ketika mereka pergi mengunjungi pemandian air panas mereka saling mengenal jauh satu sama lain dan Aster mengetahui jika Ellie merupakan seorang Atheis. Â Konflik mulai terjadi ketika Ellie harus memutuskan apakah dia harus memilih Aster atau Paul.
![lifeandstylemag.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/24/the-half-of-it-00-38-41-13-5f1af2b6d541df7d617078d4.jpg?t=o&v=770)
Pemilihan cast juga sangat menarik, Akting Leah Luwis sangat baik memerankan Ellie Chu serta cast yang tak banyak di ceritakan disini menjadikan kita fokus pada cast dan ceritanya.  Selain itu juga alur cerita yang tak berbelit-belit menjadikan film ini sangat enjoy ketika kita tonton.
Jelas dengan semua aspek itu film ini banyak sekali mendapat pujian dari berbagai kritikus film.  Selain itu Rotten Tomatos dan IMDb sebagai sebuah situs rating film memberikan rating 97% Tomatometer-80% Audiece Score sedangkan IMDb memberikan rating 6,9/10 dengan metascore 74.
Film ini memang mengedepankan kisah percintaan sesama jenis antara Ellie dan Aster sebagai sebagai seorang lesbian namun lebih dari itu film ini tak hanya mengedepankan kisah romansa belaka, khususnya kisah pertemanan yang terjalin antara Paul dan Ellie, di mana Paul bisa meluluhkan Ellie sebagai seorang teman dekat dan dikisahkan pula jika Paul merupakan satu-satunya teman yang Ellie miliki di sekolahnya.
Selain itu film ini juga sukses menyatukan berbagai keberagaman yang di kemas secara apik oleh sang sutradara Alice Wu. Â Perbedaan Ras, Orientasi seksual, konsep ketuhanan, isu agama dan kepercayaan, Â di mana Aster merupakan seorang katolik patuh dan Ellie yang seorang Atheis.
Namun saya tak yakin film ini dapat di terima banyak kalangan terlebih dari isu yang di sajikan dalam film ini, terlebih di negara kita yang sangat anti dengan hal yang menimbulkan perdebatan.  Namun jika kita memandang film ini dari sudut perspektif lain kita akan menemukan sebuah hal yang dapat kita ambil dari film ini.  Jika kalian penasaran dengan kisah cinta segitiga ini, bisa kalian tonton di Netflix,  atau lihat review filmnya diSini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI