Mohon tunggu...
Heru Riswan
Heru Riswan Mohon Tunggu... Hoteliers - just a simple with complicated dream

orang yang akan pergi bersama angin,,calon seorang sosiolog. mantan barista

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jagal dan Senyap, Film Pembanding G30S/PKI

30 September 2017   10:46 Diperbarui: 30 September 2017   11:34 3460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana film G30S PKI nya semalam yang ditayangkan salah satu televisi swasta indonesia? Seru? Bagi saya yang lahir di era transisi sudah cukup merasakan masa kecil saya di cekoki oleh hal-hal berbau propoganda seperti film G30S PKI ini.  film yang di produksi era orde baru ini sebetulnya cukup membuat saya ngeri yang kala waktu itu berumur belum  genap 7 tahun dengan durasi yang panjang dan di siarkan di seluruh stasiun televisi sebagai tontonan wajib saat  itu.

PKI menjadi sebuah momok mengerikan kala itu. Layaknya jerman dengan NAZI semua atribut berbau PKI menjadi barang haram saat itu sampai sekarang.  Lama tak terdengar belakangan terdengar kembali  isu-isu PKI entah karena sebentar lagi pemilihan presiden mungkin ada beberapa oknum yang haus tahta sedang menggodok isu  ini  untuk menumbangkan incumben.  Banyak sekali pemuda-pemudi tanggung termakan isu PKI dengan label agama, nonton film aja belum pernah apalagi baca bukunya.

G30S PKI menjadi sebuah tragedi terbesar di indonesia, jendral-jendral di indonesia menjadi korban kebiadaban gerakan tersebut.  Dan konflik kemanusiaan ini sebetulnya baru saja di mulai.

Baru kemarin demo jilid 299, demo yang sama sekali tak berfaedah sama sekali menuntut penghapusan perppu presiden mengenai keorganisasian dan penolakan PKI, dua hal yang kontradiktif ya layaknya demo mengharamkan babi namun minta babi sebagai makanan utama.  Barkan lah mereka menjalankan hak mereka dalam mengekspresikan pendapat mereka melalui demo.

Kurang adil rasanya jika kita melihat film propoganda yang di tanyangkan  tanggal 30 september ini dengan tanpa adanya pembanding, jika kita mengklaim diri kita objektif dan cerdas saanya kita membandingkan kejadian film ini dengan film JAGAL dan SENYAP sebagai pembanding sehingga kita mengetahui kejadian yang sebenarnya dari berbagai sudut pandang.

senyam photo by wikipidia.org
senyam photo by wikipidia.org
Film JAGAL yang di sutradarai joshua Oppenheimer berkisah mengenai pembantaian para tertuduh PKI yang dilakukan oleh preman-preman di daerah medan,film berjudul the act of killing dalam premier internasionalnya bercerita mengenai anwar congo, seorang preman kelas teri yang naik pangkat menjadi seorang eksekutor bagi para tionghoa, intelektual dan anggota yang dituduh PKI saat itu, tak tanggung-tanggung sekitar seribu orang telah dibantai dalam kurun waktu satu tahun.  

Dalam film ini pun anwar dan kawan nya menceritakan bagaimana dia membunuh, mengunakan alat apa dan juga dia menunjukan tempat-tempat dimana mereka mengeksekusi.  Film ini menjadi salah satu nominator dalam perhelatan besar academy awards ke 86 sebagai film dokumenter terbaik tahun 2013.

Jika film jagal mengambil sudut pandang pelaku eksekutor terhadap para tertuduh PKI, lain halnya dengan SENYAP yang mengambil sudut pandang para korban tertuduh PKI, masih di sutradarai orang yang sama film SENYAP atau the look of silence dalam versi internasionalnya mengambil sudut pandang korban kekejaman tertuduh PKI bagaimana mereka menyaksikan keluarga mereka dibantai tanpa proses peradilan, bagaimana mereka melalui hidup setelah kejadian tersebut.  Seperti halnya JAGAL film ini pun mendapat banyak apresisasi di luar negeri.

Tak adil rasanya jika kita mengambil sebuah kesimpulan dari satu sudut pandang saja, jangan jadiikan generasi muda kita sebagai generasi terprovokasi, jangan sampai banyak orang tertuduh tanpa adanya alasan.  Untuk hasil akhir saya kembalikan kepada anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun