Mohon tunggu...
Heru Prasetyo
Heru Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa program studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UINSI Samarinda

Hidup itu masih KOMA belum TITIK

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Habis Perang kok Baikan, Situ Sehat?

27 Maret 2020   14:34 Diperbarui: 27 Maret 2020   14:50 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Sabtu, tepatnya 19 Januari 1999, telah terjadi kerusuhan yang terjadi di Ambon, yang berawal dari gesekan antar pemuda menjadi kerusuhan antar komunitas, dan melebar menjadi konflik antar umat beragama. Hal ini tentu saja membuat masyarakat yang lain terkena dampaknya, dan semua menjadi khawatir dengan peristiwa ini. Banyak anak-anak hingga orang tua yang tidak ikut jadi terkena dampaknya. Sekolah-sekolah, tempat perbelanjaan, jalan, bahkan tempat ibadah jadi tidak aman. Semua masyarakat ketakutan untuk pergi ke tempat umum, karena dalam pikiran mereka "Apakah saya masih hidup ketika bukan berada di daerah sendiri?".

Berita konflik ini pun menyebar dan dimuat di beberapa media, baik dari Nasional maupun Internasional. Dampak peristiwa ini juga luar biasa, baik psikis maupun fisik. Seperti yang diceritakan oleh Ronald Regang dan Iskandar Slameth, bagaimana perjalanannya yang berada di garis depan saat konflik tersebut terjadi, serta perjuangan berat yang dihadapi dalam hal psikis, yaitu menepis rasa kebencian atau trauma mengingat teman dan keluarga mereka yang dibunuh maupun orang-orang yang keduanya bunuh, ketika peristiwa itu terjadi Ronald dan Iskandar berusia belasan tahun, seperti yang dijelaskan dalam film dokumenter dari YouTube yang berjudul "Menceritakan Tentang Kerusuhan Ambon pada Tahun 1999" pada Selasa (15/5/2018).

Pada konflik tersebut diperkirakan ratusan hingga ribuan anak-anak yang terlibat, mereka diajarkan bagaimana caranya membunuh dengan berbagai senjata. Membunuh menggunakan senjata rakitan hingga bom, seakan-akan anak-anak menjadi "mesin pembunuh". Mereka harus melakukan itu tanpa rasa bersalah, mereka tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Dan semua itu mereka lakukan selama bertahun-tahun. Kebencian atas nama agama malahan membuat hidup mereka terkepung di lokasi konflik, dan tujuannya hanya satu yaitu "membunuh sebanyak-banyaknya lawan atau mereka yang dibunuh".

Konflik pun mulai mereda setelah tercapainya perjanjian Malino pada tanggal 13 Februari 2002, tetapi itu bukan akhir dari konflik. Tepatnya pada tahun 2004, Jacky Manuputty mendapatkan tugas dari UNICEF untuk mencari anak-anak korban konflik dan dipertemukan di Yogyakarta. Dan salah satu dampak yang sangat sulit untuk dihilangkan adalah trauma psikis. Setelah berkumpulnya anak-anak, serta beberapa upaya yang dilakukan pemerintah akhirnya konflik pun meredam, dan orang-orang pun melangkah ke tempat umum dengan tidak ada rasa takut lagi.

Apakah Islam tidak membahas toleransi? Tidak, Islam telah banyak membahas toleransi dengan berbagai makna yang terletak dalam Al-Qur'an maupun Hadits. Islam telah menghargai makna toleransi sejak dulu, dan Al-Qur'an memberikan penghormatan terhadap agama-agama lain serta melarang keras umat Islam untuk melakukan penghinaan terhadap keyakinan ataupun simbol-simbol kesucian agama lain.

"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan". (Q.S. Al-An'am: 13). Islam juga membahas persaudaraan dan kebajikan. "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran".(Q.S. An-Nahl : 90).

Dengan berpijak pada kedua ayat tersebut Al-Qur'an mendorong kaum muslimin untuk bekerja sama dan toleransi dengan pemeluk agama-agama lain.

Sekarang sedang terjadi wabah yang amat berbahaya dan mengancam keselamatan jiwa manusia. Berbeda dengan peristiwa Ambon, wabah ini mengancam keselamatan manusia tanpa melihat golongan apa pun. Wabah ini mendorong manusia dari golongan agama maupun status sosial mana pun, tanpa memperdulikan unsur lapisan masyarakat untuk saling bekerja sama dalam mengurangi resiko wabah Covid-19 demi rasa kemanusiaan. Banyak dokter, tenaga medis yang lain, serta relawan yang berasal dari latar belakang agama atau status sosial yang berbeda-beda tetapi memiliki satu tujuan, yakni menyelesaikan dan mengakhiri wabah Covid-19. 

Tenaga medis serta relawan patut diberikan apresiasi dan dapat disebut sebagai pahlawan, karena jasa mereka yang berjuang keras sehingga waktu untuk istirahat saja mereka sulit, bahkan tidak bisa bertemu dengan keluarga mereka. Para tenaga medis takut jika mereka berkumpul dengan keluarga, mereka dapat menyebarkan virus yang menempel dari rumah sakit. Pemerintah juga dapat diapresiasi karena usaha-usaha mereka demi mengatasi wabah ini walaupun terkesan terlambat.

Pemerintah mungkin belum menjalankan lockdown secara total. Kita lihat lagi lockdown dalam dua sisi. Yang pertama, sisi positif dari lockdown, yakni virus tidak menyebar ke daerah lain. Yang kedua sisi negatif, lockdown akan berdampak pada faktor ekonomi masyarakat. Ada dampak dari terlambatnya upaya yang dilakukan pemerintah dalam masalah wabah ini, sehingga mengakibatkan banyaknya korban, panik buying, dan local infection.

Apakah Nabi Muhammad Shallahu'alaihi Wasallam pernah membahas hal ini kepada umatnya? Iya, pada zaman Nabi Shallahu'alaihi Wasallam juga ada suatu wabah,dan ketika itu beliau berpesan melalui sabdanya : "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka janganlah tinggalkan tempat itu". (H.R. Bukhari). Ini salah satu sabda Nabi Shallahu'alaihi Wasallam yang menganjurkan isolasi atau karantina jika ada wabah yang terjadi dalam suatu wilayah, sehingga tidak menyebar dan menular ke wilayah lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun