Mohon tunggu...
Heru Prasetiyo
Heru Prasetiyo Mohon Tunggu... Lainnya - Masyarakat Biasa

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Makassar Raya DAN Anggota: Lembaga Advokasi Dan Pendidikan Anak Rakyat ( LAPAR SULSEL)

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Suku Bugis - Makassar Sang Pelayar Dunia

8 Januari 2025   20:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   20:12 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Kapal Phinisi Yang Menjadi Kebanggaan Warga Bugis 


Suku Bugis- Makassar , salah satu suku besar di Sulawesi Selatan, memiliki sejarah panjang yang dipenuhi dengan narasi migrasi, perantauan, dan pelayaran yang melintasi lautan. Teori migrasi kuno menyatakan bahwa Bugis adalah bangsa pengelana tanah air yang sudah melakukan migrasi sejak ribuan tahun lalu, bahkan mungkin sebelum munculnya catatan sejarah tertulis.

Bugis: Pengelana Sejak Zaman Purba?

Spekulasi tentang suku Bugis - Makassar sebagai bangsa pengelana kuno berakar pada dua aspek utama: kemampuan mereka dalam navigasi laut dan bukti migrasi yang melibatkan wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya. Beberapa sejarawan percaya bahwa bangsa Bugis(Makassar) tidak hanya tinggal di Sulawesi Selatan, tetapi merupakan bagian dari migrasi kuno yang lebih besar, mungkin melibatkan peradaban laut kuno yang belum terdokumentasikan secara lengkap.

Bugis-Makassar dan Hubungan dengan Nabi Nuh

Jika kita melihat lebih jauh ke dalam spekulasi sejarah, beberapa teori liar bahkan mengaitkan suku Bugis dengan kisah-kisah kuno dari Al-Qur'an. Salah satu spekulasi yang menarik adalah kemungkinan bahwa suku Bugis, atau leluhur mereka, mungkin terkait dengan kisah Nabi Nuh dan perahu besar yang membawanya menyeberangi lautan setelah banjir besar.

Selain itu peninggalan yang makin menguatkan adalah, bahwasannya di Sulsel sendiri ada hewan peninggalan dari sejarah Nabih Nuh yaitu Anoa, dan Anoa ini hanya ada di daerah Sulsel Terkhusus daerah Bulukumba, ini makin menguatkan bahwasannya kapal Nabi Nuh pernah bersender di tanah Sulsel, dan bentuk peninggalannya adalah hewan yang kemudian ada di dalam kapal Nabi Nuh, ada yang di turunkan sebagai bentuk dan bukti bahwasannya Kapal Nabi Nuh pernah singgah di tanah Sulsel yaitu daerah Bulukumba.

Al-Qur'an menceritakan kisah Nabi Nuh dan bagaimana beliau menyelamatkan umat manusia dari kehancuran besar melalui kapal raksasa yang dibangunnya. Setelah banjir, perahu Nuh diyakini berlabuh di suatu tempat di bumi, dan keturunannya menyebar ke seluruh dunia. Spekulasi ini mengarah pada kemungkinan bahwa suku Bugis adalah keturunan langsung dari pelaut purba yang selamat dari banjir tersebut.


Dalam hal ini, KAPAL PHINISI Bugis, yang dikenal sebagai salah satu kapal tradisional paling canggih di dunia, adalah merupakan evolusi dari teknologi kapal yang dibawa oleh leluhur mereka dari era pasca-banjir. Tradisi pelayaran yang kuat dalam budaya Bugis dapat menjadi warisan dari kemampuan navigasi yang diwariskan dari zaman Nuh.

Hubungan dengan Kisah Dua Lautan dalam Al-Qur'an

Kisah dalam Al-Qur'an tentang dua lautan yang tidak bercampur (QS. Ar-Rahman: 19-20) dengan kondisi geografis Sulawesi Selatan. Dalam Al-Qur'an, disebutkan bahwa terdapat dua laut yang mengalir berdampingan, tetapi tidak bercampur satu sama lain karena adanya penghalang tak terlihat (barzakh). Fenomena ini dapat dianalogikan dengan posisi Sulawesi yang dikelilingi oleh dua lautan besar, yakni Laut Sulawesi dan Laut Banda, yang dipisahkan oleh garis imajiner Wallace dan Weber.

Garis Wallace dan Weber memisahkan fauna dan flora antara Asia dan Australasia, dan ini bisa dipandang sebagai barzakh dalam interpretasi modern dari ayat tersebut. Ini membuka spekulasi bahwa bangsa Bugis mungkin sudah mengetahui atau memahami fenomena ini jauh sebelum dunia modern memetakan garis imajiner tersebut.

Bahkan lebih jauh lagi, leluhur Bugis memahami adanya "pemisahan" alam yang tak terlihat ini sebagai tanda kebesaran alam yang mereka hormati. Mungkin mereka melihat Sulawesi sebagai titik pertemuan spiritual antara dua dunia atau dua lautan, yang menjadikan mereka bangsa yang berada di "pintu gerbang" peradaban dunia.

Teori Atlantis dan Bugis sebagai Warisan Peradaban yang Hilang

Suku Bugis dimungkinkan sebagai keturunan dari peradaban legendaris Atlantis. Atlantis, yang disebut dalam karya-karya Plato, adalah sebuah peradaban maju yang tenggelam akibat bencana alam yang dahsyat. Beberapa ahli sejarah telah mencoba menghubungkan lokasi Atlantis dengan wilayah Indonesia, termasuk Sulawesi, berdasarkan jejak-jejak geologis dan mitologis.

Dalam spekulasi ini, Bugis dianggap sebagai salah satu suku yang selamat dari kehancuran Atlantis. Kemampuan mereka dalam membangun kapal, navigasi laut, dan pola migrasi yang luas menunjukkan bahwa mereka mewarisi teknologi maritim dari peradaban yang lebih maju. Bahkan, sebagian percaya bahwa Bugis, bersama dengan suku-suku pelaut lain di Nusantara, adalah "penjaga" dari teknologi dan pengetahuan kuno yang tersisa dari Atlantis.

Bugis sebagai Pelaut Transkontinental

Suku Bugis dikenal sebagai pelaut ulung yang telah menjelajah hingga ke berbagai belahan dunia, mulai dari Asia Tenggara hingga Australia dan Afrika. Bukti keberadaan komunitas Bugis di Madagaskar menunjukkan bahwa mereka sudah melakukan pelayaran jarak jauh ribuan tahun lalu. Dalam spekulasi ini, Bugis dianggap sebagai salah satu bangsa yang pertama kali menyeberangi Samudra Hindia, menjalin hubungan perdagangan dengan berbagai peradaban kuno.

Mungkinkah mereka telah menjalin kontak dengan peradaban kuno lain, seperti Mesir, Mesopotamia, atau bahkan Amerika Selatan, sebelum bangsa Eropa tiba? Beberapa artefak maritim kuno yang ditemukan di beberapa tempat di Afrika dan Asia menunjukkan adanya pola perdagangan maritim yang melibatkan pelaut dari Asia Tenggara, termasuk Bugis. Ini bisa saja menunjukkan bahwa suku Bugis terlibat dalam perdagangan global jauh sebelum kolonialisme Eropa.

Kesimpulan

Suku Bugis adalah bangsa pengelana tanah air kuno membuka berbagai kemungkinan menarik tentang asal-usul dan peran mereka dalam sejarah dunia. Apakah mereka terkait dengan kisah-kisah kuno dari Al-Qur'an, peradaban Atlantis yang hilang, atau jaringan perdagangan global yang luas, jelas bahwa suku Bugis memiliki sejarah yang kaya dan penuh misteri.

Kemampuan mereka dalam pelayaran, navigasi, dan adaptasi terhadap lingkungan maritim yang keras menunjukkan bahwa Bugis adalah bangsa yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan lebih banyak penelitian dan eksplorasi, kita mungkin akan menemukan lebih banyak petunjuk yang mengungkap rahasia perjalanan panjang Bugis dalam sejarah migrasi manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun