Mohon tunggu...
Heru Legowo
Heru Legowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang yang suka sesuatu hal yang baru, yang menantang fisik, kecerdasan dan yang penting segala sesuatu yang membuatnya merenung! Oleh karenanya, dia kerap melakukan pekerjaan atau perjalanan yang tidak biasa. Hal-hal baru dan tempat-tempat baru selalu mengusik keinginan-tahuannya. Dia akan melakukan apa saja untuk dapat mengerti dan memahaminya, kemudian berusaha menuliskan pengalamannya; untuk sekedar berbagi. Semoga bermanfaat …

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asap & Penerbangan

29 September 2015   11:11 Diperbarui: 1 Oktober 2015   01:52 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di cockpit lampu akan berkelip dengan warna biru ketika pesawat melintasi outer marker, warna amber di middle marker dan warna putih di inner marker. Dengan memperhatikan warna-warna itu, maka pilot tahu persis posisinya terhadap batas terluar (threshold) landasan pacu.

Alat kedua adalah glide slope. Fungsinya memandu pesawat agar berada pada sudut tertentu (slope) terhadap landasan pacu, sesuai standar yang ditetapkan. Di cockpit pilot berusaha menggerakkan pesawat, agar jarum penunjuk tetap ditengah. Itu berarti posisi pesawat persis berada segaris dengan runway centre line. Jika jarum bergeser kekiri, berarti pesawatnya terlalu kanan. Begitu juga sebaliknya jika jarumnya berada kanan, berarti pesawat berada di kiri perpanjangan runway centre line.

Dari penjelasan tersebut dua alat tersebut membantu pilot untuk mengatur pesawat agar dengan persis dipandu sampai ke titik sentuh di landasan. Pendek kata dengan ILS, pesawat dipandu untuk berada pada garis lurus dengan runway centre line, sekaligus juga berada dengan sudut yang sesuai ketika melakukan pendaratan. Cara panduan yang akurat tersebut mampu mengarahkan pesawat untuk memasuki final approach dengan jarak dan sudut yang tepat. Dengan pemanduan semacam itu, maka jarak pandangan yang terbatas tidak terlalu berpengaruh ketika pilot ketika mengarahkan pesawatnya ke landasan pacu untuk mendarat.

Sudah pasti pemasangan alat ini membutuhkan biaya. Bandara-bandara yang selama ini terkena dampak asap kebakaran hutan, perlu diperlengkapi dengan peralatan ini. Bandara-bandara tersebut antara lain : Sultan Mahmud Badaruddin III-Palembang, Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru, Sultan Thaha-Jambi, Hang-Nadim-Batam, Supadio-Pontianak, Syamsudin Noor-Banjarmasin dan beberapa bandara lainnya. Pemasangan peralatan ILS tersebut akan memastikan bahwa konektivitas daerah tetap terjaga dengan jaminan penerbangan yang tidak terganggu. Selain itu juga memberikan jaminan keselamatan penerbangan yang lebih aman.

Pertanyaannya kemudian, apakah pemerintah akan memberi prioritas pemasangan ILS bagi bandara -bandara tersebut? Mengingat biayanya yang cukup mahal? Kadangkala memang tidak bisa disangkal, bahwa faktor biaya ini menjadi pertimbangan yang tidak dapat dikesampingkan.
Akhirnya tulisan ini sekedar wacana atau usulan, syukur-syukur menjadi masukan bagi para pengambil keputusan dalam mencari solusi atau setidaknya meminimalisasikan dampak dari asap kebakaran hutan yang terus terjadi dari tahun ke tahun.
Semoga ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun