Mohon tunggu...
Heru Legowo
Heru Legowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang yang suka sesuatu hal yang baru, yang menantang fisik, kecerdasan dan yang penting segala sesuatu yang membuatnya merenung! Oleh karenanya, dia kerap melakukan pekerjaan atau perjalanan yang tidak biasa. Hal-hal baru dan tempat-tempat baru selalu mengusik keinginan-tahuannya. Dia akan melakukan apa saja untuk dapat mengerti dan memahaminya, kemudian berusaha menuliskan pengalamannya; untuk sekedar berbagi. Semoga bermanfaat …

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pemeriksaan MRI

23 Mei 2015   16:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:41 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_419599" align="aligncenter" width="300" caption="Peralatan MRI"][/caption]

Jumat, 22 Mei 2015 yang lalu, saya melakukan medical check up. Kali ini saya ingin agar dilakukan dengan lengkap, mengingat usia sudah semakin menjelang Ashar. Jadi saya mencoba dengan teknik MRI (Magnetic Resonance Imaging) katanya lebih akurat dan dapat dideteksi segala macam kelainan yang terjadi di dalam tubuh. Atas rekomendasi seorang teman yang sudah biasa dengan hal-hal yang medis, saya memilih RS. Abdi Waluyo di Jln. HOS. Cokroaminoto 31-33 Jakarta.

Seperti biasanya medec yang lengkap, saya berpuasa lebih dahulu minimal 10 jam. Lalu saya berganti pakaian dulu, kemudian diambil darah dan urine. Setelah itu lalu wawancara dengan dr. Soetrisno, usianya sudah 75 tahun tetapi masih segar dan energik. Belakangan nanti baru saya tahu bahwa beliau ternyata juga pemilik RS. Abdi Waluyo ini. Dr. Soetrsino menyelesaikan kuliahnya di Udayana Bali, dan melanjutkan ke Universitas Indonesia. Beruntung saya pasien tidak begitu banyak, sehingga pelayanan bisa berlangsung dengan cepat.

Saya langsung dibawa ke ruangan peralatan MRI. Baru kali ini saya akan melakukan pemeriksaaan MRI lengkap. Sebuah peralatan dengan berbentuk seperti kue donat yang berdiri, ditengahnya ada lubangnya dan ada tempat tidur pasien yang menjulur keluar dari lubang tersebut. Perawat wanita menjelaskan beberapa cara untuk menjalani pemeriksaan MRI ini. Tahap pertama abdomen, perut atas dan bawah. Pasien diminta untuk tarik nafas, lepas nafas dan tahan nafas. Ketika tahan nafas ini peralatan MRI ini mulai bekerja. Saya diberi headset untuk mendengarkan lagu, karena suara alat ini keras sekali seperti berada dalam bengkel.

MASUK KEDALAM MESIN MRI

Setelah berbaring dan diatur agar berbaring dengan enak dan nyaman. Abdomen lebih dulu dan membutuhkan waktu 60 menit. Lama juga. Dibagian perut dipasangi alat semacam pelindung lalu dikunci dengan belt. Kemudian tempat tidur bergeser perlahan-lahan masuk ke dalam lubang. Musik di telinga masih enak terdengar All about that best dari Megan Trainor, beat-nya membuat semangat. Sebentar kemudian yang dikatakan perawat benar, suara yang keras mulai terdengar. Tok tok tok ... seperti pembukaan, lalu diikuti suara yang ritmis dan berlangsung hampir 1-2 menit ..... Plok plok plok.

Suara musik di telinga kalah keras dari suara-suara tadi. Selesai dengan tahap satu, suara yang lain berbunyi lagi dengan nada dan yang berbeda-beda. Tempat tidur juga di geser-geser kedalam dan keluar menyesuaikan bagian yang akan dipindai. Suara perawat terdengar di telinga : tarik nafas - buang nafas - tahan ... tahan ... tahan.

[caption id="attachment_419603" align="aligncenter" width="300" caption="Persiapan pemeriksaan MRI"]

1432374640493829264
1432374640493829264
[/caption]

Menunggu proses selama satu jam, didalam ruangan yang tertutup dan sempit, saya jadi membayangkan barangkali seperti itulah jika berada di liang lahat. Tertutup dan tidak bisa kemana-mana. Suara-suara keras dari mesin MRI bagaikan suara Malaikat Rokib & Akib. Pasti di ruangan yang sempit dan tanpa daya, pertanyaan malaikat itu mesti menimbulkan nuansa yang mengerikan. Hiii ... Membayangkan itu sekejap bulu kuduk saya merinding .... Lalu suara keras mesin MRI kembali mengembalikan kesadaran saya.

Tahap kedua saya ditarik keluar, tahap berikutnya pemeriksaan paru-paru. Pemeriksaan kedua hanya berlangsung 15 menit. Lalu diteruskan ke pemeriksaaan berikutnya. jantung dan otak. Itu harus dilakukan di ruangan lain. Lengan kanan diinfus sebagai jalan untuk memasukkan cairan kontras. Untuk mendeteksi akurasi pemindaian. Ketika sudah siap didalam baru cairan baru dimasukkan ke dalam tubuh. Rasanya panas menyebar ke seluruh tubuh.

Di ruangan ini perawat Indra menyiapkan peralatannya. Dengan prosedur yang sama, saya mengikuti pemeriksaan ini. Ketika memindai dengan cairan, kepala harus benar-benar diam tidak boleh bergerak sedikit pun, bahkan menelan ludah juga tidak boleh. Disini butuh waktu hampir satu jam juga. Dan tidak ada headset dengan lagu-lagu. Jadi suara mesin MRI begitu keras terdengar, walaupun diberi penutup telinga.

Berikutnya untuk otak dan jantung. Disini juga dilakukan proses memasukkan cairan kontras ke dalam tubuh. Yang berbeda di dinding atas Alat MRI ini ada lubang yang transparan, sehingga putaran mesin MRI tampak kelihatan. Barangkali agar penetrasi magnet lebih kuat mencapai target yang akan dipindai.

ANALISA HASIL PEMERIKSAAN

Selesai sudah tinggal makan lalu harus menunggu 2 jam, sebelum diambil urin dan sampel darah lagi. Janji ketemu dokter untuk analisa hasil pemeriksaan minggu depan.tapi saya cukup beruntung, karena dokter Prasetyo ada waktu untuk melaukan analisis hasil pemeriksaan hari ini juga.

Setelah ganti pakaian, saya memasuki ruangan dr. Prasetyo dimana di meja kerjanya yang kecil ada 2 layar komputer yang berisi data dan hasil pemeriksaaan MRI. Dokter Prasetyo lulusan Brawijaya, dan putera dari dr. Soetrisno pemilik RS. Abdi Waluyo.

[caption id="attachment_419604" align="aligncenter" width="300" caption="Foto jantung "]

14323747661032377234
14323747661032377234
[/caption]

Dr. Prayitno membuka file dan di layar komputer ada gambar jantung. Jelas banget sampai kelihatan rinci pembuluh darah besar dan kecil. Alhamdulillah jantung saya bagus, pembuluh yang keluar dari jantung berwarna merah dan tidak ada bintik-2 putih. Pak dokter lalu membuka file pasien lain yang mendapat penyakit jantung. Dan membandingkan dan menjelaskan perbedaan antara jantung yang sehat dan jantung yang bermasalah. Pembuluhnya berwarna kuning tua dan pada beberapa titik ada bintik-bintik putih. Disitulah terjadi penyumbatan aliran darah. Lalu beliau menganalisis paru-paru. Tidak ada bercak atau tanda khusus, warnanya hitam berarti bagus tidak ada masalah. Juga kondisi perut dan prostat juga bagus.

Sedikit ada titik kecil di otak, menurut beliau karena kekurangan anti oksidan atau juga karena pengaruh usia. Maksudnya sudah tua gitu! Alhamdulillah secara keseluruhan hasilnya bagus. Tinggal memeliharanya dengan berhati-hati dengan bekal mensyukuri bahwa selama ini semua organ tubuh masih berfungsi dengan baik dan tidak ada masalah yang berarti. Terus terang saya penasaran dengan metode MRI ini. Jadi saya browsing dan googling apa sih sebenarnya MRI.

MRI adalah penemuan spektakuler dalam dunia kedokteran oleh Dr. Raymon Damadian dari Amerika bersama 2 rekannya Dr. Larry Minkoff dan Dr. Michael Goldsmith. Setelah melalui masa penelitian selama 7 tahun,  pertama kali digunakan pada  tanggal 03 Juli 1977. Meskipun demikian, hadiah nobel untuk penemuan MRI tidak diberikan pada Dr. Damadian dan rekan-rekannya. Hadiah Nobel diberikan pada tahun 2003 kepada Peter Lauterbur dari Amerika dan Peter Mansfield dari Inggris. Padahal Lauterbur dan Mansfield hanya membuat perbaikan teknis saja dari hasil penemuan yang sudah dipatenkan Dr. Damadian sebelumnya. Barangkali panitia hadiah Noble dapat melihat hal positif sudah yang dikembangkan oleh Lauterbur dan Mansfield.

Pada awal penerapan MRI dalam bidang kedokteran, proses pemeriksaan dapat mencapai 5 jam. Sekarang dengan teknologi yang lebih maju, MRI hanya membutuhkan waktu 45 sd 90 menit. Semakin ke depan saya yakin, waktunya pasti akan semakin singkat.

Teknologi MRI pasti sangat membantu para dokter untuk mendiagnosa sesuatu penyakit dengan lebih akurat. Kemudian memberikan therapi yang sesuai dengan kondisi si pasien. Semoga semakin banyak orang yang tertolong dengan teknologi ini. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun