Para kandidat yang cocok dengan sel sendiri akan dieliminasi dan yang tidak cocok akan disimpan sebagai data detektor basis (base detector). Pada tahap deteksi, koleksi dari himpunan detektor (detector set) digunakan untuk memeriksa data yang masuk adalah self atau nonself. Jika hal tersebut sesuai detektor apa pun, maka diklaim sebagai nonself. Seperti pada teknik komputasi cerdas, perbedaan NSA ditandai dengan skema representasi tertentu, aturan pencocokan, dan proses generasi detektor. Dua aspek penting dari NSA yaitu:
1. Konsep target dari algoritme adalah komplemen dari self set.
2. Tujuannya adalah untuk membedakan antara pola self dan nonself, tetapi hanya sampel dari satu kelas yang tersedia (one class learning).
Kinerja masing-masing NSA berbeda berdasarkan faktor:
1. Jumlah detektor: yang mempengaruhi efisiensi pembangkit dan deteksi.
2. Cakupan detektor: yang mempengaruhi keakuratan deteksi.
3. Algoritme pembangkit detektor yang berhubungan dengan efisiensi dan kualitas detektor.
Sebagai referensi dari buku “Mengupas Rekayasa Kecerdasan Tiruan” karya Prof. Imam Robandi, bahwa perkembangan Sistem Kekebalan Tubuh Tiruan (Artificial Immune System/AIS) telah diaplikasikan yang diantaranya adalah :
1. Artificial Immune System untuk Pemulihan Sistem Smart Grid, dimana telah dilakukan rekonfigurasi sistem kelistrikan pada satu proses penormalan sistem secara mandiri Ketika terjadi suatu kegagalan dalam mengatasi gangguan. Skema konfigurasi ini diharapkan memiliki kerugian paling sedikit dan optimal dan tujuannya terus dijaga.
2. Artificial Immune System pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik, dimana mengkonfigurasi sistem distribusi tenaga listrik agar mengurangi kerugian daya, yaitu menata ulang topologi dengan mengubah status saklar Normally Open (NO) dan Normally Closed (NC). Selain mengurangi kerugian daya, rekonfigurasi jaringan juga membantu keseimbangan beban dan pemulihan daya.
3. Artificial Immune System pada Single Machine Infinite Bus (SMIB), dimana untuk mendapatkan keunggungulan dari performansi, kestabilan dan kekokohan yang mempengaruhi faktor-faktor dalam kualitas SMIB. Berbagai macam gangguan yang terjadi pada operasi sistem SMIB, mengakibatkan perubahan terjadi terutama perubahan tegangan. Jika keadaan ini dibiarkan terus terjadi maka akan mengakibatkan performansi SMIB terganggu, serta terkadang mengakibatkan sistem SMIB tidak mampu lagi bekerja secara normal setelah mengalami gangguan.