Mohon tunggu...
Chairun Abdullah
Chairun Abdullah Mohon Tunggu... -

Anak Petani

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gadis Cantik Nan Sexy yang Hanya Dibalut Sehelai Kain Sutra yang Sangat Tipis

28 Juni 2014   13:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:27 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih sangat kuat dan bahkan akan terus melekat dalam ingatan kita semua tentang sepenggal kalimat sederhana yang ternyata memiliki makna dan intrik Hegemoni yang maha dahsyat ini. kalimat tersebut adalah :

1.INI IBU BUDI,BAPAK BUDI BEKERJA DI KANTOR,IBU BUDI MEMASAK DI DAPUR,BUDI KAKAK ANI,BUDI DAN ANI SEDANG BERMAIN DI TAMAN, Dan seterusnya..

2.INI BAPAK ALI,BAPAK ALI BEKERJA DI SAWAH,ALI MEMBANTU AYAH DI SAWAH,dan seterusnya...

Kalimat tersebutlah yang pertama kali disuguhkan kepada kita kita pertama kali belajar membaca semasa TK / SD dahulu. Sepintas kalimat tersebut seakan tidak memiliki makna yang lebih dari sekedar kalimat yang menarik dan mudah untuk dieja oleh para murid yg sedang belajar membaca.

Tentu ada hal – hal kontroversi berkenaan dengan kajian kritis terhadap penggalan - penggalan kalimat tersebut. jika kita mengingat, dalam buku tersebut digambarkan dengan sangat jelas, penampilan keluarga BUDI yang sangat rapi dan bersahaja, berbeda dengan penampilan keluarga ALI yang sangat urak - urakan dan bahkan hampir tidak terurus. dua gambaran yang berbeda ini ternyata menyimpan sebuah rahasia ketimpangan yang sangat terselubung.

Gambaran keluarga BUDI seakan - akan memberi jaminan yang sangat nyata bahwa orang yang bekerja di kantor dan memiliki dua anak akan merasakan sejuta kenikmatan duniawi seperti yang tergambar dalam kehidupan keluarga BUDI, sangat bertolak belakang dengan keterpurukan yang dirasakan oleh sekelompok keluarga yang memilih bekerja di sawah dengan anak yang lebih dari dua orang, seperti yang dirasakan keluarga ALI yang digambarkan sangat urak - urakan dan sangat terpuruk.

Masih ingat kah kita akan program yang memiliki semboyan "2 (DUA) ANAK CUKUP" yaitu Program Keluarga Berencana ( KB ). Program ini menuai penolakan yang sangat gigih oleh para orang orang tua pada saat itu, khususnya mereka yang berdomisili di desa,serta sangat yakin dengan petuah yang menyatakan "BANYAK ANAK BANYAK REZEKI", alasan yang juga menjadi landasan penolakan ini adalah hukum agama islam yang dianggap tidak mengayomi program pemerintah ini. Meskipun sebenarnya masyarakat tersebut mengayomi program itu seiring dikeluarkanya FATWA MUI, yang menyatakan KB ITU HALAL.......................................................................

Pertanyaan yang sampai saat ini belumk terjawab secara rasional adalah “Kenapa harus 2, mengapa bukan 1,3,4,atau lebih dari itu? “. kata penguasa pada saat itu, diputuskan 2 karena anak ada yg laki dan ada yang perempuan. jadi satu anak laki-laki dan satu anak perempuan sudah cukup. (iya kalo satunya laki dan satunya perempuan, kalo dua - duanya laki, atau dua - duanya perempuan gimana?), kan tidak ada ilmu pasti yang dapat memberi kita pelatihan secara formal tentang bagaimana memproduksi anak perempuan dan bagaimana pula strategi menghasilkan anak Laki - laki. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Rasionalisasi kenapa 2 (dua) sudah sangat terbantahkan.

Substansi dari doktrin kalimat tersebut adalah agar masyarakat indonesia menekan angka kelahiran, dan segera beralih dari aktivitas bertani yang tidak dapat dikontrol langsung oleh Kaum Kapitalis,ke aktivitas industrialisasi (jadi karyawan pabrik) supaya sangat gampang terkontrol dan memiliki ketergantungan yang luar biasa terhadap para pemodal, khususnya Pemodal Asing.

Analisa sederhana ini hadir dengan teori bahwa dalam rangka mengungkap ketimpangan yang masuk secara terselubung ke kepala kita, maka terlebih dahulu kita harus keluar dari kebenaran umum. berdasarkan pengamatan terhadap dua macam gambaran hidup yang sangat bertolak belakang antara keluarga Budi yang bapaknya bekerja dengan pakaian yang rapi serta kegembiraan yang digambarkan dari wajah dua bersaudara (budi dan ani) yang terlihat tengah terhanyut dalam kegembiraan,sangat berbeda dengan keluarga ALI yang bapaknya bekerja dengan bergumuran lumpur dan kotoran,ditambah lagi dengan hadirnya ALI yang ikut - ikutan membantu seakan - akan masa kecil nya tidak sebahagia budi yang bisa bermain tanpa harus membantuk ayahnya bekerja.

Dari situlah kita dapat memaknai betapa besarnya ketimpangan yng sedang terencana di balik penggalan - penggalan kalimat yang sepintas terlihat sangat sederhana tersebut. angka kelahiran harus segera ditekan agar tingkat konsumsi masyarakat terhadap sumber daya alam, dapat menurun sehingga SDA yang bermutu seperti minyak, kayu, batu bara dan sebagainya akan banyak tersisa yang nantinya akan memenuhi kebutuhan bangsa eropa yang sejak pasca perang dunia ke-tiga hanya memiliki Modal yang berlimpah dengan SDM yang handal tapi miskin SDA. sedang dalam pemenuhan proses industrialisasi, mutlak dibutuk ketiga unsur ( SDM, SDA, dan Modal ). Berangkat dari ketakutan bangsa eropa akan lumpuhnya proses industri yang disebabkan karena nihilnya SDA sebagai bahan baku industri, maka mereka mencoba membidik benua Asia yang pada saat itu sangat kaya dengan SDA, khusunya negeriku tercinta INDONESIA RAYA NAN KAYA. Sehingga tidak salah jika diumpamakan bahwa,

"indonesia di mata eropa pada saat itu bak seorang gadis cantik nan sexy yang hanya dibalut sehelai kain sutra yang sangat tipis, dan eropa adalah seorang lelaki yang sedang dikuasai oleh hasrat sexual yang maha dahsyat dan harus segera meluapkan hasrat sex nya pada gadis sexy yang sangat menggoda tersebut"

ØDikatakan 'CAntik Nan Sexy', karena kekayaan alam nya yg sangat berlimbah,

ØSedangkan perumpamaan "sehelai kain sutra yang tipis" ditujukan pada sangat longgarnya pengamananindonesia terhadap SDA nya pada saat itu

Ø"Eropa adalah seorang lekaki yang sedang dikuasai oleh Hasrat Birahi Sexual Yang Maha Dahsyat" maksudnya adalah mengumpamakan betapa besarnya tingkat kebutuhan bangsa Eropa pada Sumber Daya Alam Indonesia.

ØDan "Harus Segera Meluapkan Hasrat Sex nya pada gadis yang menggoda tersebut", merupakan perumpamaan akan begitu mendesaknya kebutuhan bangsa Eropa pada sumber daya alam saat itu, sebab jika SDA tersebut tidak segera diraih, maka Eropa dengan sendirinya akan jatuh melarat karena tidak dapat melanjutkan proses produksi ( industry ).

Maka dari itu lah, untuk memuluskan proses penguasaat terhadap SDA dan bahkan nasib hidup bangsa indonesia, maka eropa pada saat itu melakukan penyerangan pertama yang luar biasa pada NALAR bangsa sampai pada hal yang sangat kecil seperti materi pelajaran dan sebagainya, demi memunculkan sebuah kesepakatan mutlak akan kebenarn umum yang sedang rancang melalui pengorganisiran / penyeragaman Paradigma Berpikir bangsa kita yang "malang" ini.

Sebagai bukti nyata dari bagian kecil keganasan tersebut yang sekarang kita rasakan adalah diantaranya :

1.Paradigma yang hampir seragam akan penilaian terhadap "Mana yang lebih Baik, menjadi Petani atau Buruh Pabrik?

2.Gaya Hidup kita Yang Hampir seragam menyerupai Style Orang-orang Eropa.

3.Penilaian / Asumsi yang hampir seragam pula terhadap definisi/ciri Cantik yang dimana icon nya adalah wanita Eropa

4.dan masih banyak lagi keseragaman Nalar kita yang telah terbentuk sebagai buah hasil dari kerja keras "Si Iblis Ganas EROPA".

Sedangkan Musibah yang tengah dirasakan bangsa ini sebagai buah dari keseragam tersebut diantaranya :

1)Karena Terlena akan keanggunan/ketampanan orang - orang eropa, maka kita semakin tidak menyadari bahwa sekarang mereka telah menguasai hampir seluruh sektor rill bangsa kita

2)Karena Sebagian besar masyarakat kita lebih memilih menjadi karyawan pabrik daripada bertani atau membuka usaha sendiri, maka membuat para pemodal khususnya Pemodal asing, semakin semena - mena terhadap karyawan, seperti mengeluarkan kebijakan sistem Kerja Kontrak yang seakan telah membuat para karyawannya tidak lebih dari seorang "ROBOT"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun