Bagaimana akibat sifat selalu menjadi "penengah", justru pak Tjokro tak mampu mencegah Semaun yang ambisius untuk memisahkan diri dari Sarekat Islam yang didirikan Tjokroaminoto.
[caption id="attachment_410179" align="aligncenter" width="300" caption="Semaun vs Agus Salim dalam kongres SI pertama (gresik.co)"]
Sehingga di akhir era 1920-an terdapat dua Sarekat Islam
Sarekat Islam Hijau pimpinan HOS Tjokroaminoto dan H. Agus Salim, yang lebih mengutamakan peningkatan kualitas pendidikan bangsa untuk mencetak pemimpin-pemimpin yang mampu memerdekakan Hindia Belanda dari penjajahan kelak. Contoh hasilnya adalah Kusno yang kemudian hari lebih kita kenal sebagai Presiden RI pertama Ir. Soekarno, dan juga Sekar Maridjan Kartosuwiryo yang sayangnya di era 1950-1960-an justru memipin pemberontakan terhadap RI dengan Darul Islam nya dan akhirnya tewas di hadapan regu tembak.
Sarekat Islam Merah pimpinan Semaun yang lebih beraliran "kiri" alias komunis. Anggota utamanya adalah para tokoh-tokoh yang kemudian di era kemerdekaan merubah SI Merah menjadi terang-terangan "Merah" yaitu Partai Komunis Indonesia. Mereka lalu tewas akibat terlibat dalam pemberontakan PKI Madiun yaitu Musso, Alimin dan Darsono.
Di film ini juga hebatnya untuk pertama kali dalam film sejarah Indonesia, ditampilkan tokoh Sneevliet (pejuang komunis dari Belanda) yang sempat berkawan dengan Tan Malaka di Belanda, yang membawa ajaran komunis ke Indonesia pasca suksesnya revolusi Bolshevik 1917 di Russia yang lemudian hari membentik lahirnya negara Uni Soviet.
Sneevliet yang kemudian dideportasi kembali ke Belanda di tahun 1920, adalah "guru alternatif" yang meracuni pola pikr Semaun dkk., untuk beraliran komunis, yang menyebabkan akhirnya mereka meninggalkan guru pertama mereka, HOS Tjokroaminoto yang beraliran nasionalis religius
Sisi hebat lainnya dari film ini adalah untuk pertama kali dalam film Indonesia ditampilkan mars kaum komunis yang berjudul "INTERNACIONALE" yang dinyanyikan versi bahasa Indonesia nya di atas kereta oleh Semaun, Musso, Alimin dan kawan-kawannya.
[caption id="attachment_410182" align="aligncenter" width="300" caption="Sneevliet (www.kekuatanide-blogspot.com)"]
Apresiasi untuk Tanta Ginting yang di film "Soekarno" memerankan Sutan Syahrir yang radikal namun sejalan dengan Soekarno, namun di film "Tjokroaminoto" tampil memerankan Semaun yang sekali lagi radikal namun kali ini berseberangan jalan dengan Soekarno dan Agus Salim.
Juga bagaimana mengharukannya peran Chelsea Islan di film ini sebagai seorang gadis Indo cantik yang terpaksa berjualan koran karena ayahnya seorang Belanda tulen di deportasi ke negeri asal nenek moyang nya, dan ibunya seorang Nyai Jawa yang hanya berstatus wanita simpanan, tidak mampu membesarkannya, karena tidak kuat menghadapi tekanan publik akibat menyandang status sebagai seorang "Kafir" dan "Pelacur".