Mohon tunggu...
Heru Andika
Heru Andika Mohon Tunggu... -

Account lama saya di-hack karena saya menulis tentang kebenaran, namun saya tak akan pernah bisa dihentikan dengan cara seperti itu, karena saya amat mencintai menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

99 Cahaya di Langit Eropa 2, Lebih Baik dari yang Pertama

16 Maret 2014   22:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:52 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya film kedua ini lebih menonjolkan sisi film kemanusiaan dan religi.

Penokohan dari berbagai bangsa dibuat lebih kuat dan berkarakter, walaupun demi kepentingan kemudahan membuat film dan menontonnya, baik Khan, Steffan dan Maarja di film ini "dipaksa" banyak berdialog dalam bahasa Indonesia.

Ya, jika film Laskar Pelangi 3 mengecewakan sebagai sekuel.....maka film "99 Cahaya di langit Eropa jilid 2" ini sebaliknya, ada peningkatan yang terasa baik kualitas maupun tensi dalam film.

Adegan dan dialog humor nya lebih lucu dan menarik, tidak terkesan garing. Dengan memanfaatkan persaingan ideologi dua orang sahabat berbeda latar belakang budaya, Steffan sang lajang Austria yang agnostik dan Khan Mohammed, seorang pengantin baru fanatik Islam dari Pakistan.

[caption id="attachment_326805" align="aligncenter" width="300" caption="Perseteruan dua sahabat, Khan vs Steffan (kapanlagi.com)"]

1394959555534701738
1394959555534701738
[/caption]

In the end....film ini berhasil melakukan apa yang sering disebut-sebut Rangga, Hanum dan Fatma dalam film ini, menjadi "Agen Islam" yang baik.

Saya bahkan berusaha menonton film ini dengan memposisikan diri sebagai seorang yang sinis terhadap Islam (walaupun aslinya, saya tak kalah fanatiknya dengan Khan, tanpa bermaksud riya, saya adalah tipe orang yang pantang meninggalkan sholat fardhu dimana saja, di negeri non muslim sekalipun).

Dan hasilnya....saya cukup terpikat denga edukasi Islam di film ini yang dibawakan dengan ringan, di sela oleh gurauan yang etis, serta yang penting tidak menggurui apaalagi memaksa orang pindah keyakinan. Bahkan ramalan saya meleset.

Steffan yang saya duga di akhir film akan masuk Islam, ternyata hanya sebatas berubah pandangan menjadi bersimpati saja kepada Islam.

Silahkan tonton film ini, apapun agama Anda, ada banyak pelajaran sejarah dan kemanusiaan, tidak melulu ajaran Islam dalam film ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun