Mohon tunggu...
Heru Kesuma
Heru Kesuma Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Seorang penggemar berat Harutya. Menulis untuk hidup, selain mengisi waktu. Karena ia hanya seorang pengangguran yang hampir dua puluhan. Setiap apa yang ditulisnya membuatnya merasa dirinya punya alasan atas eksistensinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biru Malaikat

25 Maret 2024   22:10 Diperbarui: 25 Maret 2024   22:12 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : unsplash.com

"Sebab itulah saya ditugaskan Tuhan. Sungguh pria malang, Tuhan telah memberi ujian yang berat," kata si malaikat dalam lubuk hatinya yang dalam itu.

Atas izin Tuhan, si malaikat mengabulkan doa pria itu. Bersamaan dengan turunnya tetes hujan terakhir, satu dari kian banyaknya perusahaan, mengirimi pria itu pesan. Dia diterima bekerja.

Sejak itu dia tidak pernah berhenti berdoa pada Tuhan. Supaya pekerjaannya lancar, supaya orang-orang baik padanya, supaya gajinya makin naik, macam-macam. Tidak pernah pula si malaikat berhenti mengabulkannya. Bertahun-tahun lamanya.

"Tuhan, kumohon naikkan jabatanku sebelum tahun ini berakhir," pinta si pria lagi.

Ketika si malaikat hendak mengabulkan, Tuhan menyuruh berhenti. Dari lubuk hati yang paling dalam, si malaikat ingin terus pria itu bahagia. Apa daya, ia seorang malaikat, perintah Tuhan adalah mutlak.

"Saya begitu ingin dia tambah bahagia dengan jabatan yang naik. Namun, tanpa izin Tuhan saya akan merelakan." Si malaikat menahan keinginannya.

Tidak naik juga jabatannya tak peduli seberapa banyak dia berdoa, si pria kembali berjalan-jalan di tengah malam. Langit kala itu mendung, tetapi tak turun hujan. Dia berpapasan dengan atasannya. Lalu terpikirkan sebuah jalan di kepalanya. Dia sadar lidahnya harus selalu basah. Agar mudah baginya untuk menjilat.

Tak peduli mau bagaimana caranya, dia mencari cara agar dekat dengan atasan. Ketika cuti, dia membawa buah tangan lebih banyak untuk atasannya dibanding ibu dan ayahnya. Setiap hari dia akan memasang mata dan telinga pada rekannya. Apa-apa yang bisa dilaporkan, langsung menuju telinga atasan. Mau sekecil apapun kesalahan rekannya, agak dibesar-besarkan sedikit olehnya.

Hidupnya kini didedikasikan untuk para atasan. Segala macam pinta atasan dia laksanakan. Mau Iyu membengkakkan pengeluaran kantor, mau itu menutupi kesalahan atasan, semua dibuatnya. Sampai usahanya membuahkan hasil.

Tuhan mengizinkan si malaikat untuk mengabulkan keinginan pria itu. "Mengapa baru sekarang, wahai Tuhanku?" tanya malaikat dalam hatinya.

Setelah begitu lama si pria tidak lagi berdoa, Tuhan justru mengabulkannya. Apa daya, ia adalah malaikat, ia akan bergerak setelah Tuhan mengizinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun