Fenomena post-truth atau era kebenaran pasca-fakta semakin merajalela di era digital saat ini.Â
Post-truth adalah kondisi di mana fakta tidak lagi menjadi faktor utama dalam pembentukan opini masyarakat, melainkan emosi dan keyakinan personal (Muhammad Syarif Hidayatullah, 2019). Hal ini menjadi perhatian serius bagi media modern karena media memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk membahas dampak post-truth pada media modern agar media dapat memainkan perannya secara efektif dan bertanggung jawab.
Fenomena post-truth bermula dari semakin populernya penggunaan media sosial oleh masyarakat yang membuat akses masyarakat terhadap informasi semakin mudah dan cepat (Rumah Jurnal IAIN Kudus, 2023). Namun, hal ini juga membuka celah bagi penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks. Post-truth juga mengacu pada kondisi di mana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran dengan memainkan emosi dan perasaan masyarakat (Muhammad Syarif Hidayatullah, 2019). Hal ini menjadi masalah serius karena masyarakat menjadi sulit membedakan mana informasi yang benar dan mana yang tidak.
Media modern memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini masyarakat. Namun, dalam era post-truth, media juga menjadi sasaran penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks. Hal ini dapat merusak kredibilitas media dan mempengaruhi opini masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk membahas dampak post-truth pada media modern agar media dapat memainkan perannya secara efektif dan bertanggung jawab (Ruangguru, 2021) (Muhammad Syarif Hidayatullah, 2019).
Definisi Post-Truth
Post-truth adalah era di mana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran dengan memanipulasi emosi dan perasaan masyarakat (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara - Kementerian Keuangan, 2021) (ResearchGate, 2023). Istilah post-truth pertama kali diperkenalkan oleh Steve Tesich pada tahun 1992 dalam tulisannya yang berjudul "The Government of Lies".Â
Dalam tulisannya tersebut, Tesich mengungkapkan kekhawatirannya terhadap propaganda yang dilakukan oleh negara-negara yang terlibat dalam Perang Teluk pada awal dekade 90-an (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara - Kementerian Keuangan, 2021). Awalnya, fenomena post-truth banyak dimanfaatkan untuk kepentingan politik  Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas media sosial, post-truth juga menjadi permasalahan serius dalam penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks (ResearchGate, 2023).
Post-truth pertama kali diperkenalkan oleh Steve Tesich dalam tulisannya pada tahun 1992 yang berjudul "The Government of Lies"(Sumber : Direktorat Jenderal Kekayaan Negara - Kementerian Keuangan, 2021). Dalam tulisan tersebut, Tesich mengungkapkan kekhawatirannya terhadap propaganda yang dilakukan oleh negara-negara yang terlibat dalam Perang Teluk pada awal dekade 90-an. Pada awalnya, fenomena post-truth lebih banyak terkait dengan politik .Â
Namun, dengan semakin populer dan luasnya penggunaan media sosial, post-truth juga menjadi masalah serius dalam penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara - Kementerian Keuangan, 2021) (ResearchGate, 2023). Hal ini menunjukkan bahwa media, terutama media yang dikuasai oleh pemilik modal besar, telah mengalami kontraksi dan mengalami perubahan yang signifikan (Media Widina, 2022). Oleh karena itu, penting untuk memahami definisi post-truth serta sejarah dan perkembangannya agar masyarakat dapat membedakan informasi yang benar dan yang tidak benar.
Dampak Post-Truth pada Media Modern
Fenomena post-truth memiliki dampak signifikan pada media modern. Berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi pada pola konsumsi berita masyarakat, pola kerja jurnalis, dan pola bisnis media.
Era post-truth telah mengubah pola konsumsi berita masyarakat. Masyarakat cenderung lebih memilih berita yang sesuai dengan pandangan mereka daripada berita yang berdasarkan fakta (Sekretariat Kabinet, 2018). Hal ini menyebabkan munculnya media-media alternatif yang menyajikan berita tanpa mempertimbangkan kebenaran fakta. Selain itu, masyarakat cenderung mudah terpengaruh oleh informasi yang viral di media sosial tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu (Media Widina, 2022).
Post-truth juga mempengaruhi pola kerja jurnalis. Jurnalis harus lebih berhati-hati dalam memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya ke publik (Nuhdi Futuhal Arifin, A. Jauhar Fuad, 2023). Mereka juga harus mampu membedakan antara berita yang benar dan hoaks. Namun, di sisi lain, jurnalis juga harus mempertimbangkan kecepatan dalam menyajikan berita agar tidak tertinggal dengan media lainnya.
Post-truth juga berdampak pada pola bisnis media. Media mainstream yang sebelumnya dianggap sebagai sumber kebenaran harus menghadapi kenyataan bahwa batas antara kebenaran dan kebohongan, kejujuran dan penipuan, fiksi dan nonfiksi semakin tipis (Sekretariat Kabinet, 2018). Hal ini mendorong munculnya media-media alternatif yang menyajikan berita tanpa mempertimbangkan fakta. Media juga harus mempertimbangkan kecepatan dalam menyajikan berita agar tetap bersaing dengan media lainnya.
Dalam era post-truth, penting bagi media untuk memainkan peran mereka dengan efektif dan bertanggung jawab. Masyarakat juga perlu meningkatkan literasi digital agar dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang salah (Sekretariat Kabinet, 2018). Sinergi dari semua pihak diperlukan untuk mengurangi penyebaran kebohongan yang menjadi ciri utama dari post-truth (Media Widina, 2022) .
Penanganan Post-Truth pada Media Modern
Fenomena post-truth yang semakin merajalela di era digital saat ini menjadi perhatian serius bagi media modern. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan yang tepat agar media dapat memainkan peran mereka secara efektif dan bertanggung jawab. Berikut adalah beberapa peran yang dapat dilakukan oleh jurnalis, media, dan masyarakat dalam menangani post-truth.
Jurnalis memiliki peran penting dalam menangani post-truth. Mereka harus lebih berhati-hati dalam memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya ke publik (Sekretariat Kabinet, 2018). Jurnalis juga harus mampu membedakan antara berita yang benar dan hoaks. Selain itu, mereka juga harus mempertimbangkan kecepatan dalam menyajikan berita agar tidak tertinggal dengan media lainnya.
Media juga memiliki peran penting dalam menangani post-truth. Media harus memastikan bahwa informasi yang disajikan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan (ResearchGate, 2022). Mereka juga harus memperkuat literasi digital masyarakat agar masyarakat dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang salah. Selain itu, media juga harus mempertimbangkan kecepatan dalam menyajikan berita agar tetap bersaing dengan media lainnya.
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menangani post-truth. Masyarakat harus meningkatkan literasi digital agar dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang salah (Sekretariat Kabinet, 2018) . Mereka juga harus lebih kritis dalam memilih sumber informasi dan melakukan verifikasi sebelum menyebarkan informasi ke publik.
Dalam era post-truth, sinergi dari semua pihak diperlukan untuk mengurangi penyebaran kebohongan yang menjadi ciri utama dari post-truth (Nuhdi Futuhal Arifin, A. Jauhar Fuad, 2023). Jurnalis, media, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa informasi yang disajikan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Literasi Digital Harus Ditingkatkan pada Masyarakat
Fenomena post-truth yang semakin merajalela di era digital saat ini memiliki dampak penting pada media modern. Berdasarkan beberapa sumber yang telah diulas, dapat disimpulkan bahwa:
- Post-truth telah mengubah pola konsumsi berita masyarakat. Masyarakat cenderung lebih memilih berita yang sesuai dengan pandangan mereka daripada berita yang benar.
- Post-truth mempengaruhi pola kerja jurnalis. Jurnalis harus lebih berhati-hati dalam memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya ke publik.
- Post-truth mempengaruhi pola bisnis media Semakin tipisnya perbedaan antara kebenaran dan kebohongan, kejujuran dan penipuan, fiksi dan nonfiksi, membuat media mainstream yang dulunya dianggap sebagai sumber kebenaran harus menerima kenyataan ini.
- Sinergitas semua pihak diperlukan untuk meminimalisir kebohongan yang menjadi ciri dasar dari post-truth. Jurnalis, media, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa informasi yang disajikan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pentingnya menangani post-truth untuk menjaga integritas media dan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, literasi digital harus terus ditingkatkan agar masyarakat dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang tidak benar. Jurnalis dan media juga harus memastikan bahwa informasi yang disajikan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan sinergitas semua pihak, diharapkan post-truth dapat diminimalisir, dan media dapat memainkan peran mereka secara efektif dan bertanggung jawab.
Sumber :
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara - Kementerian Keuangan. (2021). Ladang Ranjau Post Truth dalam Medsos. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-kisaran/baca-artikel/13938/Ladang-Ranjau-Post-Truth-dalam-Medsos.html
 Media Widina. (2022). Media, Kebenaran, dan Post-truth. https://repository.penerbitwidina.com/media/publications/358340-media-kebenaran-dan-post-truth-b74c7461.pdf
Muhammad Syarif Hidayatullah. (2019). Postmodernisme Hingga Post-Truth: Kehidupan Antara Skeptisisme dan Kehampaan Manusia Modern. Mediaukkiri.com.
Nuhdi Futuhal Arifin, A. Jauhar Fuad. (2023). Dampak Post-Truth di Media Sosial. https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/intelektual/article/download/1430/847
ResearchGate. (2022). Media, Kebenaran, dan Post-truth. https://www.researchgate.net/publication/363595471_Media_Kebenaran_dan_Post-truth
ResearchGate. (2023). Kebenaran di Era Post-Truth dan Dampaknya bagi Keilmuan Akidah. https://www.researchgate.net/publication/357534442_Kebenaran_di_Era_Post-Truth_dan_Dampaknya_bagi_Keilmuan_Akidah
Rumah Jurnal IAIN Kudus. (2023). Kebenaran di Era Post-Truth dan Dampaknya bagi Keilmuan Akidah. https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah/article/downloadSuppFile/12596/2622
Ruangguru. (2021). Apa itu Post Truth, Dampak, dan yang Harus Kita Perbuat. https://www.ruangguru.com/blog/post-truth
Sekretariat Kabinet. (2018). Media Sosial, Post Truth, dan Literasi Digital. https://setkab.go.id/media-sosial-post-truth-dan-literasi-digital/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H