Mohon tunggu...
Heru Subagia
Heru Subagia Mohon Tunggu... Relawan - Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah media ekspresi tampa batas,eksplorasi dan eksploitasi imajiner yang membahagiakan . Menulis harus tetap bertangung jawap secara individu dan di muka umum. . Hobi menulis disela -sela kesibukan menjaga toko ,mengurus bisnis ,berkegiatan di umkm dan politik dan bisnis. Lingkungan hidup juga menjadi topik utana bagi penulis untuk advokasi publik berkaitan isu isu penyelamatan dan pelestarian alam . Mari kita gemar menulis , mendobrok tradisi ,menambah literasi dan menggugat zona nyaman berbagai kehidupan .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Garis Demarkasi Kemanusian yang Kian Susut

11 Mei 2024   09:41 Diperbarui: 11 Mei 2024   10:59 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita kemanusiaan terus deras mengalir ditengah isu moncernya kegiatan politik tingkat elite. Seakan kejadian kemanusiaan teralihkan oleh pemberitaan relasi politik dan kekuasaan. Padahal akses krisis kemanusiaan ini bis dikatakan sebagai bagian dari keteledoran elite politik , para pembuat kebijakan serta acuhnya masyarakat, pengiat kemanusiaan yang minim dan juga sorotan media yang tipis.

 Maraknya kekerasan yang disertai pembunuhan terhadap perempuan kian merajalela. Dalam kondisi saat ini, berceceran informasi dan berita bagiamana perempuan telah menjadi pihak yang teraniaya baik secara psikologis dan fisik.

Patut dikritisi secara jeli dan mendalam jika saat ini sudah urgen dibutuhkan literasi khusus untuk merevitalisasi keterbatasan sumber daya manusia dan juga justifikasi pihak penegak hukum.

Dengan keterbatasannya SDM menjadi ladang subur yang kian semarak membakar maraknya gejala sosial uang kian parah. Baik pihak yang dirugikan dan juga yang diuntungkan secara berbarengan menerima fakta bahwa mereka berada dalam wilayah kesadaran kemanusiaan dalam level paling kritis.

Artinya banyaknya  pembunuhan berencana atau tidak disengaja dimana pihak perempuan banyak yang menjadi korban nyawa dan psikologis dipicu oleh ketidaksadaran dan juga keterlantaran bidang  hukum, moralitas dan juga etika.

Bisa dikatakan jika saat ini sedang terjadi paradoks kemanusiaan, kemajuan teknologi dan juga penyebaran informasi justru melahirkan kesenjangan atau distorsi dari kemanusiaan itu sendiri. Sulit untuk memahami manakala kecepatan dan juga kelimpahan ruang serta waktu dengan dukungan teknologi kekinian tidak dibarengi oleh naiknya level literasi kemanusiaan dan juga kesadarannya.

Paradoks kemanusian sedang terjadi dan menelan nyawa dan juga beban psikologis berkelanjutan bagi korbannya. Berbagai kekerasan fisik terhadap perempuan yang berujung pada pembunuhan yang amat sadis dan mengerikan sedang terjadi.

Banyak kasus mutilasi pada perempuan dan juga pembunuhan berencana yang dilakukan oleh penjahat atau pembunuh  "banci". Aksi bejat terhadap wanita berinisial A itu terjadi pada Kamis (9/5) kemarin. Korban ditemukan tewas di sebuah indekos di Blok Pulomas, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon.

Diberitakan jika pelaku tega menghabisi nyawa wanita berusia 21 tahun itu karena sakit hati dan tidak terima karena korban meminta pelaku membayar uang kencan di awal.

Kapolres Cirebon Kota AKBP Rano Hadiyanto menjelaskan kronologi bagaimana pelaku menghabisi nyawa korban. Menurut Rano, pelaku membunuh korban dengan cara mencekik leher dan memukul wajah korban berkali-kali.

Mengapa perempuan menjadi target pembunuhan sadis ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun