kemanusiaan terus deras mengalir ditengah isu moncernya kegiatan politik tingkat elite. Seakan kejadian kemanusiaan teralihkan oleh pemberitaan relasi politik dan kekuasaan. Padahal akses krisis kemanusiaan ini bis dikatakan sebagai bagian dari keteledoran elite politik , para pembuat kebijakan serta acuhnya masyarakat, pengiat kemanusiaan yang minim dan juga sorotan media yang tipis.
Berita Maraknya kekerasan yang disertai pembunuhan terhadap perempuan kian merajalela. Dalam kondisi saat ini, berceceran informasi dan berita bagiamana perempuan telah menjadi pihak yang teraniaya baik secara psikologis dan fisik.
Patut dikritisi secara jeli dan mendalam jika saat ini sudah urgen dibutuhkan literasi khusus untuk merevitalisasi keterbatasan sumber daya manusia dan juga justifikasi pihak penegak hukum.
Dengan keterbatasannya SDM menjadi ladang subur yang kian semarak membakar maraknya gejala sosial uang kian parah. Baik pihak yang dirugikan dan juga yang diuntungkan secara berbarengan menerima fakta bahwa mereka berada dalam wilayah kesadaran kemanusiaan dalam level paling kritis.
Artinya banyaknya  pembunuhan berencana atau tidak disengaja dimana pihak perempuan banyak yang menjadi korban nyawa dan psikologis dipicu oleh ketidaksadaran dan juga keterlantaran bidang  hukum, moralitas dan juga etika.
Bisa dikatakan jika saat ini sedang terjadi paradoks kemanusiaan, kemajuan teknologi dan juga penyebaran informasi justru melahirkan kesenjangan atau distorsi dari kemanusiaan itu sendiri. Sulit untuk memahami manakala kecepatan dan juga kelimpahan ruang serta waktu dengan dukungan teknologi kekinian tidak dibarengi oleh naiknya level literasi kemanusiaan dan juga kesadarannya.
Paradoks kemanusian sedang terjadi dan menelan nyawa dan juga beban psikologis berkelanjutan bagi korbannya. Berbagai kekerasan fisik terhadap perempuan yang berujung pada pembunuhan yang amat sadis dan mengerikan sedang terjadi.
Banyak kasus mutilasi pada perempuan dan juga pembunuhan berencana yang dilakukan oleh penjahat atau pembunuh  "banci". Aksi bejat terhadap wanita berinisial A itu terjadi pada Kamis (9/5) kemarin. Korban ditemukan tewas di sebuah indekos di Blok Pulomas, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon.
Diberitakan jika pelaku tega menghabisi nyawa wanita berusia 21 tahun itu karena sakit hati dan tidak terima karena korban meminta pelaku membayar uang kencan di awal.
Kapolres Cirebon Kota AKBP Rano Hadiyanto menjelaskan kronologi bagaimana pelaku menghabisi nyawa korban. Menurut Rano, pelaku membunuh korban dengan cara mencekik leher dan memukul wajah korban berkali-kali.
Mengapa perempuan menjadi target pembunuhan sadis ?
Bisnis Sex Online marak melalui aplikasi online . Laporan dari masyarakat sudah sering disampaikan jika banyak aplikasi sosial yang difavoritkan menjadi ajang terminal penjualan sek online. Disinilah salah satu awal mulainya kluster perempuan menjadi sasaran dan target pembunuhan.
Sangat disayangkan jika kekerasan terhadap pekerja sek banyak dialami oleh wanita dan mereka menjadi korban penipuan dan juga pembunuhan sadis. Wanita menjadi korban dan pihak yang menjadi subjek kekerasan. Wanita juga menjadi target bullying atau kekerasan sosial dan psikologis ketika wanita penjaja sek menjadi korban kejahatan.
Wanita pada akhirnya beralih menjadi bagian pekerja sex online  lebih banyak didorong oleh masalah sosial dan ekonomi. Tidak dinafkahi  suami , perceraian karena faktor ekonomi dan wanita menjadi tulang punggung keluarga.
Pada akhirnya dengan keterbatasannya kondisi dan juga SDM mereka berkumpul dan jejaring bisnis sex online. Sangat kontradiktif sekali manakala korban kekerasan sek pekerja online tidak bisa melaporkan kejadian karena trauma , malu , naif atau masih rendahnya tingkat pendidikan dan literasi hukum.
Mereka penjahat dengan sengaja dan paksa membunuh perempuan memanfaatkan berbagai kelemahan fisik dan psikis . Ironinya banyak perempuan yang terbunuh adalah para pejuang keluarga, tukang punggung keluarga  atau mereka yang akan bekerja untuk dirinya dan masa depannya.
Â
Jangan banyak korban lagi terjadi. Saya sangat berempati dengan apa yang sudah dilakukan oleh para pejuang nafkah keluarga. Jika itu dianggap salah dan berdosa, negara sebaiknya mengambil peran dan tanggung terhadap kondisi pekerja sek online yang dihadapi sangat kejam . Mereka hanya mempunyai ketrampilan naluriah sebagai pekerja sek online atau offline .
Jangan lagi ada korban pihak perempuan, hentikan semuanya tindakan dan juga alasannya untuk dapat kembali membenarkan perbuatannya. Mencari bagaimana solusi bertingkat untuk mencari akar masalah dan proses negosiasi pemecahan masalah.
Tetaplah kita yakinkan dalam batasan kemanusiaan, kita mempunyai banyak kesamaan untuk berjuang bersama dan akan memulai start bersama hingga finish bersama di garis demarkasi kemanusian. Â Spirit kemanusiaan tetap terjaga dan bisa menjadi embarkasi spiritualisme umat manusia.
Jangan biarkan  garis demarkasi dan embarkasi kabur dan atau bahkan hilang. Kemanusian itu bagian nilai keseluruhan beragama dan juga menjadi inspirasi umat manusia menuju kebahagiaan abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H