Menjadi bahan pertimbangan kepentingan nasional jika pesta demokrasi 5 tahunan ini harus  diwujudkan dalam pesta yang meriah ,murah dan kredibel.
 Rakyat akan merasakan kegembiraan dan luapan emosi bahagia  dengan memilih calon capres yang sudah terseksi ketat dan siap untuk dipertandingkan . Â
Kontestan pilpres tidak hanya diukur oleh satu atau dua parameter tetapi sudah melalui kontemplasi yang panjang sehingga kandidat tersebut sudah totalitas dipilih. Rakyat pada akhirnya memilih yang terbaik dari yang baik.
Jika banyak hambatan dan sumbatan demokrasi sampai saat ini, bagaimana bisa  proses pilpres dan pileg 2024  yang berkualitas bisa dijalankan dengan baik dan benar,apa syaratnya?
Sumber malapetaka demokrasi  adalah fanatisme sempit atau ego sektoral baik dilakukan atas nama pribadi atau kelompok/ partai.
Politik pecah belah  sudah membumi dan difatwakan untuk meraih tujuan sesaat dan bagian dari pragmatisme berpolitik  yang sudah turun temurun berkembang.
Tujuan proses berdemokrasi justru lebih kuat daripada upaya menyetujui tujuan berdemokrasi yang sebenarnya. Artinya secara umum ,masyarakat belum siap menerima persepsi atau pemahaman  berdemokrasi yang berkualitas dan efesien .
Euforia demokrasi di Indonesia masih berada dalam portofolio kosong. Rendahnya bobot kualitas pemahaman dan juga aksi berbuat dan bertata cara berdemokrasi yang rendah.
 Koridor demokrasi sulit dipatuhi dan dijalankan. Para  stage holder tidak otomatis menjalankannya baik  oleh  masyarakat dan  elite partai yang seharusnya sudah terdidik dan pengalaman berpolitik .  Â
Dengan melihat dan mempelajari output politik dari hasil pilpres dan pileg yang sudah dilakukan 5 kali paska reformasi,akan didapatkan beberapa plus dan minus parameter demokrasi yang ada . Secara umum memberikan gambaran  bahwa demokrasi di Indonesia lebih mengedepankan eforia atau angan- angan dari sekedar mengimplementasikan subtansi demokrasi dalam berbagai kegiatan dan kehidupan berpolitik. Legacy  demokrasi ambyar karena banyaknya intervensi tangan setan. Â
Penulis melihat ada sumber -sumber kelalaian dan kelemahan dalam  proses demokrasi yang sudah dijalankan di Indonesia paska reformasi .