Mohon tunggu...
Heru Subagia
Heru Subagia Mohon Tunggu... Relawan - Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah media ekspresi tampa batas,eksplorasi dan eksploitasi imajiner yang membahagiakan . Menulis harus tetap bertangung jawap secara individu dan di muka umum. . Hobi menulis disela -sela kesibukan menjaga toko ,mengurus bisnis ,berkegiatan di umkm dan politik dan bisnis. Lingkungan hidup juga menjadi topik utana bagi penulis untuk advokasi publik berkaitan isu isu penyelamatan dan pelestarian alam . Mari kita gemar menulis , mendobrok tradisi ,menambah literasi dan menggugat zona nyaman berbagai kehidupan .

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membaca Arah Perjuangan Politik Relawan Calon Presiden

30 Agustus 2022   05:25 Diperbarui: 30 Agustus 2022   05:40 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merencanakan ,mendesain dan mengeksekusi kan dalam wilayah kebijakan strategik dan mengendalikan dan mengontrol penuh organ-organ anti demokrasi.      

Itulah gambaran ketika banyak  tokoh masyarakat,pakar dan ahli , parpol dan relawan yang sedang berwacana dan memaksakan  kehendak politiknya.

Harusnya patron  politik sipil seperti relawan harus dibekukan dan dibubarkan . Paska dukungan kemenangan pada jagoannya menjadi Presiden ,harus bubar dan jika dibutuhkan jadilah ormas atau merubah Relawan menjadi partai politik.

Pada akhirnya relawan yang justru dipelihara dan dinafkahi menjadi parasit demokrasi sekaligus penyebab terjadinya makar terhadap konstitusi dan sekaligus UU. Dalam tataran etika politik,memaksakan kehendak politik merupakan bagian tindakan merusak  sekaligus melukai  tatanan dan kontruksi demokrasi.

Wacana melanjutkan dan mendorong perpanjangan jabatan presiden tidak bisa ditoleransi lagi. Kebebasan demokrasi tidak lagi konsumsi liar para pemilik dan penyandang  kekuasaan. Dan juga para pendukungnya tidak semena - mena  mengatasnamakan kebebasan  berpendapatan secara brutal di publik.

 Harusnya mereka sebelum berkelakar dan beropini belajar bagaimana kearifan dan kesopanan berpendapat , memperhatikan etika politik dan dalih - dalih aspek  legal formal.

Kecelakaan sejarah demokrasi mungkin saja terjadi jika rakyatnya sendiri yang menginisiasi dan mendukung segala hal berbau penguatan dan perpanjangan kekuasaan.

Sangat tidak wajar jika justru terlahir nya tirani dan kekuasaan absolut ditolong dan ditopang oleh kebodohan dan kedunguan kelompok kecil masyarakat Indonesia.  

 Sejarah kelam kejatuhan demokrasi dan digantikan dengan tirani dipicu oleh simbiosis kebodohan masyarakat dengan elite kekuasaan yang melibatkan banyak mesin birokrasi dan sayap politiknya.

Secara tegas sejarah mengajarkan kepada kita , dikatakan, kekuasaan itu akan melahirkan tirani  yang sangat akut membasmi benih-benih serta sumber -sumber penyeimbang kekuasaan. Alat  dan organ sosial dan politik yang melawan akan dibungkam dan dibinasakan.

Pemilu adalah sarana legal formal dalam melakukan proses transisi kepemimpinan nasional yang saat ini diyakini masih  cara paling demokratis rakyat terlibat aktif dalam pemilihan wakil rakyat dan presiden. Adapun tatacara dan perundangan yang mengatur pemilu sudah jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun