Mohon tunggu...
Heru Subagia
Heru Subagia Mohon Tunggu... Relawan - Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah media ekspresi tampa batas,eksplorasi dan eksploitasi imajiner yang membahagiakan . Menulis harus tetap bertangung jawap secara individu dan di muka umum. . Hobi menulis disela -sela kesibukan menjaga toko ,mengurus bisnis ,berkegiatan di umkm dan politik dan bisnis. Lingkungan hidup juga menjadi topik utana bagi penulis untuk advokasi publik berkaitan isu isu penyelamatan dan pelestarian alam . Mari kita gemar menulis , mendobrok tradisi ,menambah literasi dan menggugat zona nyaman berbagai kehidupan .

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Muka Lama Capres Maju Lagi Jadi Capres, Simbol Feodalisme Parpol?

13 Agustus 2022   15:00 Diperbarui: 13 Agustus 2022   17:56 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PDIP satu - satunya Parpol yang memenuhi presidential Threshold di atas 20 persen sehingga dapat mengusung capres dan cawapres sendirian.  

Dengan kekuatan parpol dan koalisi yang akan dan sudah terbentuk , akan ada maksimal 4 poros kekuatan politik yang akan bermain pada pilpres 2024.

Kontestasi Capres 2024 akan berhubungan langsung dengan pemilu legislatif . Hubungan Capres dan Koalisi Partai Politik akan berdampak pada perolehan suara pileg . Pileg dan Pilpres dilakukan secara bersama dan serentak. Dua  keputusan politik  dalam satu bilik suara. 

Yang pasti ,jika banyak muncul muka lama dalam pilpres 2024 dipastikan akan banyak  ditinggalkan pemilih dan juga menjadi sandungan demokrasi karena parpol dicap minim kaderisasi dan memilih status quo menjadi ciri khas feodalisme di kepartaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun