"Bapak-bapak wajib tau juga alasannya kenapa Raja kita naikin harga bensin. Bensin itu kan nanti jadi penerimaan negara tuh Pak. Hasilnya dipakai buat pembangunan infrastruktur, buat nutup hutang Raja-Raja dahulu, buat pendidikan sama lain-lain", Jelas Si Mild.
"Kan Si Mbah bisa lihat sekarang di kampung pelosok timur sana, sudah mulai dibangun infrastruktur yang memadai. Yang sudah puluhan tahun gak tersentuh pembangunan. Padahal mereka nyumbang emas lho buat pemasukan negara kita."
"Memang sih Raja yang sekarang masih banyak kurangnya, tapi saya rasa kok gak adil kalau kita cuma lihat seseorang dari kurangnya saja.", tambah Cimeng.
Pak Garpit manggut-manggut kayak bandot lagi ngunyah rumput.
"Kamu pasti pegawai kerajaan yaa??", Tanya Mbah Kretek pada Si Mild .
"Hahahaha, bukan Mbah. Saya juga orang kampung sini, saya anaknya Pak Cerutu, mantan tentara yang sekarang punya peternakan kuda di selatan kampung", jawab Si Mild.
"Hoooo., iya iya. Mbah kenal sama bapakmu. Salam buat bapakmu ya, Le."
"Tapi ada benernya juga kalian, Le. Alangkah baiknya kalau kita suudzon sama Raja kita. Biar kerempeng gitu, dia juga udah bikinin kita bandara. Jadi Mbah bisa nengokin cucu Mbah di Samarinda. Hehehe.."
 "Terus yang satu ini anak mana? Udah berewok, rambut kayak pel-pelan lantai begitu? Ra gatel po sirahmu??" Tanya si Mbah Kretek.
"Auk ah Mbah.., saya orang Jamaika!!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H