Mohon tunggu...
Herton Maridi
Herton Maridi Mohon Tunggu... -

mari kembangkan budaya literasi di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Langit Ketujuh

14 Oktober 2011   15:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:57 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Sang Baginda

*

Malam, langit ketujuh

Langit abadi, langit yang berlabuh

Menyentuh tubuh ombak

Jerit malaikat bergema menembus bukit Tsur

Seakan menghentikan seluruh jarum jam

Pada titik terakhir cahaya

Harum cahaya menyelimuti dinding waktu

Menyekap seluruh tubuh semesta

Melebihi makna langit itu sendiri

**

Jasad kusamku terhimpit ayat-ayat

Tercium gerimis tangis

Membasahi pelipis daun-daun

Bagai mirah yang tak terjarah

Ayat-ayatmu menyimpan amanat kemboja

Yang sempat kutuliskan pada kerak akasia

Desir angin sempurna mengeja ngarai

Gerimis tangis menyapa alam barzahku

Menyajikan siluet gumpalan semesta

***

Malam, Yasin ketujuh

Di dinding tanah kuning

2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun