Mohon tunggu...
Hertiwati Simbolon
Hertiwati Simbolon Mohon Tunggu... Guru - Cikgu

semangat untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Asal Bapak Senang ''ABS''

24 Juli 2022   22:31 Diperbarui: 26 Juli 2022   00:17 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : proklamasi.com

Memasuki babak  baru  dunia kerja penuh dengan lika liku. Apapu ceritanya jika seseorang telah menghadapi fase ini bisa merasakan getar getirnya. Seorang pekerja profesional harus menunjukkan kinerja yang baik. Tidak ada perusahaan yang mau dirugikan baik itu milik pemerintah, swasta, asing dll. 

Berjuang sekeras tenaga dan menunjukkan keprofesionalan dalam bidangnya itu lebih tepatnya. Bagaimana ya jika seseorang memiliki usaha sendiri atau istilah yang sering kita dengar orang yang mengeluti dunia kewirausahaan. 

Banyak yang memberi komentar''enak lah kau bisa punya usaha sendiri bisa suka suka'' sering sekali statment itu keluar dari sebahagian orang. Namun kalau kita kaji lebih dalam lagi dan belajar dari pengalaman pengusaha sukses Bahwa mereka sampai pada titik pengusaha suskses pastilah tidak segampang membalik kan tangan. 

Perlu kerja keras dan disilpin bahkan strategi tepat guna untuk mengembangkan bakatnya. Apapun jabatan /pekerjaan kita perlu keseriusan untuk sampai level sukses. Apa indikator sukses? Bisa di lihat dari jabatan yang di miliki, pendapatan/gaji yang tinggi, berapa banyak harta yang dimiliki dll.

Eksistensi kinerja di tempat kerjaan juga harus di perlihatan di mata atasan/pimpinan agar mendapat penilaian yang baik bahkan juga di senangi atasan. 

Bahkan tidak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan penilaian baik atasan. Istilah yang sering kita dan tak asing di telinga seperti cari perhatian (caper ) atasan tidak jauh beda dengan istilah ''angkat telor'', bekerja baik ketika dilihat atasan, tidak pernah membantah apa yang di suruh sekalipun itu tindakan yang salah, tidak pernah memberikan komentar/ pendapat di rapat perusahaan. Kalau istilah wong Jawa manusia engge-enggge saja.

Banyak tipe/ karakter manusia didalam dunia kerja. Memiliki seribu wajah, memiliki seribu topeng, manusia berbulu domba, musuh dalam selimut. 

Banyak lagi istilah keren kalau ditelaah yang bersiliweran diatas awan. Keberadaan tipe manusia tersebut terbentuk raga ABS'' Asal Bapak Senang'' Menjadi manusia Beo yang sadis mengikuti apa perintah atasan tanpa punya prinsip hidup dalam bekerja. Jika ditanya kependidikan tidak kalah pamor minimal sarjana S1 namun ''podo wae'' tidak bisa berkutik seperti tubuh kuntet'' 

Tidak punya warna namun berwarna warni seperti pelangi. Kita tidak bisa menjugde jadi hakim Justice Bao tapi mari bercermin di cermin minimal cermin cebol saja tidak usah besar. Tidak bisa dipungkiri dan dibantah namun bisa disurvey masing masing ditempat kita bekerja.

Tipe manusia ''ABS''  mungkin bukan tidak memiliki ide brilian namun jiwa, raga tidak memiliki nyali untuk melawan dan butuh makan memenuhi kebutuhan urgen siperut sejengkal ini.Kata yang lazim yang bisa dilontarka 'takut dipecat'' cari kerja dimana lagi ya?

Miris sih dan memprihatin namun itu fakta. Status pekerja simakan gaji disertai label ABS memang berada diujung tanduk jika diperhadapkan dengan si pemimpin otoriter dan sombong.

Idealnya menjadi pekerja profesioanal harus punya prinsip/punya sikap/punya warna sehingga orang orang sekeliling kita bisa melihat siapa kita sebenarnya. 

Bukan hal yang gampang untuk dikerjakan bisa tiba tiba tidak ada angin, badai label si pembangkang akan terlontarkan dari mulut si pemimpin otoriter. Sangat menyedihkan, memilukan dan menyakitkan berada dilingkungan manusa si ''ABS''. Timbullah persaingan yang tidak sehat /tidak ada sportifitas dalam dunia kerja.

Profesioanal kerja harus di laksanakan dengan baik, menunjukan eksistensi diri dengan baik. Memiliki disiplin waktu yaitu berjuang untuk tidak terlambat datang kerja, mengerjakan job description dengan maksimal ada atau tidak ada pemimpin, mengejar label pegawai/pekerja yang baik bukan sebatas pencitraan di hadapan pimpinan. Jika kita sudah mampu melakukan pekerjaan tingkat level tertinggi tidak perlu takut kehilangan pekerjaan. 

Orang yang berkualitas pasti dicari.Dan perlu kita ingat harus memiliki prinsip untuk menunjukkan siapa kita. Jika sesuatu itu benar katakan benar dan jika salah maka katakan salah. 

Bukan mengikuti arus sehingga warna diri kita menjadi kabur. Kalau kita mendengar di media sosial, televisi, surat kabar dll banyak aparat pemerintah yang terlibat korupsi berjamaah, di perusahaan swasta juga sering kedapatan orang kepercayaan menghianati dengan melakukan korupsi.Prinsip hidup yang sudah mengakar dalam hidup kita maka tindakan ''ABS'' tidak akan terjadi sekalipun hal tersebut tidak gampang. 

Seolah olah atau sekonyong konyong kita manusia menjelma malaikat, atau istilah lain yang sering kita dengar manusia idealis, sok suci itu hal biasa dan sudah familiar label itu. 

Sikut menyikut antara teman kerja demi mendapat perhatian atasan atau mendapatkan sebuah jabatan sering juga terjadi. Tuhan tidak pernah tidur pasti melihat umatnya yang terzolimi jangan pernah ragu dengan prinsip benar kita dan memang itu lah idealnya. 

Orang benar selalu seolah olah melawan arus namun kenyataan karena saking banyak orang yang tidak benar tertutupilah yang benar tersebut. 

Paling tidak kita sudah membuat yang terbaik jika diluar dari ekspektasi ada orang yang menyikut keberadaan/posisi jabatan di tempat kerja berarti diluar kontrol kita. Namun paling tidak kita menjadi diri sendiri bukan bunglon dan bukan tipe manusa ''ABS''

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun