Karena mereka ingin mencoba hal baru dan memang merasa kurang nyaman dengan pewarna sintetis. Meskipun perlu usaha yang lebih keras agar warna yang diperoleh bagus, namun seiring dengan itu harga kain batik tulis dengan pewarna alam juga lebih tinggi. Apalagi  ada pasar khusus yang memang lebih menyukai batik dengan pewarna alami ini.Â
Di era sekarang pewarnaan batik dengan pewarna alami ini lebih giat digalakkan karena lebih ramah lingkungan. Pewarna alami ini bisa disesuaikan dengan potensi tanaman yang ada di sekitar lokasi perajin batik.Â
Tanaman untuk pewarna alami kain batik adalah : kulit buah manggis, daun jambu biji, tanaman soga yang terdiri dari kulit kayu dari pohon soga, daun Indigo yang menghasilkan warna biru, kunyit dan biji kesumba.Â
Tanaman soga pun ada tiga macam yaitu Soga Tegeran yang menhasilkan warna kuning, Soga Tingi dan Soga Jambal yang dikenal sebagai Yellow Flamboyant (www.obatrindu.com, 2018). Pilihan jenis pewarna alam yang akan dipakai oleh perajin batik disesuaikan mudah tidaknya mendapatkan bahan bakunya, dan dilihat apa saja jenis tanaman sekitar yang sekiranya dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alam untuk batik tulis.
Program Kemitraan Masyarakat diarahkan pada peningkatan produksi batik tulis dengan bantuan alat-alat yang menunjang proses produksi  diharapkan akan meningkatkan jumlah kain batik yang dihasilkan oleh kelompok perajin batik.Â
Diharapkan dengan bantuan alat yang menunjang proses produksi batik tulis khas Lampung tersebut akan meningkatkan jumlah lembaran kain batik yang dihasilkan oleh perajin batik. Dengan demikian akan ada tambahan keuntungan yang diperoleh baik kelompok perajin batik di mitra 1 Biqa Batik maupun mitra 2 As Syafa Batik. Alat-alat yang mereka perlukan adalah sebagai berikut :
Kompor listrik untuk membatik, kompor gas besar untuk merebus, panci besar untuk ngelorot, panci besar untuk merebus pewarna alam, wadah atau bak untuk merendam, wadah atau bak untuk mewarnai dengan pewarna alam, ember besar untuk wadah batik yang sudah diwarnai dengan pewarna alam, ember besar untuk wadah batik yang sudah dilorot dan akan dijemur serta gawangan untuk meletakkan kain.
Sedangkan bahan-bahan yang mereka perlukan adalah bahan kain katun primisima gulungan dan bahan-bahan untuk pewarna alam misalnya kayu tingi, jolawe, secang, tegeran dll, serta tas yang sudah diberi label batik mereka dan plastik untuk packing produk.
Dengan bantuan alat tersebut diharapkan para perajin batik tersebut dapat meningkat produksinya dan dapat mengembangkan produk alternatif batik dengan pewarna alam untuk dipasarkan secara lebih luas.Â
Pemasaran bisa secara off line maupun on line. Sehingga diharapkan keuntungan akan meningkat dan tingkat perekonomian para perajin batik tersebut juga meningkat
(Oleh: Tim Pelaksana Program Kemitraan Masyarakat (PKM), Unila, Herti Utami, Yuli Darni, dan Novri Tanti 2019)