Di Bandar Lampung, khususnya di Kecamatan Kemiling di daerah Beringin Raya telah berdiri dua sentra perajin batik yaitu Siger Roemah Batik dan Griya Batik Gabovira. Dulu batik yang identik dengan budaya Jawa dan sepertinya sulit dikembangkan di daerah lain. Siger Roemah batik dikelola oleh Ibu Laila Al Khusna. Galeri dan workshopnya ini berada  di jalan Cik Di Tiro Gang Bayam, Kemiling.Â
Di sini kita bisa melihat proses pembuatan batik tulis khas Lampung yang diproduksi oleh Siger Batik. Batik tulis yang diproduksi si sini adalah batik tulis dengan motif dan ornament khas Lampung sebagai penghias, antara lain, siger, gajah dan kapal serta aneka sulur-sulurannya adalah tiga motif yang biasa menghiasi batik Lampung. Ketiga motif tersebut merupakan symbol yang sarat akan nilai adat dan budaya masyarakat Lampung.Â
Ibu Laila Al Khusna ini sudah meluluskan lebih dari 200 orang dari lembaga pelatihan batiknya. (lampung.tribunnews.com, 2018). Dari sini muncul bibit-bibit perajin batik yang tersebar di Propinsi Lampung, antara lain di Kabupaten Tulang Bawang. Selain itu juga tersebar para perajin batik di sekitar daerah Kemiling tersebut yang beberapa membentuk kelompok perajin batik.
Griya Batik Gabovira berdiri atas ide kreatif dari Gatot Kartiko mendirikan produksi rumah batik Gabovira. (www.jejamo.com, 2018). Dengan mempelajari budaya Lampung secara otodidak maka timbullah ide untuk menuangkan ornament khas Lampung seperti tapis dan siger menjadi motif batik khas Lampung. Dari motif ini kemudian banyak motif berkembang tentunya masih melekat ciri kekhasan budaya Lampung.
Tim pengabdian mendapati bahwa di daerah Pinang Jaya, kecamatan Kemiling beberapa kelompok perajin batik tulis sudah terbentuk dalam rangka mengembangkan dan melestarikan kekhasan batik Lampung tersebut.Â
Diantara kelompok perajin batik tersebut adalah kelompok Biqa Batik yang diketuai oleh Lena Agusrini dan kelompok perajin As Syafa Batik yang diketuai oleh Sulastri Oktavia.
Pada pewarnaan batik tulis, selama  ini para perajin tersebut masih menggunakan pewarna sintetis. Dalam hal warna memang hasilnya lebih bagus karena hasil yang diperoleh adalah warna-warna yang lebih cerah. Namun disisi lain dengan pewarna sintetis ini menghasilkan limbah yang cukup mengganggu lingkungan.Â
Oleh karena itu para perajin sangat berkeinginan untuk memiliki kemampuan dalam hal pewarnaan batik dengan pewarna alam atau sering disebut dengan Zat Warna Alam (ZWA). Â