Ketika berada di kota Ho Chi Minh kami sempat mengikuti paket tour dengan berkunjung ke Cao Dai Temple. Dengan bus kami menuju ke Tay Ninh, berjarak sekitar 100 Km dari kota Ho Chi Minh. Dari kota Ho Chi Minh ditempuh selama kurang lebih dua jam, untuk sampai ke tujuan.
Di tengah perjalanan, bus berhenti mampir sebentar ke tempat pembuatan kerajinan gerabah dan lacquer wood. Gerabah dengan bentuk aneka rupa, mangkok bulat kecil, nampan, piring atau vas. Dihiasi dengan cat atau hiasan dari kulit cangkang telur. Pengerjaannya sangat halus dan detil, dengan cat warna yang cerah. Sedangkan lukisan khas Vietnam atau lacquer wood tersebut juga yang dihiasi dengan kulit cangkang telur. Tema lukisan tersebut kebanyakan tentang alam yang menggambarkan sungai Mekong, selain itu juga bambu, nagaatau siluet gadis Vietnam yang memakai caping. Setelah singgah kurang lebih setengah jam, kami melanjutkan perjalanan dan bus menuju Cao Dai Temple.
Menurut keterangan yang saya dapatkan, Cao Dai adalah agama yang dibentuk di Tay Ninh, Vietnam pada tahun 1926. Tay Ninh ini berjarak sekitar 100 Km dari kota Ho Chi Minh. Sesampainya di tempat tersebut, terdapat bangunan yang cukup besar, dengan halaman yang cukup luas.
Bangunan ini bentuknya seperti kelenteng Cina, dengan warna krem dan pink yang mendominasi. Ada dua buah menara berbentuk segiempat ada di bagian depan bangunan. Sebelum masuk, para turis dipersilahkan melepas alas kaki tetapi tetap boleh berkaos kaki. Di dalam bangunan boleh mengambil foto aktifitas di dalam ruangan, tetapi turis tidak diperbolehkanuntuk mengambil foto diri. Jadi tidak boleh narsis di dalam bangunan itu. Di dalam bangunan interiornya mirip kelenteng dengan banyak hiasan naga.
Cao Dai artinya adalah‘tempat tertinggi’ atau High Tower yaitu di tempat tertinggi dimana Tuhan berada. Oleh karena itu digambarkan dengan adanya 9 anak tangga di dalam kuil Cao Dai.Menurut data, penduduk Ho Chi Minh dapat dibagi menurut agamanya adalah : sekitar 50%beragama Buddha untuk semua aliran, 12% beragama Katolik, 2% Protestan, 2% beragama lain-lain (Cao Dai, Hoa Hao, Islam dan Hindu), dan sisanya sekitar 34% tidak beragama atau agamanya tidak diketahui. Nah, yang beragama Cao Dai memang hanya sedikit,yaitu berjumlah sekitar 2-3 juta orang di Vietnam dan berbagai negara lain.
Para pengikut Cao Dai ini, mempercayai bahwa agama mereka beserta pengajaran, simbolisme, dan organisasinya ditunjukkan langsung oleh Tuhan. Agama ini bersifat sinkretis yaitu menyatukan agama-agama di dunia hanya menjadi satu agama saja, Mereka meyakini pengajaran Buddhisme, Taoisme, Konfusianisme, Kristen, Islam dan Sikh. Jadi kepercayaan mereka merupakan gabungan dari beberapa agama. Sebenarnya agama ini pernah dilarang pada tahun 1975, ketika komunis berkuasa, namun diperbolehkan lagi sejak 1985.
Kunjungan ke tempat ini sepertinya waktunya disesuaikan saatnya ketika umat Cao Dai ini sedang beribadah, jadi para turis bisa melihat keunikannya. Sepertinya cara beribadah dan agama yang unik ini sengaja dijadikan komoditi wisata. Mereka berpakaian semacam jubah berwarna putih. Sedangkan pemimpin agamanya, yang jubahnya berwarna kuning mewakili agama Buddha, merah agama Katolik, Kristen dan Kong Hu Cu, dan biru mewakili Taoisme.
Cara beribadah dengan menggenggam tangan seperti berdoa-nya umat Katolik, tetapi kemudian bersujud, seperti sujudnya umat Islam ketika shalat. Mereka beribadah sehari sebanyak 4 kali, yaitu jam 6 pagi, jam 12 siang, jam 6 sore dan jam 12 tengah malam. Oleh karena itu kunjungan turis, biasanya sekitar jam 12 siang, agar bisa melihat saat dimana umat Cao Dai sedang berdo’a. Di bagian belakang, ada anak-anak muda, nenek atau kakek. Juga ada group pemusik yang mengiringi ketika sedang berdo’a, dengan alat-alat musik tradisional khas Vietnam. Iringan musik yang agak pelan dan mendayu.
Setelah melihat-lihat bagian atas bangunan kuil, kami segera turun dan keluar, lalu dengan bus rombongan tour melanjutkan perjalanan. Saya hanya sekedar mengingat singgah ke kuil ini adalah suatu pengalaman yang unik, ternyata ada juga agama yang dibentuk berdasarkan bermacam-macam agama yang ada. Dan keunikan ini ternyata dijual untuk obyek pariwisata. Apakah umat tersebut tidak merasa terganggu? Karena setiap hari ketika tengah hari selalu ada rombongan turis yang melihat mereka beribadah. Hmm, entahlah.
Salam jalan-jalan.
****
Sumber informasi : http://id.wikipedia.org/wiki/Cao_Dai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H