Pagi itu dengan bersemangat kami berangkat dari hotel, naik BTS berhenti di Saphan Taksin Station, dan naik kapal menyusuri Chao Phraya River. Tujuan kami adalah mengunjungi Wat Arun, yang merupakan salah satu candi yang terkenal di kota Bangkok. Letak Wat Arun adalah di seberang sungai Chao Phraya. Kami turun di dermaga Tha Tien dan menunggu kapal yang menyeberangi sungai, ongkos menyeberang cukup hanya sekitar 3 baht saja. Wat Arun dalam bahasa Thai artinya candi Fajar. Nama lainnya adalah Wat Arun Rajwawaram atau Temple of Dawn. Letaknya di distrik Bangkok Yai di kota Bangkok, yaitu di bagian barat, hulu sungai Chao Phraya.
[caption id="attachment_208220" align="aligncenter" width="543" caption="Wat Arun jika dilihat dari sungai Chao Phraya (dok. Pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_208221" align="aligncenter" width="576" caption="Dermaga Tha Tien tempat kami menunggu kapal untuk menyeberang (dok. Pribadi)"]
Sebenarnya komplek Wat Arun ini tidak begitu besar, namun sangat menarik.Di tepian sungai Wat Arun, sebelum masuk ke lokasi candi, kita bisa melihat ada sekumpulan ikan-ikan yang berebut jika kita melemparkan makanan. Entahlah, apa ikan-ikan itu sengaja dipelihara, tapi sepertinya tidak, kan berada di sungai, bukan di kolam. Heran juga, kok tidak ada yang mengambilnya, padahal ikannya banyak dan besar-besar.
[caption id="attachment_208222" align="aligncenter" width="300" caption="Makanan ikan dijual 10 baht satu kantong (dok.Pribadi)"]
[caption id="attachment_208223" align="aligncenter" width="300" caption="Dari tepi sungai ini kita bisa melempar makanan untuk ikan (dok. Pribadi)"]
Kalo terus berjalan kita bisa melihat ada gambar seperti orang berkostum, dengan bagian kepala berlubang. Jika kita bergaya memasukkan kepala ke bagian yang berlubang tersebut, otomatis ditarik uang sewa oleh penjaganya. Selain itu, penjaga tersebut juga menyewakan kostum pakaian yang ada hiasan di bagian kepalanya, yaitu pakaian tradisional khas Thailand. Warnanya bermacam-macam, bisa kita pilih sendiri dan bisa dipakai untuk berfoto. Orang tersebut juga mengajari bagaimana gaya posisi tangan ketika sedang diambil gambarnya. Waktu itu kami berempat karena itu dapat diskon deh, sewanya cukup hanya 100 baht saja per orang (padahal ketika ada turis Jepang menyewa, dikenai 200 baht). Ternyata di dekat loket masuk candi, ada penyewaan kostum yang lain lagi. Dengan model pakaian tradisional yang berbeda, yaitu pelengkap kostumnya memakai hiasan kuku-kuku panjang. Wah udah terlanjur nyewa yang sebelumnya, padahal sepertinya yang ini lebih unik.
[caption id="attachment_208224" align="aligncenter" width="300" caption="Hanya bergaya dengan memasukkan kepala saja, harus bayar loh (dok. Pribadi)"]
Saya jadi teringat dengan Candi Prambanan, Candi Ratu Boko dan Candi Borobudur. Ide tersebut boleh juga untuk ditiru. Bagaimana seandainya di sana, juga diadakan penyewaan kostum pakaian tradisional khas misal kostum penari Jawa, atau kostum Dewi Sinta dan Rama. Tentu fotonya akan lebih bagus, karena berlatar belakang pemandangan yang bagus. Mungkin banyak juga turis asing yang tertarik, tapi mungkin tidak untuk turis lokal. Ketika kami berkunjung ke Wat Arun, tentu saja kami sudah tahu informasi tentang penyewaan pakaian tradisional ini, dan tidak mau melewatkan kesempatan itu meskipun sebenarnya ada rasa malu juga.
[caption id="attachment_208226" align="aligncenter" width="300" caption="Wisatawan banyak yang dari Indonesia (dok. Pribadi)"]
Tiket masuk ke candi ini sekitar 50 baht.Candi ini sebenarnya kecil jika dibandingkan dengan Borobudur, dan termasuk baru karena dibuat pada awal abad 19. Area sekitarnya juga tidak terlalu luas. Gaya bangunan candi ini adalah gaya bangunan Khmer, dengan jenis bangunan Phra Prang. Pada bagian tengah adalah Prang terbesar, atau pusatnya yang melambangkan gunung Meru, atau dianggap sebagai pusat alam semesta. Di sekeliling Prang utama ada 4 Prang kecil.
[caption id="attachment_208227" align="aligncenter" width="492" caption="Wat Arun dari samping (dok. Pribadi)"]
Di bagian dasar candi disebut dengan Tan Phai Tee, yaitu dari tumpukan batu. Dan pada tingkat ke dua disebut dengan Taksin. Pada tingkat ini, banyak hiasan keramik berbentuk bunga, pohon dan daun yang merupakan sebagai simbol hutan di kaki gunung Meru. Pada Cheung Bart atau bagian paling atas pada tiap tingkatan, terdapat relief gambar kera, raksasa dan dewa-dewamenurut agama Hindu.
[caption id="attachment_208230" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar patung relief raksasa pada Cheung Bart (dok Pribadi)"]
Dekorasi Wat Arun ini kalau diperhatikan, dominan terbuat dari keramik dan porselen, mungkin ini yang membuat semakin cantik karena bisa memantulkan cahaya. Selain candi utama, juga ada candi-candi kecil yang mengelilingi candi utama, disebut dengan Phrang Thit. Yang menarik adalah di bagian bangunan utama atau Phra Prang, candi tersebut tinggi menjulang (sekitar 80 meter) dan tangganya begitu curam dan sempit mungkin kemiringannya hingga 70 derajat, sehingga harus hati-hati ketika menaikinya. Dari setiap sisi bisa dilihat patung dewa yang sedang mengendarai gajah atau yang disebut dengan Erawan. Pada bagian atas terpasang trisula, yang dianggap perwujudan trisula Dewa Syiwa. Setelah sampai di atas, hasilnya adalah kita bisa melihat pemandangan kota Bangkok dan sungai Chao Phraya dengan kapalnya yang lalu lalang dari ketinggian. Hmmm…..suatu pemandangan yang menarik.
[caption id="attachment_208234" align="aligncenter" width="492" caption="Salah satu Phrang Thit atau candi kecilnya (dok Pribadi)"]
[caption id="attachment_208237" align="aligncenter" width="492" caption="Phra Prang dan tangganya yang curam (dok. Pribadi)"]
[caption id="attachment_208238" align="aligncenter" width="506" caption="Beberapa tingkatan candi dan warna hijau adalah dominan dari warna porselen (dok. Pribadi)"]