Mohon tunggu...
Herti Utami
Herti Utami Mohon Tunggu... Dosen - Hasbunallah wa nikmal wakil

Seorang istri | ibu dari 4 orang anak | suka membaca dan jalan-jalan | lecturer, researcher, chemical engineer | alumni UGM | hertie19@hotmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Indahnya Kawasan Kota Tua di Brussel, Belgia

18 September 2012   03:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:19 7002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar jam 4 sore kami tiba di perhentian bus Eurolines di Brussel, kemudian naik kereta ke stasiun Brussel Midi atau Brussel Zuid. Setelah menyimpan kopor di automatic locker, dengan memasukkan koin beberapa euro dan menyimpan tiketnya untuk membuka lokernya nanti, akhirnya tiba saatnya bagi kami untuk menyusuri kota dalam waktu singkat. Yah, waktu kami hanya sedikit, karena jam 10 malam harus naik kereta Thalys yang akan membawa kami ke Paris. Tujuan kami ke Brussel, adalah ingin ke Grand Place, yang berada di kawasan kota tua. Ada yang menyebutkan bahwa Grand Place merupakan one of the most beautiful town squares in Europe, sehingga masuk dalam daftar tempat impian yang ingin saya datangi.

[caption id="attachment_206327" align="aligncenter" width="656" caption="Grand Place, di Brussel (dok. Pribadi)"][/caption] Salah satu teman yang ikut, sebelumnya sudah pernah ke Brussel. Tapi rupanya ia lupa jalan menuju tempat tersebut. Sekitar setengah jam lebih waktu kami terbuang, hanya muter-muter saja, belum menemukan jalan yang tepat untuk menuju ke sana. Kami sesekali melihat peta dan menyusurijalanan di Brussel, dengan berjalan kaki sambil menikmati suasana kota. [caption id="attachment_206329" align="aligncenter" width="300" caption="Penanda di depan pintu keluar stasiun Brussel Midi, tinggal jalan lurus saja dari sini sampailah ke kawasan kota tua (dok. Pribadi)"]

13479381271184210652
13479381271184210652
[/caption]

Sore hari yang cerah, di musim panas bulan Juli tahun lalu. Kami berjalan di sepanjang trotoar jalanan kota Brussel. Tidak sengaja mata saya melihat suatu nama hotel kecil yang begitu menarik perhatian yaitu Orient Express. Aaah, ingatan langsung melayang ke novel Agatha Christie yang pertamakali saya beli waktu jaman SMP dulu. Judulnya yaitu : Pembunuhan di Kereta Api Orient Express”. Jadi ingat dengan sosok detektifBelgia Hercule Poirotdan Orient Express, kereta jaman dulu yang merupakan alat transportasi darat di Eropa, dengan tujuan akhirnya di Istanbul. Ternyata ada juga yang mengabadikan nama itu untuk hotel dan kafe kecil di jalanan Brussel.

[caption id="attachment_206330" align="aligncenter" width="300" caption="Hotel dan kafe Orient Express (dok. Pribadi)"]

13479381891572032178
13479381891572032178
[/caption]

Lalu perjalanan kami lanjutkan. Ada beberapa kios yang menjual buah-buahan. Wow, begitu menggiurkan. Harganyapun murah, hanya beberapa sen euro, lebih mahal jika dibandingkan kalau membeli minuman air putih kemasan yang harganya 2euro per botol kecil. Buahnya segar dan ukurannya tidak biasa, terutama untuk buah semangka begitu sangat sangat besar. Saya sungguh menyesal karena tidak mengambil gambarnya.Kami kemudian kembali meneruskan perjalanan.

[caption id="attachment_206331" align="aligncenter" width="300" caption="Lihatlah, patung mannekin pis yang mungil itu di pojokan itu, dikelilingi turis dari berbagai negara (dok. Pribadi)"]

13479382331770176425
13479382331770176425
[/caption]

Akhirnya tibalah kami di suatu sudut jalan antara Rue de L’Etuve (Stoofstraat) dan Rue de Chene (Eikstraat), tempat dimana patung legendaris mannekin pis berada . Awal keberadaan patung ini sebenarnya lumayan sudah tua, yaitu sekitar awal abad 17 atau sekitar tahun 1618.Patung anak kecil yang maaf sedang pipis ini juga merupakan icon wisata kota Brussel. Cerita tentang anak kecil ini, ada beberapa versi. Salah satu versinya adalah menceritakan anak kecil yang bernama Juliaanske dengan gagah berani mengencingi bom yang akan meledak di kota itu, sehingga akhirnya dibuat patung perunggu anak kecil sedang pipis. Mungkin sebagian orang berpikir, apa sih yang bisa dilihat di sini, masak cuma melihat patung kecil begitu saja. Tapi justru itu yang membuat penasaran dan sepertinya kurang afdol jika ke Brussel tidak melihat patung ini.

[caption id="attachment_206332" align="aligncenter" width="300" caption="Mannekin Pis, icon wisata kota Brussel (dok. Pribadi)"]

1347938270598036576
1347938270598036576
[/caption] Suasana cukup ramai, banyak turis di jalan yang sempit itu (bisa dilihat di foto, betapa kecilnya patung itu, yang letaknya nyempil di sudut jalan). Sehingga untuk berfoto di depan patung itupun harus bergantian. Sayang saat itu saya kurang beruntung karena patung kecil tersebut sedang tidak berkostum atau berpakaian. Tentang hal mannekin pis yang berkostum juga sudah pernah dituliskan oleh penulis lain di sini. Yah ternyata hal sederhana mampu menyedot turis dari berbagai negara untuk berdatangan mampir ke tempat tersebut.

Tiba-tiba tepat di seberang mannekin pis itu, ada pemusik jalanan, yang meniup saxophone-nya. Sebuah lagu jazzy berkumandang menambah meriah suasana. Lagunya sungguh cocok dengan suasana saat itu. Ini adalah salah satu pengalaman menarik, yang saya alami, dan terus terang saya sangat menyukainya (agak norak juga nih, ketika berfoto disamping orang tersebut).

[caption id="attachment_206333" align="aligncenter" width="300" caption="Tiupan saxophone yang memikat (dok. Pribadi)"]

1347938314351659996
1347938314351659996
[/caption]

Hari semakin petang, setelah perjalanan panjang, kamipun merasa lapar. Di seberang jalan samping mannekin pis, kita bisa membeli waffle Belgia yang perlu untuk dicicipi. Terlihat begitu menggugah selera dengan berbagai macam toping-nya. Dengan toping ice cream di campur coklat dan juga strawberry, hhmmmm lezaat, membuat perut terasa kenyang. Selain waffle, di area tersebut juga terdapat beberapa toko yang menjual coklat. Nama coklat Belgia salah satunya adalah Leonidas. Bagi yang muslim, katakan saja ke penjualnya untuk memilih yang non-alkohol ketika kita membelinya. Saya paling suka dengan coklat pralines, terdiri bermacam-macam isi dan coklat hitam dengan aroma jeruk (meskipun agak pahit rasanya). Jika anda punya lebih banyak waktu, soal berburu coklat ini juga sudah pernah dituliskan oleh penulis lain di sini, tentang coklat yang lebih unik rasanya.

Ah, memang coklat Belgia begitu terasa lezat. Sekarang ini kalau saya terbayang-bayang dengan coklat Belgia tersebut, cukup membeli coklat produksi lokal Indonesia, yaitu dari kota sendiri (Yogyakarta). Lumayanlah agak mendekati citarasa coklat Belgia, namanya adalah coklat Monggo. Pemilik dan pembuat coklat Monggo tersebut orang asli Belgia, namanya Eduard Triando Picasso. Produknya lumayan juga sih, yaitu dark coklat yang spesial, termasuk pralines juga ada, berisi rasa yang berbeda yaitu krim-kacang mete, coklat caramel dan coklat jahe. Jika ngiler membayangkan coklat Belgia yang asli, cukup digantikan dengan coklat dari kota sendiri sajalah. (Waduh ini bukan iklan lho ya, dari coklat Leonidas kok ngelantur ke coklat Monggo. Hanya ingin lebih menengok ke produk lokal dan berharap sebagai alternatif pilihan oleh-oleh dari Yogyakarta )

[caption id="attachment_206335" align="aligncenter" width="300" caption="Toko waflle dan coklat Belgia (dok. Pribadi)"]

13479384262082837727
13479384262082837727
[/caption]

[caption id="attachment_206334" align="aligncenter" width="300" caption="Pernak pernik mannekin pis (dok. Pribadi)"]

1347938362540676968
1347938362540676968
[/caption]

Setelah mencicip waffle, dan membeli oleh-oleh kami melanjutkan perjalanan, menyusuri Rue de L’Etuve menuju ke Grand Place, salah satu tempat impian yang ingin saya lihat. Jarak antara mannekin pis ke Grand Place, tidak jauh. Sepanjang jalan, tentu saja banyak toko-toko yang menjual makanan dan souvenir (kaos, tas, pajangan, topi, syal, dll). Salah satu toko yang menarik adalah toko tas yang berupa tapestry bag (harap maklum, kan perempuan pastinya tertarik dengan yang satu ini). Tas tersebut bagus-bagus, tapi tentu saja harganya juga bagus. Memang kalau oleh-oleh khas dari Belgia yang agak eksklusif salah satunya adalah tapestry (bahan karpet) ini, bisa berupa hiasan dinding atau tas cantik.

[caption id="attachment_206336" align="aligncenter" width="300" caption="Tapestry bag, salah satu oleh-oleh spesial dari Belgia buat wanita (dok. Pribadi)"]

13479384651458276561
13479384651458276561
[/caption] Sebelum masuk ke Grand Place, ada sebuah patung yang menempel ke dinding salah satu bangunan, lokasi tepatnya di Charles Buls street. Kalau saya perhatikan, setiap turis atau orang yang lewat, pasti mengusap wajah, tubuh sampai ke kaki, sambil mulutnya komat-kamit. Ternyata patung itu adalah patung pahlawan Brussel yang bernama Everard’t Serclaes, Patung itu merupakan sosok laki-laki yang sedang terluka. Everard terbunuh ketika memperjuangkan Brussel. Peristiwa ini terjadi pada sekitar abad ke 14. Dan patungnya dibuat oleh Julien Dillens pada abad 19. Konon katanya patung itu membawa keberuntungan bagi orang yang percaya dan mengusap patungnya. Pantas aja orang-orang tersebut seperti make a wish ketika sedang mengusap patung (untuk hal ini saya ngga ikutan ahhh, takut dosa).

[caption id="attachment_206338" align="aligncenter" width="300" caption="Patung Everardt Serclaes, selalu menerima usapan dari orang yang lewat (dok. Pribadi)"]

13479386191644019605
13479386191644019605
[/caption]

[caption id="attachment_206339" align="aligncenter" width="300" caption="Jalan masuk ke Grand Place, terlihat Guild Hall ditutupi penghalang (dok. Pribadi)"]

13479386631910174662
13479386631910174662
[/caption]

Tibalah kami di kawasan kota tua yang mulai berdiri sekitar abad 11, yaitu Grand Place atau Grote Markt, dalam bahasa Belanda. Town Square kota Brussel ini pada awalnya diperuntukkan sebagai pasar besar. Kini Grand Place merupakan tujuan wisata yang penting di Brussel. Jadi tidak heran, begitu banyak turis yang berada di sini, sambil mengagumi dan menikmati keindahan bangunan-bangunan tua. Memang ada kesan tersendiri ketika saya berada di sini. Suatu perasaan senang ketika melihat ke sekeliling tampak gedung-gedung kuno yang megah, dibangun sejak berabad-abad lampau. Grand Place ini sudah ditetapkan sebagai World Heritage Site oleh UNESCO. Seandainya saja saat itu tepat diselenggarakan hamparan karpet bunga yang tiap 2 tahun sekali, tentunya akan terlihat lebih indah lagi, pantaslah jika disebut sebagai salah satu alun-alun kota yang terindah di Eropa. Jika ingin melihat hamparan karpet bunga tersebut sudah pernah dituliskan oleh penulis lain dan bisa dilihat di sini.

[caption id="attachment_206340" align="aligncenter" width="492" caption="Bagian atas gedung Town Hall (dok Pribadi)"]

13479386971605402069
13479386971605402069
[/caption]

Jalan di alun-alun ini, seperti kawasan kota tua di Eropa pada umumnya, terbuat dari batu granit berbentuk persegi. Alun-alun ini dikelilingi oleh beberapa bangunan utama, yang gaya arsitekturnya khas gaya klasik Eropa yaitu gothic dan baroque. Bangunan yang megah, di sebelah kiri jalan masuk adalah balai kota atau Town Hall/City Hall atau Stadhuis dalam bahasa Belanda, dikenal juga sebagai Hotel de Ville (bahasa Perancis). Bangunan inimerupakan kantor walikota ataubalaikota Brussel. Bangunan dengan menara dan bergaya gothic ini selesai dibangun pada tahun 1444.

[caption id="attachment_206341" align="aligncenter" width="492" caption="Maison du Roi yang megah (dok Pribadi)"]

13479387821254897103
13479387821254897103
[/caption]

Di seberang Town Hall, ada bangunan yang disebut dengan Maison du Roi (bahasa Perancis). Ada yang menyebutnya dengan Wisma Raja atau King’s house. Bangunan ini bercorak neo-gotik. Disebut juga Broodhuis dalam bahasa Belanda atau Breadhouse karena awal mula bangunan ini adalah rumah kayu untuk berdagang roti pada awal abad 13. Kemudian pada abad ke 15 dibongkar menjadi bangunan megah dari batu. Bangunan megah ini dengan gaya baroque dengan ukiran yang detail di tiap pilar jendelanya. Dinamakan Wisma Raja karena memang pernah dijadikan tempat tinggal raja. Namun kini bangunan ini dijadikan museum.

[caption id="attachment_206344" align="aligncenter" width="656" caption="La Pigeon dan La Maison des Boulangers (dok Pribadi)"]

134793890013127331
134793890013127331
[/caption]

[caption id="attachment_206345" align="aligncenter" width="656" caption="Maison des Ducs de Brabant (dok Pribadi)"]

1347938970255454796
1347938970255454796
[/caption]

Gedung megah lainnya adalah La Pigeon dan La Maison des Boulangers yang dahulu merupakan tempat tinggal. Konon seorang penulis Perancis terkenal yang bernama Victor Hugo dulu pernah tinggal di La Pigeon. Namun kini tempat ini tidak lagi sebagai tempat tinggal, tetapi dipakai untuk restoran, kafe dan keperluan lainnya. Gedung megah lainnya adalah Maison des Ducs de Brabant yang dulunya adalah tempat tinggal juga, namun sama seperti bangunan lainnya bagian bawah salah satunya difungsikan menjadi restoran.

[caption id="attachment_206346" align="aligncenter" width="529" caption="Para penjual souvenir lukisan di Grand Place (dok Pribadi)"]

13479390321134561888
13479390321134561888
[/caption]

Selain bangunan-bangunan tersebut, bangunan megah lainnya adalah Guild Hall. Sayangnya saat itu mungkin sedang dalam perbaikan, karena bagian depannya ditutupi penghalang transparan.Dulu juga semacam tempat tinggal. Di dekat Grand Place juga ada galeri Saint Hubert yang dibuka pada tahun 1847 merupakan bangunan bergaya neoklasik. Di dalamnya merupakan deretan toko perhiasan, toko souvenir, dan juga kafe-kafe. Sebenarnya di sekitar Grand Place ini ada kuliner yang direkomendasikan oleh teman untuk dicoba. Menunya adalah kerang (moules) yang disajikan oleh restoran Ches Leon. Tapi kami sudah kenyang makan waffle, dan saya juga meragukan kehalalannya. Siapa tahu memasaknya menggunakan bahan-bahan yang tidak halal seperti sedikit wine misalnya. Yah soal makanan sebagai muslim memang harus hati-hati dan benar-benar diperhatikan.

1347939106634133670
1347939106634133670

Jamsetengah 9 malam kami kembali berjalan menuju ke stasiun Brussel Midi. Hari masih terang, dan perjalanan masih harus dilanjutkan. Sungguh pengalaman yang menyenangkan dan mengesankan, menikmati keindahan dan kemegahan bangunan masa lalu di Grand Place pada suatu petang yang cerah di musim panas. Suatu impian yang menjadi kenyataan. Ada kesan dalam hati, mengunjungi Brussel adalah seperti berada di dua bagian peradaban, yaitu peradaban modern dan peradaban kejayaan masa lalu. Lepas jam 10 malam, kereta Thalys atau kereta cepat membawa kami meneruskan perjalanan menuju ke Paris. Dalam perjalanan, saya berkhayal membayangkan seolah-olah naik kereta Orient Express, kereta masa lampau itu yang membawa kami melintasi daratan Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun