[caption id="attachment_206340" align="aligncenter" width="492" caption="Bagian atas gedung Town Hall (dok Pribadi)"]
Jalan di alun-alun ini, seperti kawasan kota tua di Eropa pada umumnya, terbuat dari batu granit berbentuk persegi. Alun-alun ini dikelilingi oleh beberapa bangunan utama, yang gaya arsitekturnya khas gaya klasik Eropa yaitu gothic dan baroque. Bangunan yang megah, di sebelah kiri jalan masuk adalah balai kota atau Town Hall/City Hall atau Stadhuis dalam bahasa Belanda, dikenal juga sebagai Hotel de Ville (bahasa Perancis). Bangunan inimerupakan kantor walikota ataubalaikota Brussel. Bangunan dengan menara dan bergaya gothic ini selesai dibangun pada tahun 1444.
[caption id="attachment_206341" align="aligncenter" width="492" caption="Maison du Roi yang megah (dok Pribadi)"]
Di seberang Town Hall, ada bangunan yang disebut dengan Maison du Roi (bahasa Perancis). Ada yang menyebutnya dengan Wisma Raja atau King’s house. Bangunan ini bercorak neo-gotik. Disebut juga Broodhuis dalam bahasa Belanda atau Breadhouse karena awal mula bangunan ini adalah rumah kayu untuk berdagang roti pada awal abad 13. Kemudian pada abad ke 15 dibongkar menjadi bangunan megah dari batu. Bangunan megah ini dengan gaya baroque dengan ukiran yang detail di tiap pilar jendelanya. Dinamakan Wisma Raja karena memang pernah dijadikan tempat tinggal raja. Namun kini bangunan ini dijadikan museum.
[caption id="attachment_206344" align="aligncenter" width="656" caption="La Pigeon dan La Maison des Boulangers (dok Pribadi)"]
[caption id="attachment_206345" align="aligncenter" width="656" caption="Maison des Ducs de Brabant (dok Pribadi)"]
Gedung megah lainnya adalah La Pigeon dan La Maison des Boulangers yang dahulu merupakan tempat tinggal. Konon seorang penulis Perancis terkenal yang bernama Victor Hugo dulu pernah tinggal di La Pigeon. Namun kini tempat ini tidak lagi sebagai tempat tinggal, tetapi dipakai untuk restoran, kafe dan keperluan lainnya. Gedung megah lainnya adalah Maison des Ducs de Brabant yang dulunya adalah tempat tinggal juga, namun sama seperti bangunan lainnya bagian bawah salah satunya difungsikan menjadi restoran.
[caption id="attachment_206346" align="aligncenter" width="529" caption="Para penjual souvenir lukisan di Grand Place (dok Pribadi)"]
Selain bangunan-bangunan tersebut, bangunan megah lainnya adalah Guild Hall. Sayangnya saat itu mungkin sedang dalam perbaikan, karena bagian depannya ditutupi penghalang transparan.Dulu juga semacam tempat tinggal. Di dekat Grand Place juga ada galeri Saint Hubert yang dibuka pada tahun 1847 merupakan bangunan bergaya neoklasik. Di dalamnya merupakan deretan toko perhiasan, toko souvenir, dan juga kafe-kafe. Sebenarnya di sekitar Grand Place ini ada kuliner yang direkomendasikan oleh teman untuk dicoba. Menunya adalah kerang (moules) yang disajikan oleh restoran Ches Leon. Tapi kami sudah kenyang makan waffle, dan saya juga meragukan kehalalannya. Siapa tahu memasaknya menggunakan bahan-bahan yang tidak halal seperti sedikit wine misalnya. Yah soal makanan sebagai muslim memang harus hati-hati dan benar-benar diperhatikan.
Jamsetengah 9 malam kami kembali berjalan menuju ke stasiun Brussel Midi. Hari masih terang, dan perjalanan masih harus dilanjutkan. Sungguh pengalaman yang menyenangkan dan mengesankan, menikmati keindahan dan kemegahan bangunan masa lalu di Grand Place pada suatu petang yang cerah di musim panas. Suatu impian yang menjadi kenyataan. Ada kesan dalam hati, mengunjungi Brussel adalah seperti berada di dua bagian peradaban, yaitu peradaban modern dan peradaban kejayaan masa lalu. Lepas jam 10 malam, kereta Thalys atau kereta cepat membawa kami meneruskan perjalanan menuju ke Paris. Dalam perjalanan, saya berkhayal membayangkan seolah-olah naik kereta Orient Express, kereta masa lampau itu yang membawa kami melintasi daratan Eropa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H