Mohon tunggu...
Ita Hertati
Ita Hertati Mohon Tunggu... Guru - Penulis tanpa ikatan, sudah melahirkan dua buah Novel, beberapa buku antologi, buku pelajaran, cerpen yang dimuat dibeberapa situs, dan terkadang iseng menulis opini di surat pembaca

Senang menulis sesuatu yang random

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Menjadi Orang Tua yang Dirindukan: Kunci Mengikat Hati Anak dengan Konektivitas dan Kasih Sayang (Part 1)

17 September 2024   20:43 Diperbarui: 17 September 2024   20:49 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Parents merasakan rindu yang begitu mendalam pada orang tua?

Siapa yang paling berjasa dalam membentuk diri kita menjadi seperti sekarang ini?

Kasih sayang orang tua adalah anugerah terbesar dalam hidup.

Namun, tidak semua anak merasakan hal yang sama. Ada kalanya, hubungan yang kurang harmonis, trauma masa lalu, atau bahkan tindakan orang tua yang menyakiti, membuat perasaan rindu sulit untuk tumbuh. Ini adalah kenyataan pahit yang yang harus dihadapi orangtua. Setiap individu memiliki pengalaman yang unik dengan orang tuanya, dan tidak semua kisah berakhir dengan indah.

Karena apa "Orang tua yang dirindukan bukanlah sekadar sosok yang memberikan materi, namun lebih dari itu, orang tua adalah guru terbaik dalam kehidupan. Melalui kasih sayang dan perhatiannya, orang tua membentuk karakter anak-anaknya menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, dan berakhlak mulia. Rindu pada orang tua adalah bentuk penghargaan atas segala jerih payah dan pengorbanan yang telah orang tua lakukan."

Lalu, pernahkah Parents membayangkan bagaimana perasaan anak Anda saat mengingat masa kecilnya bersama Anda? Apa yang ingin Parents tanamkan dalam ingatan mereka?"

Dan, apa yang bisa kita lakukan hari ini agar  menjadi orang tua yang dirindukan?

Misi pertama kita ketika ingin menjadi orangtua yang dirindukan adalah mengikat hati anak. Bagaimana cara mengikat hati anak, ada dua peran keluarga disini yaitu, ayah dan ibu

Ayah harus menjadi pagar bagi anak ketika ia berada di luar, maknanya apa, Anak selalu mengingat pesan ayahnya ketika ia melakukan sesuatu yang tidak baik, salah satu contohnya  kisah nabi Yusuf yang digoda oleh seorang wanita cantik, istri dari seorang menteri. Wanita tersebut sengaja berhias dan merayu nabi Yusuf. Nabi Yusuf yang merupakan seorang laki-laki tetap memiliki syahwat, nabi Yusuf hampir tergoda oleh rayuan wanita  tersebut, sampai Allah memalingkan nabi yusuf dari kekejian. Kisah ini di abadikan dalam surat Yusuf. Ada beberapa ulama yang menafsirkan bahwa, ketika Allah memalingkan Nabi Yusuf dari keburukan, maka Allah tampakkan wajah nabi Ya'qub yaitu ayahnya yang seolah-olah tidak suka, hingga nabi Yusuf pun tersadar, dan teringat nasehat ayahnya.

Parents yang dirahmati Allah, Sosok ayah sangat penting bagi seorang anak. Itulah mengapa di dalam Al-Qur'an dialog antara ayah dan anak  ibu lebih banyak dialog ayah dengan anak,  14 dialog untuk ayah dan anak, dan hanya 2 dialog untuk ibu dan anak.  Hal ini bukan berarti peran ibu tidak penting dalam pendidikan anak, tentu saja sangat penting akan tetapi Allah mengingatkan seorang ayah, peran ayah bukan hanya mencari nafkah akan tetapi komunikasi dengan anak merupakan hal yang harus diperhatikan.  Kita sadari saat ini pun banyak para ayah yang lupa dengan perannya, menganggap pengasuhan atau pendidikan anak merupakan tugas seorang ibu, dan ayah hanya mencari nafkah. 

Dalam hadits disampaikan   bahwa calon ayah harus menikahi wanita yang walud, atau penyayang, kenapa demikian? Karena  ibu, yang memiliki sifat  penyayang dan penuh kasih, menjadi magnet yang menarik anak untuk selalu pulang ketika jauh dari rumah. Ibu penyayang akan memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anak, anak akan mengingat bagaimana ibunya membelainya ketika tidur, menjadi tempat berkeluh kesah, bahkan tak jarang anak rindu dengan masakan ibu yang penuh cinta.

iStock
iStock

Kenapa kita harus memiliki konektivitas dengan anak?

Parents, saat ini bukan hanya Pelakor dan Pebinor yang mengintai keluarga, tetapi Penakor juga sedang mengintai. Apa  maksudnya Penakor disini, Penakor disini adalah perebut anak orang. Mungkin terdengar aneh, tetapi ini nyata. Dimana anak-anak  diintai oleh  predator-predator jahat di luaran sana, baik bandar narkoba, predator seksual dan yang lainnya. Predator anak sering memanipulasi korban,  agar menciptakan ketergantungan dan keintiman. Biasanya mereka akan sangat perhatian kepada korban, dan menghujani korban dengan hadiah dan pujian. Tentu saja para korban yang tidak pernah atau sedikit mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya, Hal ini merupakan kebutuhan yang dicari , sehingga manipulasi yang dilakukan predator anak menimbulkan perasaan  bahwa pelaku memiliki ikatan khusus dengan mereka. 

Ternyata pada beberapa kasus, banyak predator anak yang sengaja belajar ilmu parenting sampai keluar negeri hanya untuk mencari cara agar korban, dengan suka rela mengikuti yang diperintahkan oleh penakor. Subhanallah, semoga Allah selalu melindungi putra putri kita.

Oleh karena itu, Parents Jadikan anak Anda nyaman, ketika anak  bersama anda, sehingga ketika anak  besar dia akan selalu rindu dengan rumah, bukan mencari kasih sayang yang hilang di luar rumah 

Kenapa kita harus memiliki konektivitas dengan anak?

Pentingnya membangun hubungan yang kuat (konektivitas) terlebih dahulu dengan pasangan dan anak sebelum memberikan teguran. Intinya, hubungan yang harmonis adalah fondasi yang kokoh untuk mendidik anak dan menyelesaikan masalah dalam keluarga, karena: 

  1. Anak akan lebih responsif: Ketika anak merasa dekat dan dipercaya, mereka cenderung lebih terbuka untuk menerima masukan dan koreksi dari orang tua.

  2. Komunikasi Lebih Efektif: Hubungan yang baik memungkinkan komunikasi dua arah yang lancar. Anak akan merasa didengarkan dan lebih mudah memahami alasan di balik koreksi yang diberikan.

  3. Pengaruh Positif: Orang tua yang memiliki hubungan baik dengan anak akan menjadi panutan yang lebih baik. Anak akan cenderung meniru perilaku positif orang tua.

  4. Mencegah Konflik: Dengan membangun hubungan yang kuat, konflik dalam keluarga dapat dihindari atau diselesaikan dengan lebih mudah.

Warisan  bukanlah hanya tentang harta benda, tetapi tentang hati  dan pikiran yang telah kita sentuh. Dengan mewariskan waktu, cinta, dan perhatian pada anak-anak kita, kita menciptakan fondasi kepercayaan dan rasa hormat yang akan bertahan seumur hidup. Mari kita berjuang untuk menjadi orang tua yang akan diingat oleh anak-anak kita dengan rasa syukur dan kasih sayang, bahkan setelah kita tiada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun