Mohon tunggu...
Herson Yusuf
Herson Yusuf Mohon Tunggu... -

Anak rantauan dari seberang pulau, yang selalu mencari dan memperbaiki arti hidup dengan pemahaman wawasan atas ridhaNya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapakah Kita (Manusia) untuk Mati ?

9 Oktober 2009   07:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:37 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualikum, Wr.Wb

Bismillahi …

Saudaraku, Musibah gempa, tanah longsor, banjir bandang, kecelakaan lalu lintas yang terjadi akhir-akhir ini yang banyak menyita perhatian kita adalah serangkaian penyebab kematian yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Tidak pernah berfikir sedikitpun bahwa kematian itu akan datang kapan dan dimana.

Setiap hari kita (terutama yang masih muda) seolah-olah merasa yakin bahwa kita akan masih tetap hidup dalam waktu yang lama (sampai tua) dan yakin akan melihat matahari esok harinya, padahal tidak ada jaminan untuk itu dan tidak ada seorangpun manusia bahkan bangsa jin sekalipun mengatahui kapan dan dimana kematian (maut) akan menjemputnya. Apabila ketetapan itu (maut) telah datang menjemput maka tidak akan ada bisa yang menunda, mempercepat dan menghalangi walau sedetik pun.

Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan “ (QS. Munafiquun :11)

Saudaraku, kematian itu adalah suatu yang pasti terjadi pada kita. Sehebat apapun manusia, sepintar apapun manusia, sekaya apapun manusia, sekuat apapun manusia dimuka bumi ini tidak bisa luput dari kematian.

“ Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan “ (QS. Al-ankabuut :57)

Namun apabila seseorang belum ada ketetapan baginya (maut), maka tidak ada seorangpun bahkan bangsa jin sekalipun tidak bisa mengantarnya kepada kematian. Meskipun seseorang telah mengalami kecelakaan, tertimbun tanah longsor, atau hal-hal yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang dapat mengantarkannya kepada kematian, kalau belum ada izin dari Allah SWT sebagai penciptanya kematian tidak akan terjadi.

Setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya … (QS. AL-Imron :145)

Saudaraku, apabila kematian (maut) telah menjemput dan telah tampak di depan mata kita, saat itulah kita baru menyadari atas semua apa yang kita lakukan di dunia ini, sampai- sampai kita merasakan bahwa hidup di dunia ini rasanya sebentar sekali. Bagi orang yang masih tergenang dalam lumpur kemaksiatan dan bergelimang dosa tentu akan merasa ketakutan dan penyesalan yang panjang tampak pada raut wajahnya. Sedangkan bagi orang yang beriman dan telah bertobat sebelum itu akan tampak tenang dan tentram serta merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan selama di dunia.

Apabila nyawa telah sampai di tenggorokan, saat itulah pandangan terhadap dunia dan penghuninya mulai sirna dan pintu tobat pun telah ditutup. Tidak berguna lagi harta yang berlimpah, jabatan, orang tua kaya, sobat yang setia, pacar yang kaya, istri yang cantik, suami yang gagah, dan sanak saudara yang hebat… semuanya tidak ada yang mampu menolong kita, mereka akan meninggalkan dan membiarkan kita sendirian di dalam kubur. Dan kita akan benar-benar sendirian menghadapinya…bayangkanlah.

Saudaraku, perbedaan orang yang ingat mati dengan yang tidak ingat mati akan tampakpada cara dan gaya hidupnya di dunia. Orang yang ingat mati akan selalu berhati-hati setiap akan melangkah, berusaha selalu meningkatkan keimanannya serta melakukan koreksi-koreksi atas amal perbuatannya. Apabila melakukan dosa maka dia segera sadar dan merasa takut seolah-olah ada sebuah gunung besar akan segera menimpanya, lalu dia bertobat dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Berbeda dengan orang yang tidak ingat mati, selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengejar keduniaan semata, hidup berfoya-foya, berpesta ria, dugem, dan menganggap ringan dosa dan kemaksiatan. Padahal ketahuilah apabila seseorang telah terbiasa melakukan dosa tanpa ada penyesalan bahkan dia menikmatinya, maka akan sulit baginya untuk menemukan cahaya kebenaran dan sudah tidak bisa lagi menerima nasehat yang benar dari orang lain, .. hatinya menjadi hitam, berkarat dan terkunci, … sungguh mengerikan.

“ (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila kematian datang kepada seseorang dari mereka, dia berkata : “ ya tuhanku kembalikan aku (ke dunia) agar aku dapat berbuat kebajikan yang pernah aku tinggalkan “ Sekali-kali tidak !! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai pada hari mereka dibangkitkan. (QS. Al-Mu’minuun : 99-100)

Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari dosa dan kesalahan, namun apabila kita mau melakukan perbaikan dengan menyesali dan memohon ampun serta ingin kembali kepada jalan Allah SWT, pastilah akan diberikan kemudahan untuk menuju ampunan dan kasih sayangNya. Allah Maha Mengetahui isi hati setiap hamba-hambanya.

“kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan {211}. Karena sesungguhnya Allah maha pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. AL-Imran :89)

Saudaraku, mumpung kita masih diberi kesempatan hidup, masih muda, masih sehat, masih berakal, masih lapang waktu, masih kaya, mari dimulai dari diri kita, manfaatkan untuk lebih mendekatiNya dan memohon ampun kepadaNya serta menyesali dosa-dosa kita dengan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita, melakukan amal ma’ruf nahi munkar, memperbaiki diri dari sifat tercela, agar tidak ada timbul penyesalan dihari dimana sudah ada lagi penolong kecuali diri kita sendiri.

Yakinlah, sebesar apapun dosa yang kita lakukan hingga besarnya dapat melebihi satu, dua, bahkan seribu gunung … kalau kita bertobat dengan taubatan nasuha (sebenar-benar tobat) dan semata-mata memohon ampunanNya insya Allah, Allah akan mengampuni dan memberikan rahmatNya, karena Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sungguh Allah akan menunjukan kasih sayang kepada hambanya melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.

“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang maha pengampun lagi Maha Penyayang”, (Al- Hijr :49)

Akhirnya dapatlah satu kesimpulan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang pandai menghisab dirinya di dunia dan mempersiapkan amal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya suka berharap kepada Allah tanpa melakukan apa-apa.

Wallahu 'alam bish showab.

Salam Ukhuwah Islamiyah.

(Tulisan ini insya Allah akan selalu mengingatkan penulis sendiri dan keluarga dan diharapkan juga dapat bermanfaat untuk semua pembaca kompasiana)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun