Mohon tunggu...
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc Mohon Tunggu... Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah -

Aparatur Sipil Negara, Provinsi Kalimantan Tengah, anak suku Dayak Ngaju.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Revolusi Mental. Cuci otak: Waspadai Media Propaganda Era Modern.

11 Desember 2015   11:39 Diperbarui: 22 Desember 2015   20:11 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sebagian Peralatan Teknologi Informasi & Komunikasi"][/caption]Revolusi Mental. Cuci otak: Waspadai Media Propaganda Era Modern.

Media yg mapan dan kuat amat dominan menjadi bagian dari kekuatan politik dgn ideologi spesifik yg melekat di dalamnya. Kekuatan politik selalu kukuh menyatakan diri sebagai total atas nama rakyat. Bahkan dari mereka itu saat hanya satu orang saja bila diekspos di media dengan yakin tanpa berpikir segera menyatakan diri berpendapat atas nama rakyat.

Sangkakala kekuatan politik seperi ini orangnya memiliki militansi dan bekerja secara sistematik berjenjang memanfaatkan ilmu pengetahuan modern untuk membangun kekuatan dan kekuasaan dengan secara simultan membangun dan merekrut sumber dgn beragam usaha yang harus terus juga membesar seiring dengan meningkatnya kebutuhan jumlah anggota dan usahanya. Untuk menjadi full power dan terus berkuasa maka segenap pihak yang berbeda ideologi dan cakupan wilayahnya menggunakan segala daya dan prakteknya untuk meningkatkan dan melanggengkan kekuasaan. Perebutan sumberdaya terjadi baik secara  senyap mau pun terbuka.  Beragam kiat dalam beragam media Kampanye menyalurkan Tujuan tersembunyi kamuflase utk meraih dukungan publik. Perang psikologis memasang marquee atau running texts yg berlangsung terus menerus menteror otak publik dlm waktu lama sesuai target publikasi.

Skenario hypnosis pembawa acara membuat pertanyaan kpd target dgn metode alih psikologis memandu ke arah yg sdh di atur. Nara sumber di potong saat bicara saling berhadapan atau di buat spt error elektronik bila bicara pakai alat telekomunikasi bila substansi cenderung tdk sesuai rencana arah yg sudah di atur (framed).

Bila buka komentar via telpon atau televideo, pengakses harus melalui pengaturan operator yg terlebih dahulu tanya identitas dan menjaga timing utk bicara, serta memotong koneksi bila pengakses cenderung berbeda dgn target yg di atur. Nara sumber di pilih harus lebih banyak yg pro thd substansi yg sdh di atur framing, sehingga terlihat opini di dukung ahlinya agar otak pikiran pemirsa publik terkecoh. Membawa pemirsa yg sdh di kenal pro ke studio dan sdh diketahui setuju dgn apa pun yg disampaikan pembawa acara.

Membuat editorial yg membelokkan kebenaran dan keadilan dgn membuat opini publik yg menyesatkan. Menyiapkan nara sumber pemangku kepentingan yg sdh diketahui mendukung target yg sdh di atur. Terlebih dahulu menyiapkan kesimpulan dari suatu ekspose acara seolah-olah kesimpulan di buat lahir aseli krn kehebatan pembawa acara membuatnya dgn ekstra cepat dan akurat. Mengatur porsi pembicaraan diberi lebih banyak kpd yg pro thd arah yg sdh ditentukan. Menggunakan alasan jeda iklan utk merubah arah pembicaraan agar tetap terkendali sesuai frame. Memakai penyiar wanita utk menghadapi nara sumber yg cenderung garang thd pria. Kelompok orang tertentu mendalangi dgn menggunakan media utk menanamkan opini memojokkan target tertentu agar mengecoh masyarakat publik terhadap substansi yg aseli dan kehilangan substansi itu teralihkan kpd hal yg dikampanyekan dalangnya.

Dalam hal penyiaran langsung berita tv, kameraman tv yang punya kepentingan khusus, akan membuat sudut pengambilan gambar dengan amat terukur, bila hal yang di ekspos merupakan kasus pro, maka diupayakan sudut pengambilan gambar seolah-olah amat banyak pendukungnya.

Nara sumber orang yang sama, akan berbicara berbeda bila di ekspos pada media berbeda, meski dengan berbagai titel akademik yang amat tinggi tak ada jaminan konsistensi isi dan tanggungjawab opini dengan dalih kemerdekaan demokrasi informasi. Bisnis memutar baik informasi menjadi amat sulit di baca oleh publik, karena makin banyak media yang harus di baca silang isi informasinya agar dapat gambaran utuh tentang sebuah isu publik yang diangkat dengan beragam judul di beragam media.

Excuses are tools of the incompetent used to build monuments to nothing. For those who specialize in them shall never be good at anything else. Alasan-alasan adalah alat orang dalam kompetensi digunakan untuk membangun monumen-monumen kesia-siaan. Bagi mereka yang  ahli membuat alasan adalah orang yg tak akan pernah menjadi baik dalam hal apa pun.

Karena kompetisi era modern yang cenderung materialistik, maka kejujuran dan kebenaran alamiah sdh hampir sirna dan menjadi relatif sulit mengukurnya karena meriahnya kiat-kiat kompleksitas upaya dari banyak orang media yg ada yang semuanya mengatasnamakan rakyat publik.

Duapuluh lima kiat manipulasi Informasi. The 25 Rules of Disinformation. BY VC ON MAY 24, 2011 LATEST NEWS. 5.6kShares. http://vigilantcitizen.com/latestnews/the-25-rules-of-disinformation/

From Twenty-Five Ways To Suppress Truth: The Rules of Disinformation (Includes The 8 Traits of A Disinformationalist) by H. Michael Sweeney. These 25 rules are everywhere in media, from political debates, to television shows, to comments on a blog.

Dari Dua puluh Lima Cara Untuk Menekan Kebenaran: Kiat Disinformasi (Termasuk 8 Sifat dari A Disinformationalist) oleh H. Michael Sweeney. 25 kiat  ini terpapar di mana-mana di media, pada debat politik, dalam acara televisi, komentar di blog.

  1. Hear no evil, see no evil, speak no evil. Regardless of what you know, don’t discuss it — especially if you are a public figure, news anchor, etc. If it’s not reported, it didn’t happen, and you never have to deal with the issues.
  2. Mendengar tidak ada yang jahat, tidak melihat kejahatan, berbicara tidak jahat. Terlepas dari apa yang Anda tahu, tidak membahasnya - terutama jika Anda adalah seorang publik figur, pembaca berita, dan lain-lain. Jika tidak dilaporkan, itu tidak terjadi, dan Anda tidak pernah harus berurusan dengan isu-isu itu.
  3. Become incredulous and indignant. Avoid discussing key issues and instead focus on side issues which can be used show the topic as being critical of some otherwise sacrosanct group or theme. This is also known as the “How dare you!” gambit.
  4. Menjadi percaya dan marah. Hindari membahas isu-isu kunci sebaliknya fokus pada isu-isu kecil sampingan yang dapat digunakan menunjukkan topik sebagai sesuatu yang kritis dari sejumlah hal tema atau kelompok yang sakral. Hal ini juga dikenal sebagai "Beraninya kau!" atau menggunakan bidak atau pion langkah pertama main catur.
  5. Create rumor mongers. Avoid discussing issues by describing all charges, regardless of venue or evidence, as mere rumors and wild accusations. Other derogatory terms mutually exclusive of truth may work as well. This method works especially well with a silent press, because the only way the public can learn of the facts are through such “arguable rumors”. If you can associate the material with the Internet, use this fact to certify it a “wild rumor” which can have no basis in fact.
  6. Buat orang-orang penyebar gossip. Hindari membahas isu-isu dengan menjelaskan semua resikonya, terlepas dari tempat atau bukti, hanya sebagai rumor dan tuduhan liar. Istilah menghina lainnya secara eksklusif dibuat saling terpaut dengan kebenaran. Metode ini bekerja baik terutama dengan pers diam, karena satu-satunya cara masyarakat bisa belajar dari fakta-fakta tersebut yaitu melalui seperti "berita palsu diperdebatkan". Jika Anda dapat mengaitkan materi dengan internet, menggunakan fakta ini untuk mengesahkan sebuah "rumor liar" yang tak perlu memiliki dasar fakta.
  7. Use a straw man. Find or create a seeming element of your opponent’s argument which you can easily knock down to make yourself look good and the opponent to look bad. Either make up an issue you may safely imply exists based on your interpretation of the opponent/opponent arguments/situation, or select the weakest aspect of the weakest charges. Amplify their significance and destroy them in a way which appears to debunk all the charges, real and fabricated alike, while actually avoiding discussion of the real issues.
  8. Gunakan orang-orangan. Cari atau buat suatu elemen tipuan yang seolah-olah isi argumentasi lawan yang mana elemen itu dengan mudah anda patahkan sehingga anda terlihat baik sebaliknya lawan anda terlihat jahat. Lebih jauh buat isu yang aman berdasar tafsiran anda terhadap lawan/ argumentasi lawan / atau suasana, atau pilih bagian terlemah dari resiko yang paling ringan. Gandakan kekuatannya dan hancurkan mereka dengan cara seolah membongkar seluruh resikonya, seolah nyata dan trratur, sebaliknya menghindari diskusi kebenaran dari kenyataan aselinya.
  9. Sidetrack opponents with name calling and ridicule. This is also known as the primary attack the messenger ploy, though other methods qualify as variants of that approach. Associate opponents with unpopular titles such as “kooks”, “right-wing”, “liberal”, “left-wing”, “terrorists”, “conspiracy buffs”, “radicals”, “militia”, “racists”, “religious fanatics”, “sexual deviates”, and so forth. This makes others shrink from support out of fear of gaining the same label, and you avoid dealing with issues.
  10. Pinggirkan lawan dengan nama panggilan dan ejekan. Hal ini juga dikenal sebagai serangan utama taktik pembawa pesan, juga cara-cara lainnya yang serupa atau sebagai varian dari pendekatan itu. Asosiasikan lawan dengan istilah label populer seperti "kooks", "sayap kanan", "liberal", "sayap kiri", "teroris", "konspirasi penggemar", "radikal", "milisi", "rasis", "agama fanatik ", " menyimpang seksual ", dan sebagainya. Hal ini membuat dukungan orang lain menyusut karena takut mendapatkan label yang sama, dan Anda terhindar berurusan dengan isu-isu itu.
  11. Hit and Run. In any public forum, make a brief attack of your opponent or the opponent position and then scamper off before an answer can be fielded, or simply ignore any answer. This works extremely well in Internet and letters-to-the-editor environments where a steady stream of new identities can be called upon without having to explain criticism reasoning — simply make an accusation or other attack, never discussing issues, and never answering any subsequent response, for that would dignify the opponent’s viewpoint.
  12. Hantam dan lari. Dalam setiap forum publik, buat serangan cepat ringkas kepada atau posisi lawan dan kemudian menyingkir cepat sebelum jawaban diberikan lawan, atau dengan gampang diam abaikan memberi jawaban. Cara ini bekerja sangat baik di internet dan lingkup surat-kepada-editor di mana aliran identitas baru dapat dipanggil tanpa harus menjelaskan alasannya secara kritis - buat tuduhan atau serangan lainnya, tak perlu membahas masalahnya, dan tidak perlu menjawab apapun tanggapan yang kemudian muncul, hal itu akan meneguhkan sudut pandang lawan.
  13. Question motives. Twist or amplify any fact which could so taken to imply that the opponent operates out of a hidden personal agenda or other bias. This avoids discussing issues and forces the accuser on the defensive.
  14. Motif Pertanyaan. Memelintir atau memperkuat setiap fakta yang bisa jadi diambil untuk menyiratkan bahwa lawan beroperasi dari agenda pribadi tersembunyi atau bias yang lainnya. Hal ini untuk menghindari masalah Pokok bahasan dan memaksa penuduh defensif.
  15. Invoke authority. Claim for yourself or associate yourself with authority and present your argument with enough “jargon” and “minutiae” to illustrate you are “one who knows”, and simply say it isn’t so without discussing issues or demonstrating concretely why or citing sources.
  16. Menghilangkan kewenangan. Klaim untuk diri sendiri atau mengaitkan diri dengan otoritas dan menyajikan argumen Anda dengan perlengkapan "jargon" dan "hal-hal kecil" untuk menggambarkan Anda "orang yang tahu", dan hanya mengatakan itu apa adanya tanpa membahas masalah atau menunjukkan alasan konkret atau tanpa menyitir sumbernya.
  17. Play Dumb. No matter what evidence or logical argument is offered, avoid discussing issues with denial they have any credibility, make any sense, provide any proof, contain or make a point, have logic, or support a conclusion. Mix well for maximum effect.
  18. Bermain Bisu. TIDAK Peduli APA Bukti ATAU argumen logis Yang Ditawarkan, hindari membahas masalah DENGAN penolakan semua kredibilitas yang mereka miliki, buat segalanya seolah MASUK akal, berikan Bukti apapun, Berikan isi ATAU BUAT satu pandangan, isikan logikanya, ATAU mendukung KESIMPULAN. Kocok baik-baik untuk review Efek Maksimumnya.
  19. Associate opponent charges with old news. A derivative of the straw man usually, in any large-scale matter of high visibility, someone will make charges early on which can be or were already easily dealt with. Where it can be foreseen, have your own side raise a straw man issue and have it dealt with early on as part of the initial contingency plans. Subsequent charges, regardless of validity or new ground uncovered, can usually them be associated with the original charge and dismissed as simply being a rehash without need to address current issues — so much the better where the opponent is or was involved with the original source.
  20. Asosiasikan resiko-resiko lawan dengan berita-berita lama. Biasanya cara ini merupakan sebuah turunan dari orang-orangan, dalam segenap materi skala besar jangkuan luas, seseorang akan membuat resiko-resiko awal yang dapat atau sudah dengan mudah ditangani. Hal-hal  yang dapat diramalkan, buat dari sisi Anda mengangkat orang-orangan pria dan dia ditangani sejak dini sebagai bagian dari rencana kontingensi awal. Resiko berikutnya, terlepas dari keabsahan atau hal yang baru ditemukan, biasanya mereka dikaitkan dengan resiko asalnya dan dihentikan hanya sebagai suatu pengulangan tanpa upaya  untuk mengatasi isu-isu yang sedang terjadi - hal itu lebih baik agar lawan adalah atau terlibat dengan sumber aslinya.
  21. Establish and rely upon fall-back positions. Using a minor matter or element of the facts, take the “high road” and “confess” with candor that some innocent mistake, in hindsight, was made — but that opponents have seized on the opportunity to blow it all out of proportion and imply greater criminalities which, “just isn’t so.” Others can reinforce this on your behalf, later. Done properly, this can garner sympathy and respect for “coming clean” and “owning up” to your mistakes without addressing more serious issues.
  22. Memantapkan dan mengandalkan posisi kejatuhan atau kekalahan. Menggunakan soal kecil atau unsur fakta, mengambil "cara terhormat" dan "mengaku" dengan keterusterangan bahwa beberapa kesalahan yang tidak disengaja, di balik pandangan itu, telah dibuat - bahwa lawan telah memanfaatkan ketidaksengajaan sebagai peluang untuk membuat semuanya keluar dari proporsi dan menyiratkan kriminalitas yang lebih besar yang, "hanya bukan begitu." Kemudian, orang lain dapat memperkuat ini atas nama Anda. Bila dilakukan dengan benar, maka cara ini dapat mengumpulkan simpati dan hormat "menjadi bersih" dan "kehormatan meningkat"  meski anda telah melakukan kesalahan tanpa menangani masalah yang lebih serius.
  23. Enigmas have no solution. Drawing upon the overall umbrella of events surrounding the crime and the multitude of players and events, paint the entire affair as too complex to solve. This causes those otherwise following the matter to begin to loose interest more quickly without having to address the actual issues.
  24. Misteri tidak memiliki solusi. Menggambar payung pada keseluruhan peristiwa seputar kejahatan dan banyak pemain dan peristiwa, menggambarkan bahwa seluruh urusan terlalu rumit untuk memecahkannya. Hal ini menyebabkan mereka yang mengikuti persoalan itu menjadi mulai lelah dengan lebih cepat kehilangan ketertarikannya, tanpa harus mengatasi masalah yang sebenarnya.
  25. Alice in Wonderland Logic. Avoid discussion of the issues by reasoning backwards with an apparent deductive logic in a way that forbears any actual material fact.
  26. Logika cerita Alice in Wonderland. Hindari diskusi tentang isu-isu oleh penalaran mundur dengan penjelasan logika deduktif dalam satu cara itu untuk menelurkan fakta material sebenarnya.
  27. Demand complete solutions. Avoid the issues by requiring opponents to solve the crime at hand completely, a ploy which works best for items qualifying for rule 10.
  28. Permintaan solusi lengkap. Menghindari masalah dengan mengharuskan lawan untuk memecahkan kejahatan sepenuhnya di tangannya sendiri, taktik ini yang bekerja terbaik untuk item-item sesuai kualifikasi untuk kiat 10.
  29. Fit the facts to alternate conclusions. This requires creative thinking unless the crime was planned with contingency conclusions in place.
  30. Menempatkan fakta menjadi kepada kesimpulan alternatif. Hal ini memerlukan pemikiran kreatif kecuali kejahatan itu telah direncanakan dengan kesimpulan darurat di tempat.
  31. Vanishing evidence and witnesses. If it does not exist, it is not fact, and you won’t have to address the issue.
  32. Melenyapkan bukti dan saksi. Jika tidak ada, itu bukan fakta, dan Anda tidak akan harus untuk mengatasi masalah ini.
  33. Change the subject. Usually in connection with one of the other ploys listed here, find a way to side-track the discussion with abrasive or controversial comments in hopes of turning attention to a new, more manageable topic. This works especially well with companions who can “argue” with you over the new topic and polarize the discussion arena in order to avoid discussing more key issues.
  34. Mengubah subjek. Biasanya sehubungan dengan salah satu dari cara-cara lainnya yang tercantum di sini, temukan cara untuk melacak-sisi diskusi dengan komentar kasar atau kontroversial dengan harapan mengalihkan perhatian ke sesuatu hal yang baru, dengan topik yang lebih mudah dikelola. Cara ini bekerja baik terutama dengan rekan yang bisa "berdebat" dengan Anda atas topik baru dan polarisasi arena diskusi untuk menghindari membahas isu-isu yang lebih penting.
  35. Emotionalize, Antagonize, and Goad Opponents. If you can’t do anything else, chide and taunt your opponents and draw them into emotional responses which will tend to make them look foolish and overly motivated, and generally render their material somewhat less coherent. Not only will you avoid discussing the issues in the first instance, but even if their emotional response addresses the issue, you can further avoid the issues by then focusing on how “sensitive they are to criticism”.
  36. Eksploitasi emosi, permusuhan, dan menghalau penentang. Jika Anda tidak dapat melakukan hal lain, mencaci dan mengejek lawan Anda dan menarik mereka ke respon emosional yang akan cenderung membuat mereka tampak bodoh dan terlalu termotivasi, dan umumnya membuat materi mereka agak kurang koheren. Tidak hanya akan Anda menghindari membahas isu-isu dalam kesempatan pertama, tetapi bahkan jika respon emosional mereka membahas masalah ini, Anda dapat lebih menghindari masalah pada saat itu berfokus pada alangkah "sensitifnya mereka terhadap kritik".
  37. Ignore proof presented, demand impossible proofs. This is perhaps a variant of the “play dumb” rule. Regardless of what material may be presented by an opponent in public forums, claim the material irrelevant and demand proof that is impossible for the opponent to come by (it may exist, but not be at his disposal, or it may be something which is known to be safely destroyed or withheld, such as a murder weapon). In order to completely avoid discussing issues may require you to categorically deny and be critical of media or books as valid sources, deny that witnesses are acceptable, or even deny that statements made by government or other authorities have any meaning or relevance.
  38. Abaikan bukti yang disajikan, mintakan bukti-bukti yang mustahil. Ini mungkin sebuah varian dari kiat "bermain bodoh". Terlepas dari bahan apa yang dapat disajikan oleh lawan di forum publik, mengklaim materi yang tidak relevan dan menuntut bukti tidak mungkin bagi lawan untuk medatangkannya (mungkin ada, tapi tidak di kantong sampah pembuangan miliknya, atau mungkin sesuatu yang diketahui untuk secara gampang dihancurkan atau dipotong, seperti senjata pembunuhan). Dalam rangka untuk sepenuhnya menghindari membahas isu-isu yang mungkin mengharuskan Anda untuk menjadi dikategorikan menyangkal dan di kritisi media atau buku-buku sebagai sumber referensi penguji, lakukan sangkalan bahwa saksi dapat diterima, atau bahkan menyangkal bahwa pernyataan yang dibuat oleh pemerintah atau otoritas lainnya memiliki makna atau relevansi.
  39. False evidence. Whenever possible, introduce new facts or clues designed and manufactured to conflict with opponent presentations as useful tools to neutralize sensitive issues or impede resolution. This works best when the crime was designed with contingencies for the purpose, and the facts cannot be easily separated from the fabrications.
  40. Bukti Palsu. Bila mungkin, perkenalkan fakta-fakta baru atau petunjuk yang dirancang dan diproduksi untuk membuat konflik dengan presentasi lawan sebagai alat yang berguna untuk menetralkan isu-isu sensitif atau menghambat resolusi. Cara ini bekerja terbaik ketika kejahatan itu dirancang dengan darurat untuk tujuan tersebut, dan fakta-fakta tidak dapat dengan mudah dipisahkan dari rekayasa.
  41. Call a Grand Jury, Special Prosecutor, or other empowered investigative body. Subvert the (process) to your benefit and effectively neutralize all sensitive issues without open discussion. Once convened, the evidence and testimony are required to be secret when properly handled. For instance, if you own the prosecuting attorney, it can insure a Grand Jury hears no useful evidence and that the evidence is sealed an unavailable to subsequent investigators. Once a favorable verdict (usually, this technique is applied to find the guilty innocent, but it can also be used to obtain charges when seeking to frame a victim) is achieved, the matter can be considered officially closed.
  42. Panggil Seorang Hakim, Jaksa khusus, atau badan berwenang investigasi lainnya. Tumbangkan (proses) untuk keuntungan Anda dan efektif menetralisir semua isu-isu sensitif tanpa diskusi terbuka. Setelah bersidang, bukti dan kesaksian yang diperlukan untuk menjadi rahasia ketika ditangani dengan baik. Misalnya, jika Anda memiliki pengacara kejaksaan, dia dapat memastikan seorang hakim mendengar tidak ada bukti yang berguna dan bahwa bukti itu disegel agar tidak tersedia untuk peneliti berikutnya. Setelah vonis menguntungkan (biasanya, teknik ini diterapkan untuk menemukan tidak berdosa bersalah, tetapi juga dapat digunakan untuk mendapatkan resiko-resiko ketika mencari korban untuk masuk perangkap) tercapai, masalah ini dapat dianggap resmi ditutup.
  43. Manufacture a new truth. Create your own expert(s), group(s), author(s), leader(s) or influence existing ones willing to forge new ground via scientific, investigative, or social research or testimony which concludes favorably. In this way, if you must actually address issues, you can do so authoritatively.
  44. Rekayasa sebuah kebenaran baru. Buat ahli atau beberapa Anda sendiri, kelompok atau beberapa, penulis atau beberapa penulis, pemimpin atau beberapa pemimpin atau pengaruhi yang sudah ada agar bersedia untuk menempa hal baru melalui penelitian ilmiah, investigasi, atau riset sosial atau kesaksian yang kesimpulannya menguntungkan. Dengan cara ini, jika Anda benar-benar harus mengatasi masalah, Anda dapat melakukannya secara otoritatif.
  45. Create bigger distractions. If the above does not seem to be working to distract from sensitive issues, or to prevent unwanted media coverage of unstoppable events such as trials, create bigger news stories (or treat them as such) to distract the multitudes.
  46. Buat gangguan yang lebih besar. Jika hal di atas tampaknya tidak akan bekerja untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu sensitif, atau untuk mencegah liputan media yang tidak diinginkan dari peristiwa tak terbendung seperti pengadilan, membuat berita besar (atau perlakukan mereka sebaik-baiknya) untuk mengalihkan perhatian orang banyak.
  47. Silence critics. If the above methods do not prevail, consider removing opponents from circulation by some definitive solution so that the need to address issues is removed entirely. This can be by their death, arrest and detention, blackmail or destruction of their character by release of blackmail information, or merely by proper intimidation with blackmail or other threats.
  48. Kritikus Senyap. Jika metode di atas tidak berhasil, pertimbangkan menghapus lawan dari peredaran memakai beberapa solusi definitif sehingga kebutuhan untuk mengatasi masalah dihapus seluruhnya. Hal ini dapat berupa dengan kematian mereka, penangkapan dan penahanan, pemerasan atau perusakan karakter mereka dengan rilis informasi pemerasan, atau hanya dengan intimidasi yang tepat dengan pemerasan atau ancaman lainnya.
  49. Vanish. If you are a key holder of secrets or otherwise overly illuminated and you think the heat is getting too hot, to avoid the issues, vacate the kitchen.
  50. Menghilang. Jika Anda adalah pemegang kunci rahasia atau terlalu disoroti dan Anda berpikir panas semakin terlalu panas, untuk menghindari masalah, kosongkan dapur Anda.

Indonesia tak luput dari perubahan era modern yang menjadi umum berlangsung dan dipraktekkan secara global. Hegemony segala aspek untuk bertahan atau ekspansi demi sumberdaya dilakukan pada era informasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang menandai "perang" era modern yang lebih senyap namun akibatnya hampir sulit di ukur dan dapat terjadi dengan instan dadakan melanda setiap negara dan bangsa. Hal ini menambah kerumitan umat manusia di dunia yang harus menghadapi tambahan beban dimana masih terjadinya perang gaya konvesional dengan persenjataan modern yang bahkan semakin lebih barbar yang tergabung dengan perang senyap modern.

Dalam hal sebuah negara sulit melakukan kiat perang terbuka, maka perang senyap dapat dilakukan melalui kompetisi keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi dan intelejensia intelektual.

Dalam era prabawa penguasaan informasi, maka diperlukan pedoman melakukan penyaringan atau memilah serta memilih informasi berdasarkan kriteria universal global. Hal ini amat penting agar kecerdasan intelektual publik dalam konsumsi informasi yang kritis terhadap rimba belantara informasi dapat menjadi berkah bagi pengguna jalan raya informasi, sehingga tidak dieksploitasi untuk niat jahat orang tertentu sebagaimana kiat-kiat diuraikan di atas membelokkan informasi untuk memanipulasi kebenaran hakiki demi kepentingan sempit dibanding kemaslahatan umat manusia.

Untuk mengukur akurasi sebuah informasi amat banyak, bahkan berbagai model matematika juga tersedia di dunia ini, namun basis utama kriterina minimal sudah dapat terpenuhi sebagaimana kriteria yang di tulis dalam blok (https://muhammadghazali.wordpress.com/tag/karakteristik-informasi-yang-baik/)

Karakteristik dari Informasi yang Baik. Informasi dapat dikatakan baik jika memiliki 4 (empat) kriteria dan karakteristik sebagai berikut:

Information must be pertinent. Informasi harus berhubungan. Pernyataan informasi harus berhubungan dengan urusan dan masalah yang penting bagi penerima informasi (orang yang membutuhkan informasi tersebut).

Information must be accurate. Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak memiliki bias atau menyesatkan. Informasi yang dihasilkan harus mencerminkan maksudnya. Keakuratan informasi seringkali bergantung pada keadaan.

Information must be timely. Informasi harus ada ketika dibutuhkan. Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan.

Relevan. Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kualitas_informasi) Kualitas informasi (bahasa Inggris: information quality) adalah sejauh mana informasi secara konsisten dapat memenuhi persyaratan dan harapan semua orang yang membutuhkan informasi tersebut untuk melakukan proses mereka [1]. Konsep ini dikaitkan dengan konsep produk informasi yang menggunakan data sebagai masukan dan informasi didefinisikan sebagai data yang telah diolah sehingga memberikan makna bagi penerima informasi [2]. Kualitas informasi bersifat multidimensi dan berbagai variasi karakteristik pengukur telah diusulkan oleh beberapa penulis [3]. Secara umum, dimensi kualitas informasi dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori: (1) intrinsik, (2) kontekstual, (3) representasi, dan (4) aksesibilitas atau keteraksesan [4].

(https://en.wikipedia.org/wiki/Information_quality)

Dimensions and metrics of Information Quality[edit]

"Information quality" is a measure of the value which the information provides to the user of that information. "Quality" is often perceived as subjective and the quality of information can then vary among users and among uses of the information. Nevertheless, a high degree of quality increases its objectivity or at least the intersubjectivity. Accuracy can be seen as just one element of IQ but, depending upon how it is defined, can also be seen as encompassing many other dimensions of quality.

If not, it is perceived that often there is a trade-off between accuracy and other dimensions, aspects or elements of the information determining its suitability for any given tasks. Wang and Strong propose a list of dimensions or elements used in assessing Information Quality is:[3]

Other authors propose similar but different lists of dimensions for analysis, and emphasize measurement and reporting as information quality metrics. Larry English prefers the term "characteristics" to dimensions.[5]

While information as a distinct term has various ambiguous definitions, there's one which is more general, such as "description of events". While the occurrences being described cannot be subjectively evaluated for quality, since they're very much autonomous events in space and time, their description can—since it possesses a garnishment attribute, unavoidably attached by the medium which carried the information, from the initial moment of the occurrences being described.

In an attempt to deal with this natural phenomenon, qualified professionals primarily representing the researchers' guild, have at one point or another identified particular metrics for information quality. They could also be described as 'quality traits' of information, since they're not so easily quantified, but rather subjectively identified on an individual basis.

 

Proposed quality metrics[edit]

  • Authority/Verifiability

Authority refers to the expertise or recognized official status of a source. Consider the reputation of the author and publisher. When working with legal or government information, consider whether the source is the official provider of the information. Verifiability refers to the ability of a reader to verify the validity of the information irresepective of how authoritative the source is. To verify the facts is part of the duty of care of the journalistic deontology, as well as, where possible, to provide the sources of information so that they can be verified

  • Scope of coverage

Scope of coverage refers to the extent to which a source explores a topic. Consider time periods, geography or jurisdiction and coverage of related or narrower topics.

  • Composition and Organization

Composition and Organization has to do with the ability of the information source to present it’s particular message in a coherent, logically sequential manner.

  • Objectivity

Objectivity is the bias or opinion expressed when a writer interprets or analyze facts. Consider the use of persuasive language, the source’s presentation of other viewpoints, its reason for providing the information and advertising.

  • Integrity
  1. Adherence to moral and ethical principles; soundness of moral character
  2. The state of being whole, entire, or undiminished
  • Comprehensiveness
  1. Of large scope; covering or involving much; inclusive: a comprehensive study.
  2. Comprehending mentally; having an extensive mental grasp.
  3. covering or providing broad protection against loss.
  • Validity

Validity of some information has to do with the degree of obvious truthfulness which the information carries

  • Uniqueness

As much as ‘uniqueness’ of a given piece of information is intuitive in meaning, it also significantly implies not only the originating point of the information but also the manner in which it is presented and thus the perception which it conjures. The essence of any piece of information we process consists to a large extent of those two elements.

  • Timeliness

Timeliness refers to information that is current at the time of publication. Consider publication, creation and revision dates. Beware of Web site scripting that automatically reflects the current day’s date on a page.

  • Reproducibility(utilized primarily when referring to instructive information)

Means that documented methods are capable of being used on the same data set to achieve a consistent result.

 

Tulisan ini tiada lain hanya bertujuan membuka atau kaji ulang kapasitas keunggulan otak manusia untuk secara cerdas menilai kualitas informasi agar setiap orang memiliki alat yang sama senada tidak terombang ambing oleh disinformasi atau penyesatan informasi. Kemampuan menyaring informasi dengan baik dan benar memerlukan pegangan kriteria informasi yang baik dan benar seperti sebagian kecil diuraikan dalam tulisan ini.

Karena amat banyaknya beleit atau produk informasi yang mengalir dengan makin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi dengan segala aspek pemanfaatannya oleh media dan lain-lain, maka sangatlah penting bagi publik memiliki basis universal yang sudah amat banyak di formulasikan sebagaimana uraian tersebut di atas yang pasti amat bermanfaat untuk menilai suatu informasi menggunakan kecerdasan tertinggi yang ada di otak manusia normal, sehingga tidak terjadi penyesatan yang berdampak merugikan terhadap publik akibat kiat-kiat disinformasi yang memang amat banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang membawa misi sesuai kepetingan masing-masing untuk tujuan tertentu baik tujuan hitam putih atau abu-abu.

Link tulisan terkait:

Pentingnya Informasi Dalam Pemerintahan

Kedaulatan Informasi Negara Dalam Global Online

Politik Tidak Jahat

PNS Pilar Negara

PNS Cuma Mengurus SURAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun